Stasiun Solo Balapan
Stasiun Solo Balapan (SLO), lebih dikenal dengan Stasiun Balapan, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di perbatasan antara Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta; pada ketinggian +93 meter; termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi VI Yogyakarta serta KAI Commuter dengan jarak 447 km sebelah timur dari Bandung. Nama "Balapan" diambil dari nama kampung yang terletak di sebelah utara kawasan stasiun. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api utama di Kota Surakarta, secara luas di wilayah Solo Raya. Stasiun Solo Balapan melayani kereta api antarkota kelas eksekutif, sebagian besar kelas campuran, kereta api ekonomi rangkaian panjang (KA Jayakarta), kereta bandara BIAS, dan komuter Commuter Line Yogyakarta. Sementara itu, kereta api antarkota lintas utara via Semarang Tawang dilayani di Stasiun Solo Jebres, sedangkan kereta api antarkota kelas ekonomi serta sebagian kecil kelas campuran lintas selatan Jawa dan bus rel Bathara Kresna dilayani di Stasiun Purwosari. SejarahStasiun Solo Balapan termasuk salah satu stasiun besar berusia tua di Indonesia (setelah Samarang NIS), dibangun oleh perusahaan kereta api pertama Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan Mangkunegara IV dan berada di wilayah Kadipaten Praja Mangkunagaran. Stasiun besar di Surakarta untuk wilayah Kasunanan Surakarta dan Staatsspoorwegen adalah Stasiun Solo Jebres, yang dibuka tahun 1884. Stasiun ini dibangun di lahan pacuan kuda milik Mangkunegaran. Sebagai pengganti, pihak Mangkunegaran mendapat lahan di Manahan dari Kasunanan untuk dibangun sarana pacuan kuda dan aktivitas keolahragaan lainnya.[4] Peletakan batu pertama berlangsung pada tahun 1864, dimeriahkan dengan upacara yang dihadiri Mangkunegara IV dan mengundang Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron van de Beele. Stasiun Solo dibuka pada tanggal 10 Februari 1870 bersamaan dengan pembukan jalur ruas Kedungjati–Gundih–Solo, sebelumnya jalur Gundih–Solo direncanakan dibuka pada 1 September 1869. Jalur berikutnya, yakni jalur ruas Ceper–Solo, dibuka pada 27 Maret 1871.[5][6] Pembangunan seluruh jalur kereta api rencana NIS, Samarang–Vorstenlanden dan Kedungjati–Ambarawa selesai dan diresmikan pada 21 Mei 1873.[7][8][9] Pada tanggal 1 Januari 1927, perombakan besar dilakukan. Sebuah bangunan di selatan stasiun dibangun dengan arsitektur yang dipengaruhi oleh budaya Jawa dengan atap tajuk tiga. Hal ini sejalan dengan pembangunan jalur ganda Staatsspoorwegen yang sejajar dengan jalur kereta api NIS Solo–Yogyakarta. Konstruksi bangunan stasiun sisi selatan dirancang oleh Herman Thomas Karsten, seorang arsitek kenamaan beraliran Indisch.[10][11] Stasiun ini merupakan stasiun kereta api kedua di Indonesia yang menggunakan sistem persinyalan elektrik setelah Stasiun Bandung tepatnya pada tahun 1972, diproduksi oleh Siemens dan diberi seri DrS60.[3] Persinyalan kemudian digantikan oleh persinyalan terbaru produksi Len Industri pada Oktober 2020.[12][13] Bangunan dan tata letakPada awalnya, Stasiun Solo Balapan memiliki dua belas jalur kereta api yang terbagi menjadi dua emplasemen. Emplasemen selatan memiliki lima jalur dengan jalur 4 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Jakarta/Bandung serta jalur 5 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Surabaya/Malang, sementara emplasemen utara memiliki tujuh jalur dengan jalur 7 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Semarang. Setelah jalur ganda lintas Solo Balapan–Delanggu dioperasikan pada 8 Januari 2007, jalur 4 dijadikan sebagai sepur lurus jalur ganda dari arah Jakarta/Bandung, sedangkan jalur 5 dijadikan sebagai sepur lurus jalur ganda ke arah Jakarta/Bandung sekaligus sepur raya jalur tunggal dari dan ke arah Surabaya/Malang. Kemudian, setelah jalur ganda menuju Solo Jebres dioperasikan per 7 Oktober 2020, jalur 4 dijadikan sebagai sepur lurus arah Surabaya/Malang, sedangkan jalur 5 dijadikan sebagai sepur lurus arah Jakarta/Bandung. Emplasemen selatan umumnya dipakai untuk pelayanan kereta api penumpang antarkota dan aglomerasi, sedangkan emplasemen utara untuk pelayanan kereta api komuter dan bandara. Ke arah timur, terdapat dua jurusan jalur rel: ke utara menuju Semarang dan rel ke timur menuju Surabaya/Malang. Emplasemen utara memiliki fasilitas bongkar muat angkutan semen. Di sisi timur stasiun terdapat segitiga pembalik yang memungkinkan rangkaian kereta api berbalik arah seluruhnya dengan menggunakan prinsip langsir. Sisi-sisi segitiga pembalik ini juga memungkinkan kereta api dari timur (dari Stasiun Solo Jebres) untuk langsung ke utara (Semarang) tanpa memasuki Stasiun Solo Balapan maupun sebaliknya. Di dekat segitiga pembalik ini dahulu terdapat jalur cabang menuju depot minyak Pertamina Gilingan yang juga merupakan bagian dari sisi segitiga pembalik ini. Jalur cabang tersebut kini sudah dibongkar total karena terkena dampak pembangunan jalur ganda menuju Stasiun Solo Jebres. Di sisi barat stasiun terdapat depo lokomotif dan kereta. Depot minyak yang terletak di sisi timur laut stasiun ini dinonaktifkan pada 2008 karena beroperasinya depot baru di Boyolali. Pertamina saat itu telah merencanakan pemasangan pipa BBM untuk menggantikan peran kereta api ketel. Lokasi depot tersebut dikepung permukiman padat penduduk sehingga demi keselamatan warga serta pekerja, maka depot minyak tersebut harus ditutup. Di atas bekas depot ini sekarang berdiri Masjid Sheikh Zayed.[14] Saat ini, ia juga dilengkapi jembatan penyeberangan penumpang di sebelah timur stasiun yang terhubung langsung di jalan sekitar Terminal Bus Tirtonadi—berfungsi sebagai penghubung antarmoda sehingga penumpang kereta api dapat melanjutkan perjalanan dengan bus ataupun sebaliknya.[15] Setelah jalur kereta api baru menuju Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo selesai dibangun,[16] stasiun ini mengalami perombakan di peron utaranya. Oleh karena itu, jalur 9 yang lama sudah dibongkar dan dibangun bangunan baru di atasnya yang difungsikan sebagai ruang tunggu sekaligus peron. Bangunan baru untuk layanan KA Bandara memiliki luas 200 m² dengan dua lantai; dapat menampung 200 penumpang, serta disinambungkan dengan jembatan penyebarangan yang telah ada sebelumnya. Pada 29 Desember 2019, ruang tunggu KA Bandara resmi beroperasi secara penuh setelah jalur menuju bandara tersebut selesai.[17] Setelah rampungnya elektrifikasi KRL Yogyakarta–Solo, di dekat sisi barat emplasemen stasiun ini terdapat depo stabling KRL. Jalur 3 yang lama sudah dibongkar untuk perluasan peron pulau sehingga kini jumlah jalur di stasiun ini tinggal sepuluh jalur dan terdapat empat jalur tambahan untuk stabling KRL. Upaya elektrifikasi tersebut kini sudah dilanjutkan kembali ke arah timur hingga mencapai Stasiun Palur.[18] Terkait dengan proyek jalur ganda Semarang–Surakarta segmen Solo Balapan–Kalioso yang dimulai sejak tahun 2022, tata letak jalur di sebelah timur stasiun ini sedang dirombak besar-besaran, terutama di sekitar area segitiga pembalik. Pada 28 September 2022, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah melakukan uji coba sistem pengenalan wajah pada proses keberangkatan kereta api antarkota di Stasiun Bandung dan per 10 Juli 2023, Stasiun Solo Balapan sudah menerapkan sistem tersebut bersama sembilan stasiun KA utama Pulau Jawa lainnya seperti Stasiun Malang, Yogyakarta, Surabaya Gubeng, Surabaya Pasarturi, Madiun, Semarang Tawang, Purwokerto, Cirebon, dan Jakarta Gambir.[19]
Pada budaya populerStasiun Solo Balapan menjadi inspirasi bagi salah satu lagu congdut yang sangat populer pada tahun 1990-an dari Didi Kempot, "Stasiun Balapan". Atas hasil karya tersebut, Kereta Api Indonesia menetapkan Didi Kempot sebagai Duta Kereta Api Indonesia setelah grup musik pop Melayu, ST 12.[20] Ciri khasStasiun ini memperdengarkan melodi penyambutan kereta api dengan lagu berjudul "Bengawan Solo" karya Gesang dalam format keroncong instrumental lagu ini buah hasil aransemen lagu ulang oleh YouTuber Keroncong yaitu Ardhieswala Music serta juga setiap kali terjadi kedatangan kereta api penumpang di stasiun ujung Kota Surakarta.[21] Selain itu, di setiap kereta api penumpang ketika akan tiba di stasiun ini memperdengarkan di dalam kereta dengan berjudul "Go Go Kota Solo" baik di dalam KRL, KA Aglomerasi, atau KA antarkota. InsidenPada 11 Januari 2019, dinding kaca panel dan sebagian rangka baja jembatan penghubung Terminal Tirtonadi dan Stasiun Solo Balapan pecah akibat diterpa hujan deras dan angin kencang yang melanda Kota Solo.[22] Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, tetapi jembatan tersebut sempat tidak dapat digunakan untuk berpindah moda para penumpang hingga keesokan harinya.[23] Layanan kereta apiBerikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 10 Desember 2024. PenumpangAntarkota
Aglomerasi
Kereta bandara
Komuter
Barang
Antarmoda pendukung
Galeri
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Solo Balapan Station. Pranala luar
|