Stasiun Malang
Stasiun Malang (ML), juga disebut sebagai Stasiun Malang Kotabaru, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kiduldalem, Klojen, Malang, Jawa Timur, pada ketinggian +444 m dan berjarak 92,7 km arah selatan dari Surabaya Gubeng.[4] Stasiun ini berada dalam pengelolaan Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VIII Surabaya dan KAI Commuter. Stasiun ini merupakan stasiun utama di kawasan Malang Raya sekaligus menjadi salah satu stasiun keberangkatan utama bagi layanan kereta api antarkota dan kereta api lokal Commuter Line. Letak stasiun ini tidak jauh dari Alun-alun Bundar, Kawasan Pendidikan Tugu (SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, dan SMA Negeri 4 Malang), Gedung DPRD Kota Malang, Balai Kota Malang, Pasar Klojen, dan markas satuan di bawah Kodam V Brawijaya. SejarahStasiun Malang dibangun ketika jalur kereta api Surabaya–Malang dan Pasuruan mulai dirintis pada sekitar tahun 1870 yang bertujuan untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jawa Timur. Jalur ini dibangun setelah konsesi dikeluarkan pada tahun 1875. Jalur kereta api ruas Bangil–Malang selesai dibangun pada 20 Juli 1879[5] Bangunan pertama stasiun yang terletak di sisi timur emplasemen pada awalnya memiliki ciri khas dari Staatsspoorwegen (SS), yaitu perpaduan antara Neoklasik dan Indische Empire, yang juga diterapkan di Stasiun Surabaya Kota, Pasuruan, Sukabumi, Mojokerto, dan Madiun. SS kemudian membangun stasiun baru yang terletak di sisi barat emplasemen pada tahun 1941 berdasarkan karya Ir. W.J. van der Eb karena bangunan stasiun lama dianggap tidak mampu menampung jumlah penumpang yang terus meningkat.[6] Bangunan stasiun ini kemudian disebut Stasiun Malang Kotabaru untuk membedakannya dengan bangunan Stasiun Malang lama—bukan Stasiun Malang Kotalama yang dibangun pada tahun 1896.[7] Penataan ulangSebelum adanya pembangunan stasiun sisi timur, Kereta Api Indonesia dan Pemerintah Kota Malang sempat berencana untuk menata ulang Stasiun Malang. Hal ini dilakukan karena jumlah masyarakat Malang Raya yang bepergian dengan kereta api semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, stasiun ini dilakukan penataan ulang untuk meningkatkan ranah pariwisata. Rencana teknik rinci telah dibuat oleh KAI bersama Pemkot Malang pada awal 2018 lalu, tetapi banyak dilakukan perbaikan.[8] Sebagai langkah awal, Pemkot Malang dan KAI sepakat untuk menata kembali halaman parkir stasiun.[9] Pembangunan stasiun sisi timur dimulai dengan acara peletakan batu pertama oleh Wali Kota Malang, Sutiaji, pada 24 September 2019. Pembangunan tersebut mengakibatkan depo kereta secara bertahap akan dipindahkan ke Stasiun Malang Kotalama.[10][11][12] Kini sisi timur Stasiun Malang hanya berfokus pada layanan kereta api antarkota, sedangkan sisi barat berfokus untuk layanan kereta api lokal Commuter Line. Bangunan dan tata letakStasiun Malang memiliki sembilan jalur kereta api dengan jalur 3 merupakan sepur lurus, tetapi hanya jalur 1–5 yang digunakan untuk pelayanan naik turun penumpang, serta menggunakan persinyalan mekanik tipe Siemens & Halske. Stasiun ini memiliki konsep yang serupa dengan Stasiun Surabaya Gubeng dan Stasiun Bandung, yaitu memiliki dua bangunan stasiun di setiap sisi emplasemen.[13] Seperti di Stasiun Pasar Senen, bangunan sebelah barat stasiun memiliki peron yang terhubung dengan terowongan bawah tanah untuk pejalan kaki. Terowongan tersebut dibangun pada saat terdapat kabar perang.[14] Supaya dapat melindungi dari ancaman bom, maka baja dijadikan bahan dalam pembuatan pintu terowongan.[15] Bangunan lama stasiun (generasi kedua), yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen telah ditetapkan sebagai cagar budaya.[16] Sementara itu, bangunan sebelah timur stasiun dibangun ulang di sebelah depo kereta, bekas kawasan rumah dinas KAI, dan bangunan pertama stasiun pada masa Hindia Belanda. Bangunan sebelah timur stasiun dirancang lebih besar dari bangunan sebelumnya sehingga mampu menampung sekitar 2.500 calon penumpang.[17] Bentuk atap pada bangunan stasiun terinspirasi dari Gunung Putri Tidur, gunung yang terletak di Kabupaten Malang dan Kota Batu, dan dirancang supaya dapat melancarkan aliran udara.[18] Bangunan sebelah timur ini dilengkapi dengan zona penurunan pengunjung yang sebelumnya tidak tersedia. Untuk menghubungkan bangunan timur dan bangunan barat stasiun, maka dibangun juga jembatan layang untuk penumpang.
Pada 28 September 2022, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah melakukan uji coba sistem pengenalan wajah pada proses keberangkatan kereta api antarkota di Stasiun Bandung dan per 10 Juli 2023, Stasiun Malang sudah menerapkan sistem tersebut bersama sembilan stasiun KA utama Pulau Jawa lainnya seperti Stasiun Surabaya Gubeng, Purwokerto, Madiun, Solo Balapan, Yogyakarta, Surabaya Pasarturi, Semarang Tawang, Cirebon, dan Jakarta Gambir.[19] InsidenPada 4 Januari 2011 sekitar pukul 13.15, kereta penumpang milik KA Gajayana yang sedang parkir di Stasiun Malang tergelincir dan menabrak tiga rumah warga di sekitar Stasiun Malang Kotalama. Seorang balita tewas tertimpa reruntuhan rumah akibat tertabrak kereta tersebut dan satu korban lainnya mengalami patah tulang kaki.[20] Layanan kereta apiBerikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.[21] PenumpangAntarkota
Aglomerasi
Lokal (Commuter Line)
Barang
Antarmoda pendukung
Galeri
Referensi
Lihat pula
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Stasiun Malang.
|