Stasiun Situbondo

Stasiun Situbondo
Situbondo
+30 m
Emplasemen Stasiun Situbondo dipotret ketika penelusuran Direktorat Jenderal Perkeretaapian bersama Komunitas Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) pada 2024
Nama lainStasiun Sumberkolak
Lokasi
Koordinat7°42′52″S 113°59′41″E / 7.71444°S 113.99472°E / -7.71444; 113.99472
Ketinggian+30 m
Operator
Letak
Jumlah jalur4 (jalur 1: sepur lurus)
LayananTidak ada layanan.
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Sejarah
Dibuka1 Oktober 1897
Ditutup2004
Nama sebelumnyaStation Soemberkolak
Fasilitas dan teknis
Tipe persinyalanMekanik tipe Alkmaar dan Tebeng
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Situbondo (SIT), dikenal dengan nama lain Stasiun Sumberkolak, merupakan stasiun kereta api nonaktif yang terletak di Sumberkolak, Panarukan, Situbondo

Stasiun yang terletak pada ketinggian +30 meter ini dikelola PT KAI Daop IX melalui Wilayah Penjagaan Aset IX Jember walaupun kepemilikan asetnya dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, serta merupakan stasiun kereta api terdekat dengan ibu kota Kabupaten Situbondo.

Sejarah

Stasiun Situbondo tahun 2017

Stasiun ini mulai beroperasi bersamaan dengan selesainya jalur kereta api Kalisat–Panarukan pada tanggal 1 Oktober 1897 oleh Staatsspoorwegen. Jalur ini merupakan segmen terakhir dari megaproyek jalur kereta api Probolinggo–Panarukan yang konsesinya keluar pada 23 Juni 1893.[3][4][5] Nama stasiun ini awalnya adalah Soemberkolak, berasal dari nama desa tempat stasiun ini berada. Dari Soemberkolak ini terdapat percabangan menuju "Sitoebondo" yang berjarak sekitar 1,6 km ke arah timur dari Soemberkolak, diresmikan pada 1 Oktober 1897 berbarengan dengan peresmian jalur kereta api Kalisat–Panarukan.[6][7][5]

Pada saat beroperasinya Pabrik Gula Panji, dibangunlah kelanjutan jalur kereta api menuju pabrik gula tersebut. Sebelum era kemerdekaan, nama Soemberkolak dan Sitoebondo diganti, tetapi tidak jelas kapan secara resminya diganti. Masing-masing dari pemberhentian kereta api tersebut dari yang semula bernama Soemberkolak diganti menjadi Sitoebondo dan Sitoebondo lama diganti menjadi "Sitoebondo Goederenstation", kelak menjadi "Stasiun Situbondo Gudang". Pada tahun 1950-an, nama kedua stasiun tersebut diganti oleh DKA menyesuaikan Ejaan Republik. Jalur lanjutan dari Situbondo Gudang menuju Panji ini dibuka pada tanggal 1 Mei 1912.[3][5][8] Namun sejak tahun 1965 percabangan ini dinonaktifkan. Jalur tersebut dahulu digunakan untuk mengangkut tebu dari Pabrik Gula Panji.

Pada masa kemerdekaan, stasiun ini menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia. Tercatat, seorang ulama asal Situbondo, K.H. As'ad Syamsul Arifin, bersama para pejuang, naik kereta api dari stasiun ini menuju Stasiun Gedangan di Sidoarjo, karena Surabaya di kala itu jatuh ke tangan Inggris sebagai bagian dari serangkaian Pertempuran Surabaya. Ketika kurang lebih seratus pejuang yang dipimpinnya tiba di Stasiun Gedangan, mereka menginap di rumah beberapa penduduk karena mereka tidak memiliki markas.[9]

Menjelang nonaktif, stasiun ini dahulu hanya dilayani oleh kereta api lokal Jember–Panarukan p.p. Sering ditarik lokomotif diesel hidraulis produksi Henschel (BB303 dan BB306), serta membawa tiga unit kereta penumpang ekonomi non-AC. Kereta penumpang ini dahulu difungsikan untuk mengumpan penumpang dari pelosok Situbondo menuju Stasiun Jember. Stasiun ini dinonaktifkan penuh pada tahun 2004 oleh PT KA beserta jalur dan seluruh layanannya karena prasarana yang tua dan kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum.[10]

Kondisi terkini, bangunan stasiun masih utuh dan ditempati seseorang, sedangkan emplasemen stasiun ini kini berubah menjadi padang rumput. Namun, di sekitar emplasemen stasiun masih terdapat satu gerbong penolong, sebuah sinyal mekanik tipe Alkmaar dan tebeng beserta handelnya, serta tuas-tuas wesel bandul. Stasiun ini beserta seluruh stasiun yang ada pada lintas segmen Jalur kereta api Kalisat–Panarukan masuk dalam prioritas untuk reaktivasi sesuai Perpres Nomor 80 Tahun 2019 yang akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian

Bangunan dan tata letak

Pada saat stasiun ini aktif, stasiun ini memiliki empat jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus, serta memiliki gudang dan dua sepur simpan.

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 1921–1932. 
  4. ^ "Wijziging van de Aansluiting van den Zijtak naar Pasirian aan de Hoofdlijn Probolinggo-Panaroekan". de Indische gids. 16: 1173. 1894. 
  5. ^ a b c Steven Anne Reitsma (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co. 
  6. ^ Officieele reisgids voor Spoor-en Tramwegen op Java Met Spoorwegkaart van Java. Samarang: G. C. T. VAN DORP & Co. 1898. 
  7. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  8. ^ Buku Djarak Singkat. Djawatan Kereta Api. 1950. 
  9. ^ Hasan 2003, hlm. 114.
  10. ^ "Jalur Kereta Api Kalisat-Panarukan Segera Dibuka". Tempo (dalam bahasa Inggris). 2009-01-12. Diakses tanggal 2019-07-20. 

Daftar pustaka

  • Hasan, S.A. (2003). Kharisma Kiai As'ad di mata umat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. ISBN 9793381302. 
Stasiun sebelumnya Piktogram dari KA Jarak Jauh Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Kalibagor
menuju Kalisat
Kalisat–Panarukan Tribungan
Terminus Percabangan menuju Panji Situbondo Gudang
menuju Panji