Untuk mendukung operasional jalur ganda di lintas tersebut, sistem persinyalan mekanik di stasiun ini diganti dengan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri (Persero) yang sudah dipasang sejak tahun 2013 dan kemudian mulai dioperasikan pada tanggal 1 Oktober 2018.[3][4]
Sejarah
Pascarenovasi pertama tahun 2010, dipotret 2014
Pascarenovasi kedua tahun 2019
Stasiun Maguwo Lama yang menjadi cagar budaya. Jalur 1 kini dijadikan sebagai tempat langsiran Pusri Palembang ke gudang yang terletak di barat stasiun
Stasiun Maguwo dibuka pada tanggal 1 April 1909 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij; digunakan untuk melayani penumpang, bongkar muat barang, dan persilangan antarkereta api.[5] Keberadaan stasiun yang berdekatan dengan Lapangan Terbang Maguwo memungkinkan stasiun ini juga digunakan untuk langsir untuk gerbong ketel untuk memasok bahan bakar penerbangan. Selain itu, stasiun ini juga mulai melayani bongkar muat gerbong Pupuk Sriwidjaja ke emplasemen gudang yang terletak persis di barat stasiun.
Pada Gapeka 2004, Stasiun Maguwo lama ini memiliki empat jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Terdapat empat sepur badug (masing-masing dua yang menyambung di jalur 1 dan di jalur 4). Sepur badug di jalur 4 dahulu digunakan untuk langsiran kereta api ketel avtur Pertamina relasi Cilacap–Maguwo pp, sedangkan sepur badug di jalur 1 digunakan untuk langsiran dan penyimpanan KA angkutan Pupuk Sriwidjaja.[6] Selama masa-masa transisi ke jalur ganda, stasiun ini tetap digunakan.
Dengan selesainya pembangunan jalur ganda lintas Brambanan-Yogyakarta pada 8 Januari 2007[7][8] dan karena letaknya yang berdekatan dengan Bandara Adisutjipto, dibangunlah Stasiun Maguwo baru yang berada beberapa ratus meter di sebelah timurnya untuk memudahkan akses penumpang dari dan menuju bandara tersebut. Stasiun Maguwo baru mulai diuji coba pada tanggal 2 Juni 2008.[9] Begitu diuji coba, beberapa bulan kemudian bangunan Stasiun Maguwo lama resmi ditutup dan dijadikan cagar budaya oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI karena memiliki nilai sejarah dan pernah ditampilkan dalam film Janur Kuning (1979).
Bangunan dan tata letak
Stasiun ini memiliki empat jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 merupakan sepur lurus.
Stasiun ini difungsikan menjadi stasiun bandar udara yang akan melayani KA bandara untuk mengangkut penumpang antara Bandara Adisutjipto dengan Yogyakarta maupun Solo, sekaligus menjadi titik sistem transportasi terpadu di Yogyakarta. Stasiun ini sekarang dilengkapi dengan jalur bawah tanah yang menghubungkan penumpang pesawat terbang langsung dari stasiun. Di halaman depan juga telah berfungsi halte pemberhentian sistem angkutan dalam kota Trans Jogja.
^Mohamad, Ardyan (21 Juni 2013). Pratomo, Harwanto Bimo, ed. "Kalahkan Siemens, BUMN elektronik raup pendapatan Rp 2,3 triliun". Merdeka.com. Merdeka.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2017. Saat ini, masih ada pesanan proyek dari Kemenhub untuk menggarap persinyalan kereta di jalur Jogja-Solo, Duri-Tangerang, dan Parung-Maja.
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).