Saat ini keberangkatan kereta api dari dan menuju berbagai tujuan tersebut di lintas timur, selatan, dan tengah Jawa dipindahkan ke Stasiun Surabaya Gubeng kecuali KA Sri Tanjung dengan relasi Lempuyangan–Ketapang, sehingga Stasiun Surabaya Kota dijadikan sebagai tempat langsiran dan menyimpan rangkaian kereta api antarkota serta hanya melayani kereta lokal dan komuter.
Sejarah
Bangunan lama stasiun
Sebelum 1899
Setelah 1899
Perbandingan bangunan pertama (sebelum 1899) dan kedua (sesudah 1899) Stasiun Surabaya Kota yang lama
Stasiun Surabaya Kota merupakan stasiun kereta api pertama yang dimiliki oleh Staatsspoorwegen (SS), operator kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda. Berdasarkan sejarahnya, stasiun ini dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada tahun 1899, bangunan stasiun lama akhirnya dirobohkan dan diganti dengan bangunan baru yang ada saat ini.[3]
Stasiun Surabaya Kota menjadi stasiun ujung/terminus untuk kereta-kereta api ekspres terbaik pada masanya, mulai dari Eendaagsche Express yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya dalam waktu tercepat 11 jam 30 menit pada tahun 1930-an,[4] hingga kereta ekspres malam Bima yang hingga awal 1990-an membawa kereta tidur.[5]
Stasiun kereta api ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Wali Kota Surabaya.[6] Stasiun itu ditetapkan sebagai bangunan yang harus dipertahankan bersama 60 bangunan lainnya di Kota Surabaya. Keberadaannya terancam dengan rencana pembangunan pusat perbelanjaan dan kawasan pertokoan yang mengancam rusaknya keaslian lanskap stasiun itu, seperti halnya Stasiun Jakarta Kota di Jakarta. Bahkan sempat terjadi pembongkaran kawasan itu yang ironisnya melibatkan PT Kereta Api Indonesia.
Bangunan dan tata letak
Stasiun Surabaya Kota memiliki total enam belas jalur kereta api yang diberi nomor. Emplasemen baru di barat memiliki empat jalur yang dijadikan jalur kedatangan maupun keberangkatan penumpang, dengan jalur 1 dan 2 merupakan sepur lurus. Sementara itu, 12 jalur sisanya berada di emplasemen lama di timur yang terdiri dari sepur belok dan badug. Jalur 1 dan 2 merupakan sepur lurus yang terhubung dengan jalur 1 dan 2 emplasemen barat. Emplasemen lama digunakan sebagai sepur simpan/tempat parkir rangkaian kereta.[7]
Bangunan lama stasiun ini, yang berlokasi tepat di depan Pasar Atum, sudah tidak dioperasikan sejak 1990-an, tetapi sudah direnovasi selama kurun waktu tahun 2012-2015. Sampai saat ini belum ada rencana diaktifkan kembali, tetapi kemungkinan nantinya akan difungsikan kembali sebagai stasiun penumpang atau hanya sebagai museum. Kini pelayanan penumpang masih dipusatkan di gedung Indo Plaza yang terletak di sayap barat emplasemen. Bangunan stasiun di sisi barat Indo Plaza ini diresmikan pada tanggal 22 April 1986 berdasarkan prasasti yang terpasang di ujung jalur badug stasiun.[8]
Sepur belok untuk jalur parkir ataupun langsiran kereta api
G
Peron sisi
Sejak bulan Juli 2014, stasiun ini telah menggunakan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri untuk menggantikan persinyalan mekanik. Rumah sinyal di sisi timur emplasemen yang biasanya digunakan untuk mengontrol perangkat persinyalan mekanik di stasiun ini dinonaktifkan setelah peralihan sistem persinyalan selesai dilakukan dan ditetapkan sebagai cagar budaya sejak tahun 2013.[9]
Sejak Oktober 2014, jalur pintas yang menghubungkan antara jalur yang memiliki akses langsung ke emplasemen stasiun dan jalur yang melewati viaduk Tugu Pahlawan dekat perlintasan sebelah timur stasiun ini telah dioperasikan sehingga memungkinkan rangkaian kereta api dapat berjalan langsung dari Stasiun Gubeng menuju Stasiun Pasarturi atau Kalimas maupun sebaliknya tanpa memutar rangkaiannya terlebih dahulu di Stasiun Sidotopo.
Sehubungan dengan rencana peningkatan kapasitas angkut kereta api lokal dan komuter di stasiun ini, muncul wacana untuk mengaktifkan kembali bangunan lama Stasiun Surabaya Kota peninggalan SS ini sebagai stasiun utama untuk kereta lokal dan komuter. Untuk menyiasatinya, PT KAI memutuskan akan memindahkan seluruh aktivitas perawatan sarana perkeretaapian ke Stasiun Sidotopo. Saat ini, stasiun lama sedang menjalani tahap akhir, seperti menghidupkan kembali jalur 1 dan 2 yang lama yang dipayungi atap overcapping, penambahan loket dan layanan pelanggan, serta perbaikan fasilitas seperti toilet. Ke depannya, pelayanan penumpang yang sebelumnya berada di Indo Plaza akan dikembalikan ke bangunan stasiun lama.[10][11]
Layanan kereta api
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.[12]
Di sebelah barat stasiun dahulu terdapat bekas Station Soerabaia-Goederenstation (Stasiun Surabaya Gudang) yang dikhususkan untuk angkutan barang. Sekarang menjadi Indo Plaza
Emplasemen Stasiun Surabaya Kota saat masih menggunakan bangunan pertama
Tampak depan stasiun Surabaya Kota, tahun 2020
Rumah sinyal timur stasiun Surabaya Kota, tahun 2022
^Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
^Kop, Jan (2004). Bouwen in de Archipel: burgerlijke openbare werken in Nederlands-Indië 1800-2000. Walburg Pers.
^Ojong, P.K. (1981). Kompasiana: esei jurnalistik tentang berbagai masalah: pers, politik, asimilasi, cendekiawan, pelayanan masyarakat, tertib hukum, kebudayaan, ekonomi, kepemimpinan, kota Jakarta. PT Gramedia.
^Surat Keputusan Kepala Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 188.45/251/402.1.04/1996
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).