Stasiun ini letaknya berada di timur Kanal Banjir Barat sehingga stasiun ini merupakan salah satu stasiun kereta api di Jakarta yang sering langganan banjir ketika musim hujan.
Sejarah
Pembangunan dan pengembangan di masa orde baru (1899—1997)
Stasiun ini diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1899 oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda yang bernama Staatsspoorwegen Westerlijnen (SS-WL), bersamaan dengan pengoperasian jalur KA baru Jakarta–Angke–Rangkasbitung.[3]
Bangunan asli stasiun ini telah dibongkar dan digantikan dengan bentuk bangunan berlantai dua seperti sekarang serta dilengkapi jembatan penyeberangan penumpang dan eskalator. Bangunan ini diresmikan pada tanggal 3 Juni 1997 oleh Menteri Perhubungan kala itu, Haryanto Dhanutirto. Bangunan baru ini dibuat untuk mengakomodasi penumpang KRL Jabotabek yang kala itu sudah beroperasi di jalur Tanah Abang–Serpong.[4]
Pembangunan JPO di utara dan JPM (2016-2018)
Pada 2016, KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mulai membangun jembatan penyeberangan orang (JPO) yang menghubungkan bangunan utara dengan dua peron pulau stasiun. Sebelumnya, penumpang yang ingin mengakses peron harus menyeberangi rel menggunakan penyeberangan sebidang.[5] JPO ini memiliki panjang 60 meter, lebar 6 meter, dilengkapi 3 tangga manual dan 6 eskalator. Pengoperasian JPO dimulai pada 10 Maret 2017, bersamaan dengan aula (hall) baru di bangunan utara yang memiliki gerbang tiket.[6]
Pada 2018, Perusahaan Daerah Pembangunan Sarana Jaya membangun Jembatan Penyeberangan Multiguna di depan Stasiun Tanah Abang senilai 38 miliar.[7] Jembatan sepanjang 400 meter tersebut menghubungkan Stasiun Tanah Abang dengan Pasar Tanah Abang Blok G.[8] Pembangunan JPM didasari oleh kepadatan di Jalan Jatibaru Raya akibat lalu lalang penumpang dan pedagang kaki lima (PKL). JPM memiliki tempat untuk 446 kios untuk PKL yang terdampak relokasi.[9] JPM resmi difungsikan pada 7 Desember 2018.[10]
Pengembangan kawasan berorientasi transit (mulai 2022)
Pengembangan Stasiun Tanah Abang menggunakan konsep kawasan berorientasi transit (TOD). Bangunan stasiun baru akan berdiri di atas lahan seluas 12.000 meter persegi (1,2 ha) milik KAI. Sebelumnya, sebagian besar lahan tersebut digunakan sebagai depo lokomotif.[14] Dalam proyek ini, DJKA bertugas membangun emplasemen, persinyalan, peron, bangunan stasiun, dan jembatan penyeberangan orang di atas jalur kereta api. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bertugas melebarkan jalan raya dan mengurus fasilitas integrasi antarmoda. KAI mengurus lahan dan sistem perparkiran serta menyiapkan lahan yang dibangun.[13] PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ) ditugaskan membangun kawasan TOD. Kawasan ini akan dipergunakan sebagai kawasan serbaguna yang dilengkapi dengan hunian, ruang terbuka, perkantoran, dan integrasi enam moda transportasi yang akan beroperasi di masa depan. Luas lahan yang berpotensi dibangun dalam kawasan TOD Tanah Abang sebesar 77,5 hektare (775.000 m2), dengan perkiraan modal Rp1 triliun dan membutuhkan waktu 30 tahun.[15]
Pembangunan Stasiun Tanah Abang baru awalnya berencana dimulai pada Desember 2023,[14] tetapi mundur hingga Mei 2023.[16] Setelah keseluruhan proyek selesai, diharapkan kapasitas Stasiun Tanah Abang naik tiga kali lipat, dari 105.000 penumpang menjadi 300.000 penumpang.[14]
Bangunan dan tata letak
Kompleks Stasiun Tanah Abang berdiri di atas lahan seluas 2,4 hektare (5,9 ekar), dengan 9.000 meter persegi (97.000 sq ft) adalah luas bangunan depo lokomotif.[17] Stasiun ini awalnya memiliki lima jalur kereta api. Jalur 2 merupakan sepur lurus jalur ganda arah Duri-Kampung Bandan, jalur 3 merupakan sepur lurus jalur ganda arah Sudirman-Manggarai, dan jalur 5 merupakan sepur lurus jalur tunggal menuju Rangkasbitung-Merak.
Setelah dilakukan pembangunan jalur ganda pada segmen Tanah Abang-Serpong pada 4 Juli 2007,[18] tata letak stasiun ini dirombak sehingga jumlah jalur bertambah menjadi enam dengan jalur 5 merupakan sepur lurus jalur ganda dari arah Rangkasbitung-Merak dan jalur 6 merupakan sepur lurus jalur ganda ke arah Rangkasbitung-Merak. Stasiun ini juga dilengkapi depo lokomotif yang terdapat di sebelah timur laut stasiun dan terhubung langsung dengan jalur 1.
Seiring waktu, stasiun ini juga terus berkembang, dengan adanya bangunan pintu masuk dan keluar baru yang terletak dekat dengan Depo Lokomotif Tanah Abang. Bangunan pintu masuk dan keluar baru ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas baru, seperti area komersial. Pintu masuk dan keluar stasiun ini sudah diintegrasikan dengan JPO yang menghadap Jalan Jatibaru Bengkel,[19] serta skybridge yang menghubungkan Stasiun Tanah Abang dengan Pasar Tanah Abang.[20][21][22]
Pada Mei 2024, proyek perluasan Stasiun Tanah Abang dimulai.[16] Perluasan stasiun ini menggunakan lahan Depo Lokomotif Tanah Abang yang mulai dibongkar sejak Desember 2022.[23][24] Pada tahap pertama, stasiun ini akan memiliki jalur baru untuk pelayanan penumpang, menggunakan bekas jalur 1 eksisting menuju bekas depo lokomotif. Selain itu, dibangun pula dua peron baru, yakni satu peron pulau antara jalur 1 dan 2 serta satu peron di sisi jalur 1.[25][13] Letak kedua peron ini berada sedikit ke utara dibandingkan peron lama stasiun untuk menyesuaikan keberadaan bangunan baru dan ketersediaan lahan.[26]
Pada bulan 02Februari2007, terjadi banjir yang menggenangi Stasiun Tanah Abang. Akibatnya, jalur perjalanan KRL Commuter Line terganggu.[27]
Pada tanggal 10 Februari2007 pukul 08.47, KA Ekonomi 906 Tanah Abang-Rangkasbitung anjlok ketika hendak berangkat dari Stasiun Tanah Abang. Kejadian tersebut berlangsung karena sistem persinyalan kereta yang belum berfungsi dengan baik akibat banjir besar yang melanda DKI Jakarta beberapa pekan sebelumnya.[28]
Pada tanggal 31 Oktober2008 pukul 09.55, 3 gerbong kereta api batu bara dengan nomor gapeka 2012 anjlok di Stasiun Tanah Abang. Peristiwa ini kemungkinan besar disebabkan kelalaian masinis ketika mengerem kereta di atas wesel.[29]
Pada bulan 17Januari2013, terjadi banjir yang menggenangi Stasiun Tanah Abang. Akibatnya, jalur perjalanan KRL Commuter Line terganggu.[30]
Galeri
Saat lokomotif diesel hidraulis masih berdinas di depo Tanah Abang
Aktivitas penumpang
Halte Jak Lingko 2 yang terintegrasi dengan Stasiun Tanah Abang
Sistem informasi penumpang (penanda waktu keberangkatan) di Stasiun Tanah Abang
Pintu masuk Stasiun Tanah Abang via JPO Multiguna Tanah Abang
Gerbang masuk untuk memasuki Stasiun Tanah Abang via JPO Serbaguna
Kereta Rel Listrik tujuan Stasiun Parung Panjang bersedia di Jalur 6 sebagai KA dengan nomor 2092 (JR 205-15)
Depo lokomotif Tanah Abang semasa masih beroperasi
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).