Pada saat stasiun ini aktif, stasiun ini hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus ditambah gudang dan lima sepur simpan (khusus bongkar muat barang).[3] Arsitektur stasiun ini mirip dengan Stasiun Situbondo.
Jalur dan prasarana sepanjang lintas Kalisat-Panarukan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan sesuai UU No.23 Tahun 2007.
Sejarah
Stasiun ini dibuka pada tahun 1 Oktober 1897. Tujuan membuat stasiun ini adalah untuk mengangkut barang dari Pelabuhan Panarukan. Karena itu, dibangunlah jalur lori dari Pelabuhan Panarukan yang berjarak 1 km timur dari stasiun ini. Jalur lori ini hanya digunakan untuk mengangkut barang. Operator stasiun ini adalah perusahaan kereta api pemerintah Hindia BelandaStaats Spoorwegen (SS). Jalur ini merupakan segmen terakhir dari megaproyek jalur kereta api Probolinggo–Panarukan yang konsesinya keluar pada 23 Juni 1893.[4][5]
Sebelum tahun 1980, stasiun ini sangat ramai dengan penumpang dan barang yang hendak ke pelabuhan. Pada tahun 1980-an, aktivitas Pelabuhan Panarukan perlahan-lahan mulai sepi. Ekspor melalui laut kemudian dialihkan ke Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pelabuhan Panarukan menjadi kurang diminati karena lautnya menjadi dangkal sekitar 1,5 meter akibat sedimentasi dari Sungai Sampeyan.[6] Akibatnya, kapal-kapal bertonase besar tidak dapat sandar. Karena jarang dipakai, jalur lori ke pelabuhan dinonaktifkan pada awal tahun 1990. Setelah jalur lori ini ditutup, stasiun ini tidak melayani kereta barang lagi.
Kereta api penumpang masih bisa beroperasi sampai tahun 2004. Karena prasarana yang sudah sangat tua, PT KAI menutup jalur dan stasiun ini pada tahun 2004. Selain itu, jalur ini ditutup karena kurangnya sarana kereta api Daop IX Jember. Kereta api lokal yang melewati jalur ini sebelum ditutup,dioperasikanlah Ka Lokal Blagador dan hanya membawa 1-2 gerbong ekonomi dan 1 gerbong barang. Tidak ada kereta api yang melewati jalur ini lagi. Rel-rel, sinyal, wesel, dan aset-aset kereta lainnya dibiarkan terbengkalai, bahkan ada sebagian yang dicuri dan dijual. Bekas Stasiun Panarukan kini masih ada, tetapi sudah rusak dan butuh banyak dana untuk memperbaikinya.[7]
Sejak ditutup jalur ini pada tahun 2004, telah muncul banyak wacana untuk mengaktifkan kembali jalur ini. Saat ini, jalur Kalisat-Panarukan telah masuk dalam prioritas reaktivasi melalui Perpres 80 Tahun 2019 dan lolos studi kelayakan untuk diaktifkan ulang.
Galeri
Papan nama Stasiun Panarukan, 2023
Bagian Peron Stasiun Panarukan, 2023
Pintu masuk dan Keluar Stasiun Panarukan, 2023
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^Grafik Perjalanan Kereta Api 2002. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan Republik Indonesia.
^Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 1921–1932.Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)
^"Wijziging van de Aansluiting van den Zijtak naar Pasirian aan de Hoofdlijn Probolinggo-Panaroekan". de Indische gids. 16: 1173. 1894.