Sebagai stasiun besar, seluruh perjalanan kereta api melalui jalur percabangan Kertosono–Malang di lintas selatan Pulau Jawa berhenti di stasiun ini.
Sejarah
Stasiun Kediri merupakan stasiun besar, dibuka oleh Staatsspoorwegen (SS) bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api ruas Kertosono–Kediri pada 13 Agustus 1882. Setahun kemudian, jalur kereta api menuju Stasiun Tulungagung dioperasikan pada 2 Juni 1883.[3][4]
Status bangunan stasiun yang masih asli dan tidak mengalami perubahan sedang dikaji sebagai cagar budaya oleh BPCB Jawa Timur.[5] Meskipun berstatus cagar budaya, sebagian dari bangunan ini telah dilakukan renovasi dan ditingkatkan untuk menampung fasilitas lain. Namun, ornamen bangunan stasiun pada bagian atap yang menjadi ciri khas sudah tidak tampak. Ornamen yang serupa juga terdapat di bagian depan Stasiun Mojokerto.
Bangunan dan tata letak
Stasiun Kediri memiliki enam jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus dan menggunakan sistem persinyalan mekanik. Di sebelah tenggara stasiun terdapat sub depo lokomotif yang pernah digunakan sebagai tempat penyimpanan dan perawatan lokomotif KA Krakatau (sekarang bernama KA Singasari), Brantas, dan Kahuripan. Namun, sejak rute ketiga kereta api tersebut diperpanjang hingga Blitar per 1 April 2017,[6] sub depo beserta ketiga jalur parkir tersebut sudah jarang digunakan.
Arsitektur stasiun ini bergaya Indische Empire, sama seperti stasiun SS lainnya, yaitu memiliki dinding tinggi serta memiliki ornamen besi tempa serta jalusi besi.[7] Pola-pola ruangan disusun secara linier dari utara ke selatan menghadap ke arah barat memberikan karakter horizontal yang kuat. Dinding pada bagian luar dan dalam terbuat dari batu bata setebal 30 sentimeter dan dicat putih. Pintu-pintu stasiun terbuat dari kayu, kaca, dan sebagian berupa pintu dan jendela krepyak.[8]
Ke arah selatan, terdapat rel menuju Jombang melalui Pare yang terletak di ujung selatan stasiun dan masih dapat terlihat, tetapi kini sudah tidak aktif dan wesel sudah lama dicabut. Selain itu, terdapat pula percabangan jalur di sebelah selatan stasiun menuju Depo Pertamina Kediri yang kini juga sudah tidak aktif.
Di sebelah barat daya emplasemen stasiun ini terdapat sebuah bangunan yang diyakini merupakan bekas gudang garam yang dihubungkan dengan emplasemen, tetapi kini sudah menjadi gudang elektronik. Emplasemen beserta gudang tersebut menjadi sumber inspirasi bagi logo perusahaan rokok nasional asal Kediri dengan nama yang sama.[9][10][11]
Layanan kereta api
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.[12]
Kegiatan bongkar muat dan langsiran hanya dilakukan di Jakarta Gudang
Insiden
Pada 7 April 2003 pukul 17.20, pendukung Arema Malang (Aremania) melemparkan batu ke peron Stasiun Kediri saat menaiki kereta api Matarmaja menuju Surakarta. Kejadian ini mengakibatkan tiga orang luka pada bagian kepala, tiga ruangan dan satu toko di dalam stasiun, serta beberapa rumah penduduk mengalami kerusakan parah. Stasiun Kediri diperkirakan mengalami kerugian sebesar lima juta rupiah.[13]
Pada 16 Januari 2008 pukul 21.45, ratusan Aremania mengamuk di Stasiun Kediri karena kekalahannya melawan Persiwa Wamena dalam Babak 8 Besar Liga Indonesia. Kejadian ini mengakibatkan kursi pada ruang tunggu mengalami kerusakan parah dan jendela stasiun pecah.[14]
Galeri
Peron Stasiun Kediri, 2019
Stasiun Kediri dilihat dari arah selatan, 2009
Tampak depan Stasiun Kediri dilihat dari arah utara, 2019
Tampak depan Stasiun Kediri dilihat dari arah selatan, 2020
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^Staatsspoorwegen Ned. Indië (1896). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.
^Pincoffs, L. dkk. (1873). Spoorwegen op Java. Rotterdam: Commissie voor de Spoorwegen op Java.
^Negara, Fadjrin Kurnia@Kementerian Badan Usaha Milik. "Kementerian BUMN". Kementerian BUMN (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-27. Diakses tanggal 2019-12-27.
^Riyanto, B. (2019). SIASAT MENGEMAS NIKMAT: Ambiguitas Gaya Hidup dalam Iklan Rokok Di Masa Hindia Belanda sampai Pasca Orde Baru 1925-2000. Yogyakarta: Lembaga Studi Realino. ISBN9786025607615.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).