Artikel ini mengenai terminal induk utama pada kawasan regional Kota Surabaya walaupun terletak di Kabupaten Sidoarjo. Untuk terminal induk di kawasan regional Kabupaten Sidoarjo, lihat Terminal Larangan.
Terminal Purabaya (atau juga dikenal Terminal Bungurasih) adalah terminal bus penumpang tipe A yang melayani perjalanan bus untuk wilayah Surabaya Raya dan sekitarnya. Terminal Purabaya terletak di Desa Bungurasih, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Terminal ini merupakan gerbang utama Kota Surabaya dari arah barat, selatan dan timur. Terminal ini memiliki lahan seluas 11,9 hektar. Walau bertempat di wilayah administrasi Kabupaten Sidoarjo, terminal ini dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui perjanjian kerjasama antara kedua daerah sejak awal berdirinya pada tahun 1991. Sejak tahun 2022, status pengelolaan terminal ini diambilalih oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Setiap harinya, rata-rata terdapat 1.078 unit bus antarkota datang dengan membawa 27.833 penumpang dan 1.063 unit bus antarkota berangkat dengan membawa 30.790 penumpang dari terminal ini. Hal tersebut menyebabkan beberapa media massa mengklaim terminal ini sebagai terminal bus tersibuk di Asia Tenggara.
Nama terminal bus ini berasal dari akronim "Purabaya", gabungan dari kata "gapura" dan "Surabaya". Jika disatukan, "Terminal Purabaya" dapat dimaknai sebagai terminal bus yang terletak pada akses masuk atau pintu gerbang Kota Surabaya. Hal tersebut sesuai dengan fakta yang menunjukkan bahwa fisik bangunan terminal terletak di Desa Bungurasih, sebuah desa yang berada tepat di luar perbatasan selatan antara Kota Surabaya dengan wilayah administasi Kabupaten Sidoarjo. Nama terminal ini sendiri dicetuskan oleh Bupati Sidoarjo, Edi Sanyoto dan Walikota Surabaya, Poernomo Kasidi sejak awal pembangunannya pada tahun 1990.[2]
Lingkungan sekitar
Fisik bangunan Terminal Purabaya berdiri pada lahan tanah Barang Milik Daerah (BMD) seluas 119.950 m2 atau sekitar 11,9 hektar di wilayah administrasi Desa Bungurasih.[a][3] Lokasi lahan tanah sebelum dibangunnya terminal bus merupakan wilayah administrasi Dukuh Kasian (sekarang menjadi RW I Bungurasih Timur), sebelum akhirnya pedukuhan ini digabungkan dengan Desa Bungur menjadi Desa Bungurasih saat ini.[4] Lingkungan sekitar terminal bus ini berada di lintasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Buntung,
yang juga melewati sebagian besar desa di Kecamatan Waru. Seringkali sungai tersebut menyebabkan banjir dan genangan pada kawasan sekitar terminal bus, apalagi jika terjadi curah hujan yang tinggi dengan intensitas waktu yang cukup lama.[5][6][7]
UPTD Terminal Purabaya berhasil meraih penghargaan Wahana Tata Laksana (WTL) kategori kebersihan yang diadakan oleh Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) pada tahun 2013. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Dirjen Hubdat Kemenhub RI, Suroyo Alimoeso kepada Kadishub Surabaya, Eddie di Kota Semarang pada 19 Juni 2013.[16] Penghargaan WTL merupakan bentuk apresiasi pemerintah pusat kepada penyelenggara terminal penumpang demi mewujudkan penyelenggaraan terminal penumpang yang bersih dan nyaman sebagai dambaan masyarakat pengguna jasa.[17] Dari kesepuluh nominasi, terminal ini menduduki posisi teratas, disusul oleh Terminal Lebak Bulus dan Terminal Giwangan, masing-masing di posisi kedua dan ketiga.[18][19]
Sejarah
Pada dekade sebelum tahun 1990-an, beberapa jalur trayek angkutan umum lokal di Kota Surabaya mempunyai titik terminus (ujung) paling selatan di Bundaran Aloha, dekat dengan Halte Sawotratap. Sedangkan angkutan umum lokal di Kabupaten Sidoarjo mempunyai pangkalan yang terdapat di sekitaran titik keramaian seperti Pasar Waru, Stasiun Waru dan Pabrik Paku Kedungrejo.[20] Salah satunya seperti Perum DAMRI, yang sudah mengoperasikan layanan bus tingkat dengan relasi Aloha–Tugu Pahlawan sejak tahun 1985.[21]
Berbeda dengan angkutan umum lokal, bus antarkota pada dekade sebelum tahun 1990-an masih diperbolehkan melintasi kawasan dalam kota. Hal tersebut dikarenakan seluruh jaringan trayek bus antarkota dari dan ke Kota Surabaya mempunyai titik terminus pada terminal bus eksisting yang tersedia di dalam kota pada masa tersebut. Seluruh layanan bus antarkota dalam provinsi mempunyai pangkalan di Terminal Joyoboyo, dan sebagian lainnya di Terminal Jayengrono. Sedangkan layanan bus antarkota antarprovinsi dan bus jarak jauh mempunyai pangkalan di Terminal Bratang.[22]
Ide pembangunan terminal bus di Desa Bungurasih sudah dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur di bawah kepemimpinan Soenandar Prijosoedarmo pada tahun 1982. Ide tersebut tertuang dalam dokumen Surat Persetujuan Gubernur Jawa Timur Nomor 645.7/9605/210/82 tertanggal 2 September 1982. Latar belakangnya didasari oleh kapasitas kendaraan dan penumpang pada terminal bus eksisting yang sudah tidak memadai (overloud) saat itu. Selain itu, terminal bus eksisting berdiri pada lahan tanah yang sempit di kawasan dalam kota, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut menjadi terminal induk bus antarkota di masa depan. Langkah awalnya, pada tahun 1982–1989, Pemerintah Kota Surabaya bertanggungjawab terhadap pembiayaan pembebasan tanah di Desa Bungurasih. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo turut membantu sepenuhnya pelaksanaan pembebasan tanah yang dimaksud.[2][23]
Realisasi pembangunan terminal bus di Desa Bungurasih baru dilaksanakan pada tahun 1989, dengan jangka pembangunan sekitar dua tahun. Pada 11 Maret 1991, terminal bus bernama Terminal Purabaya ini diresmikan oleh Menteri Perhubungan, Azwar Anas serta mulai dibuka untuk umum sejak saat itu. Seluruh aktivitas kendaraan dan penumpang bus antarkota dari Terminal Joyoboyo dan Terminal Bratang sepenuhnya dipindahkan ke lokasi terminal yang baru.[b][2]
Secara faktual, bentuk perjanjian kerjasama (MoU) antara Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam pengelolaan Terminal Purabaya sudah dilaksanakan sejak tahun 1991. Pelaksanaan kerjasama tersebut tertuang dalam Keputusan Bersama Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya dan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sidoarjo Nomor 31 dan 32 Tahun 1991 tertanggal 11 Maret 1991 tentang Pengelolaan Terminal Angkutan Penumpang Umum Antarkota. Implementasinya, Pemerintah Kota Surabaya akan membangun terminal bus skala regional di wilayah administrasi Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo akan membangun terminal kargo yang bisa dimanfaatkan bersama oleh kedua belah pihak. Pada perjanjian tersebut juga tertuang pembagian hasil 30% digunakan untuk biaya operasional, 30% untuk Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan 40% untuk Pemerintah Kota Surabaya.[24][25]
Selain moda transportasi bus perkotaan dan bus antarkota, Terminal Purabaya juga menjadi salah satu titik singgah dan lintasan dari beberapa jaringan trayek mobil penumpang umum (MPU) non bus.[26] Berdasarkan data Dishub Sidoarjo tahun 2006, terdapat 222 unit yang tersebar pada enam jalur trayek angkutan pedesaan yang menjangkau kawasan utara Kabupaten Sidoarjo seperti Kecamatan Waru dan Taman.[27][28] Sedangkan seluruh moda jaringan trayek angkutan perbatasan kota dan MPU antarkota yang melintasi terminal ini terkonsentrasi dari Terminal Joyoboyo, yang menghubungkan Kota Surabaya dengan wilayah di selatan kota pada Kabupaten Sidoarjo hingga Kota Malang.[29][30][31]
Daftar jaringan trayek MPU non bus yang melintasi kawasan Terminal Purabaya dan sekitarnya.
Banyaknya jenis moda angkutan umum yang mempunyai lintasan berhimpitan pada ruas antara Terminal Joyoboyo dengan Terminal Purabaya seringkali menimbulkan singgungan dan konflik.[32][33] Pada Agustus 2010, ratusan awak bus AKDP relasi Joyoboyo–Mojokerto melakukan aksi protes ke Dishub LLAJ Jawa Timur terkait adanya pelanggaran trayek yang dilakukan oleh oknum awak MPU antarkota relasi Surabaya–Malang. Hal ini disebabkan karena beberapa awak MPU berizin trayek dari Dishub Sidoarjo mengangkut penumpang pada ruas Joyoboyo–Bundaran Waru.[34] Padahal sesuai perizinan trayeknya, hanya sejumlah 80 unit MPU berizin trayek dari Dishub LLAJ Jawa Timur yang diizinkan mengangkut penumpang hingga Terminal Joyoboyo. Sisanya, sekitar 70 unit MPU lainnya yang berizin trayek dari Dishub Sidoarjo hanya diizinkan mengangkut penumpang hingga Terminal Purabaya saja.[35]
Di sisi lain, awak bus AKDP relasi Joyoboyo–Mojokerto juga pernah mempermasalahkan perizinan trayek dari MPU antarkota relasi Surabaya–Mojokerto (Lespadangan). Jalur lintasan MPU ini seharusnya hanya sampai di Terminal Purabaya saja. Tetapi karena adanya penolakan dari awak angkutan pedesaan Sidoarjo trayek HN relasi Krian–Waru, akhirnya MPU mengambil trayek bus AKDP dengan pemberhentian terakhir di Taman Ngagel Tirto.[36]
Angkutan umum tidak dalam trayek
Terminal Purabaya menjadi zona hijau atau zona naik-turun penumpang dari berbagai angkutan umum tidak dalam trayek konvensional seperti ojek pangkalan, angguna, travel (carter) legal dan beberapa layanan taksi seperti Bluebird, Express, Silver, Yellow, Bosowa (BSW), Citra, Mandala, dll.[37][38][39] Guna menghindari singgungan dan konflik dengan angkutan umum konvensional, area dalam terminal ini ditetapkan sebagai zona merah atau zona larangan menaikkan penumpang bagi angkutan umum daring (online).[40][41] Beberapa operator penyedia layanan angkutan umum daring yang populer di Kota Surabaya adalah Gojek dan Grab.[42] Umumnya, angkutan umum daring tersebut memiliki titik penjemputan khusus yang legal di luar area terminal.[43][44][45] Misalnya manajemen Grab Indonesia yang menyediakan gedung Grab Lounge, yang berfungsi sebagai area parkir angkutan (pool), tempat istirahat pengemudi, sekaligus sebagai ruang tunggu penumpang(lounge).[46][47]
Bus perkotaan dan aglomerasi
Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Kota Surabaya memiliki beberapa sarana angkutan umum berupa layanan bus perkotaan. Bus perkotaan ini menunjang mobilisasi antar kawasan dalam kota maupun aglomerasi Gerbangkertosusila.[48][49] Jenis-jenis bus perkotaan yang terdapat di kota ini antara lain seperti bus kota reguler, bus pemadu moda, Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, Trans Sidoarjo (nonaktif) dan Trans Jatim. Beberapa koridor dari masing-masing bus perkotaan tersebut sama-sama mempunyai titik terminus serta terkoneksi satu sama lain pada kawasan selatan kota di Terminal Purabaya.[50][51]
Setelah Perum DAMRI menonaktifkan layanannya sejak awal September 2022, seluruh operasional jalur trayek bus kota reguler di Surabaya kini hanya dioperasikan oleh sepuluh perusahaan otobus (PO) swasta saja.[52][53] Total jumlah unit bus tersisa yang masih beroperasi sejumlah 32 unit dari Terminal Purabaya, yang tersebar pada tiga jalur trayek berbeda. Ketiga jalur trayek tersebut masing-masing menghubungkan terminal ini dengan Terminal Bratang (jalur F) dan Jembatan Merah Plaza (JMP) (jalur F atau P5).[54][55] Diantara ketiga jalur, hanya jalur trayek P5 yang mempunyai okupansi penumpang yang lebih tinggi daripada jalur trayek bus kota reguler lainnya, terutama pada jam-jam berangkat dan pulang kerja. Sama-sama mempunyai tujuan akhir di JMP, jalur trayek P5 mempunyai waktu tempuh yang lebih singkat daripada koridor R1/R2 Suroboyo Bus (via Darmo) ataupun bus kota reguler jalur trayek F (via Diponegoro).[56][57]
Statistik bus kota reguler di Terminal Purabaya, September 2022.
Layanan pemadu moda dari dan ke Bandara Juanda pertama kali diluncurkan di Kota Surabaya pada April 2012.[59][60] Pengadaan layanan ini adalah bentuk kerjasama PT Angkasa Pura I dengan Dishub Jatim beserta LLAJ Jawa Timur.[61][62] Sebanyak 23 unit medium bus Angkutan Khusus Bandara Juanda (AKBJ) (atau biasa disebut bus bandara) milik Perum DAMRI cabang Surabaya difungsikan pada jalur trayek Terminal Purabaya–Juanda PP.[63][64] Keberadaan layanan pemadu moda ini menjadi salah satu penyumbang utama laba usaha Perum DAMRI. Hal tersebut dibuktikan dengan besaran laba yang mencapai Rp24,1 miliar pada Semester I tahun 2012.[65][66]
Bus kota modern
Lebih lambat dari kehadiran beberapa moda bus kota modern seperti Trans Sidoarjo (2015–2020), Suroboyo Bus (April 2018) ataupun Trans Jatim (Agustus 2022), Trans Semanggi Suroboyo baru akan menjangkau Terminal Purabaya melalui kehadiran tiga koridor terbaru pada periode tahun 2022–2023.[67] Koridor K3L direncanakan akan mulai diluncurkan pada tahun 2022. Sedangkan dua koridor lainnya (K1L dan K6L) baru akan direalisasikan pada tahun 2023.[68][69][70] Rencananya sebagian unit yang akan digunakan berupa bus listrik.[71] Puluhan unit bus listrik produksi PT INKA akan dihibahkan ke Perum DAMRI cabang Surabaya untuk operasional bus kota berskema buy the service (BTS) setelah perhelatan KTT G20 di Bali selesai.[72][73]
Daftar koridor dan pengembangan bus kota modern di Terminal Purabaya, 2018–2024.
Lebih dari seratus jalur trayek bus antarkota dari berbagai tingkatan kelas layanan mempunyai titik terminus ataupun jalur lintasan di Terminal Purabaya.
Tingkatan kelas layanan bus antarkota di Terminal Purabaya
Contoh kenampakan unit bus antarkota pada setiap jalur trayek ditampilkan pada pranala yang tercantum di bagian kolom operator bus.
Jalur bus antarkota dari Terminal Purabaya yang mempunyai rute terpendek adalah trayek AKDP relasi Surabaya–Malang, yang memiliki panjang lintasan sejauh 85 km.[85][86] Sedangkan jalur bus dengan rute terpanjang adalah trayek AKAP relasi Jember–Medan. Jarak sejauh 2.839 km ini membentang pada sepuluh provinsi dari Jawa Timur di Pulau Jawa hingga Sumatera Utara di Pulau Sumatra.[87][88] Selain itu, terminal ini juga dilintasi oleh bus antarkota jalur trayek AKAP relasi Merak–Bima, yang mempunyai lintasan membentang sejauh 1.850 km. Lintasan yang dilalui menjelajahi tujuh provinsi, menyeberangi tiga selat dan menapaki empat pulau dari Jawa, Bali, Lombok hingga Sumbawa.[89][90]
Jember - Tanggul - Lumajang - Probolinggo - Pasuruan - Surabaya - Lampung - Gunung Sugih - Kotabumi - Muaradua - Martapura - Baturaja - Prabumulih - Muara Enim / Mesuji - Kayuagung - Indralaya - Palembang
AKAP
PO Rosalia Indah
eksekutif
99
Malang - Pandaan - Surabaya - Lampung - Gunung Sugih - Kotabumi - Muara Dua - Martapura - Baturaja - Muara Enim - Lahat - Muara Beliti - Lubuklinggau - Sarolangun - Bangko - Kerinci - Sungai Penuh / Muara Bungo / Mesuji - Kayuagung - Indralaya - Palembang - Musi Sekayu - Muara Bulian - Jambi
AKAP
PO Lorena-Karina
eksekutif
PO Handoyo
eksekutif
100
Malang - Pandaan - Surabaya - Lampung - Pringsewu - Kotaagung - Liwa - Bintuhan - Manna - Bengkulu - Painan - Padang - Pariaman / Gunung Sugih - Kotabumi - Muaradua - Martapura - Baturaja - Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Muara Beliti - Lubuklinggau - Sarolangun - Bangko - Muara Bungo - Pulau Punjung - Teluk Kuantan - Bangkinang - Pasir Pangarayan - Ujung Batu / Pulau Punjung - Muara Sijunjung - Muara Sawahlunto - Bukittinggi - Payakumbuh
Selain di Terminal Purabaya, beberapa operator perusahaan otobus penyedia layanan bus antarkota jarak jauh juga mempunyai titik penjemputan penumpang di luar area terminal. Beberapa depo (garasi atau pool) dan lapak loket pembelian tiket bus jarak jauh tersebar di beberapa titik di luar Terminal Purabaya di sepanjang Jalan Letjen Sutoyo (dari Desa Medaeng sampai Desa Bungurasih).[91] Lokasi lainnya terdapat di sepanjang Jalan Makam Peneleh, di dekat area sekitar Stasiun Surabaya Kota (Semut).[92]
Rute Daerah Istimewa Surakarta, Kedungsepur, & Daerah Istimewa Yogyakarta
Ekonomi :
Patas :
Rute Purwomanggu & Banlingmascakeb
Ekonomi :
Eksekutif :
Rute Petalong, Bregas, & Cirebon Raya
Ekonomi :
Eksekutif :
Rute Tasikmalaya Raya & Cekungan Bandung
Ekonomi :
Eksekutif :
Rute Purwasuka, Sukabumi Raya, Jabodetabekpunjur, & Banten
Ekonomi :
Eksekutif :
Bus Antar Kota Antar Pulau
Bali, Lombok, & Sumbawa
Ekonomi :
Eksekutif :
Lintas Sumatera
Eksekutif :
Angkutan wisata KSPN
Guna mendukung program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Ditjen Hubdat Kemenhub RI bersama Perum DAMRI menyediakan layanan angkutan wisata dari Kota Surabaya menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sejak Oktober 2020.[93][94] Perum DAMRI cabang Malang pun ditunjuk menjadi operator layanan tersebut di kota ini dengan melayani relasi perjalanan Stasiun Pasar Turi–Sukapura via Tol Probolinggo, dengan salah satu titik penjemputan penumpangnya di Terminal Purabaya.[95][96] Jenis kendaraan yang digunakan berupa mikrobus sasis Toyota HiAce berkapasitas enam belas penumpang.[97] Sebelumnya Perum DAMRI juga pernah mengoperasikan layanan serupa yang melintasi terminal ini dengan relasi perjalanan Batu–Wali Limo (Tuban) dan Juanda–Tosari, namun sudah tidak dioperasikan lagi.[98][99][100]
Statistik
Dalam kurun waktu pada tahun 2008–2017, Dishub Surabaya telah melakukan pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang di Terminal Purabaya. Data dikelompokkan berdasarkan jumlah kedatangan dan keberangkatan per tahun. Berdasarkan nilai rerata yang diperoleh, diketahui bahwa setiap harinya terdapat 384 unit bus kota datang dengan membawa 10.903 penumpang dan 380 unit bus kota berangkat dengan membawa 11.454 penumpang. Sementara itu, terdapat 1.078 unit bus antarkota datang dengan membawa 27.833 penumpang dan 1.063 unit bus antarkota berangkat dengan membawa 30.790 penumpang setiap harinya.[101][102] Tingginya angka rerata jumlah kendaraan dan penumpang per harinya membuat terminal ini menjadi sebagai salah satu terminal bus tersibuk di Indonesia.[103]
Jumlah arus kendaraan dan penumpang angkutan umum di Terminal Purabaya, 2008–2017.
Statistik bus kota
Tahun
Arus kendaraan
Arus penumpang
datang
berangkat
datang
berangkat
2008
109.500
105.200
2.299.000
2.419.600
2009
113.800
109.400
2.698.300
2.991.400
2010
117.970
110.725
2.849.250
3.001.700
2011
159.904
148.889
4.246.074
4.341.453
2012
144.648
156.648
3.726.504
3.914.940
2013
168.088
166.781
5.635.669
6.081.618
2014
126.821
132.411
5.294.970
5.411.727
2015
139.850
138.925
4.691.496
4.776.717
2016
158.773
158.380
4.428.055
4.350.741
2017
163.581
155.804
3.925.944
4.518.316
Jumlah
1.402.935
1.383.163
39.795.262
41.808.212
Rerata per tahun
140.293,5
138.316,3
3.979.526,2
4.180.821,2
Rerata per hari
384
380
10.903
11.454
Statistik bus antarkota
Jenis kendaraan
Tahun
Arus kendaraan
Arus penumpang
datang
berangkat
datang
berangkat
Bus antarkota
2008
460.900
460.300
8.510.500
10.713.920
2009
490.320
500.400
9.806.400
11.509.200
2010
401.053
367.125
10.797.557
10.282.185
2011
313.541
315.408
9.494.890
10.606.630
2012
305.541
295.162
12,832.722
11.806.480
2013
356.728
352.211
10.611.675
9.822.766
2014
283.411
281.444
10.937.624
10.011.532
2015
367.717
365.347
10.888.003
10.774.913
2016
389.708
387.573
11.107.541
11.033.971
2017
369.220
365.293
10.522.538
11.336.314
Bus malam cepat
2008
14.300
13.960
157.300
195.440
2009
13.980
13.670
164.250
200.070
2010
15.715
14.777
235.725
295.540
2011
17.997
16.465
233.084
312.470
2012
18.384
17.052
373.500
495.516
2013
21.450
19.679
412.871
338.952
2014
24.981
25.902
727.592
847.718
2015
27.677
27.499
719.676
811.014
2016
29.339
29.841
616.119
686.343
2017
13.505
11.680
243.090
303.680
Jumlah
3.935.467
3.880.788
101.591.657
112.384.654
Rerata per tahun
393.546,7
388.078,8
10.159.165,7
11.238.465,4
Rerata per hari
1.078
1.063
27.833
30.790
Pada periode antara Januari 2019–Maret 2020 (sebelum pandemi Covid-19), terdapat 1.078 unit bus antarkota datang dengan membawa 28.325 penumpang dan 1.081 unit bus antarkota berangkat dengan membawa 30.215 penumpang rata-rata setiap harinya.[104][105] Sejak pembatasan sosial mulai diberlakukan di Surabaya dan sekitarnya, rerata jumlah kendaraan dan penumpang di Terminal Purabaya merosot tajam. Selama tiga bulan pertama pemberlakuan pembatasan sosial atau pada periode antara April–Juni 2020, setiap hari terdapat 143 unit bus antarkota datang dengan membawa 1.296 penumpang dan 141 unit bus antarkota berangkat dengan membawa 1.289 penumpang saja.[106]
Galeri
Kenampakan fisik bangunan Terminal Purabaya beserta angkutan umum yang terdapat di dalamnya.
Referensi
Catatan penjelas
^Pintu masuk Terminal Purabaya di Jalan Letjen Sutoyo masuk dalam wilayah administrasi Desa Medaeng. Sedangkan pintu keluar terminal di Jalan Raya Waru masuk dalam wilayah administrasi Desa Kedungrejo.
^Kendati seluruh aktivitas bus antarkota dari dan ke Kota Surabaya dipindahkan ke Terminal Purabaya, hanya bus antarkota jarak pendek relasi Mojokerto–Surabaya saja yang masih diizinkan masuk kawasan dalam kota hingga Terminal Joyoboyo sesuai izin trayeknya.
^Bidang Pengendalian Operasional Dinas Perhubungan Kota Surabaya (2015). "Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Surabaya tentang Izin Penyelenggaraan Bengkel Umum Kendaraan Bermotor". Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
^Bidang Informasi dan Komunikasi Publik serta Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya (2015). "Transportasi umum di Kota Surabaya". surabaya.go.id. Diakses tanggal 22 Oktober 2022.
^Sub Dinas Teknik Sarana dan Prasarana DLLAJ Provinsi Jawa Timur (2006). "Gambaran problematika transportasi angkutan umum di kawasan Surabaya Metropolitan Area". Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur.
^Bidang Informasi dan Komunikasi Publik serta Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya (2015). "Transportasi umum di Kota Surabaya". surabaya.go.id. Diakses tanggal 23 Oktober 2022.
^Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Provinsi Jawa Timur (28 Maret 2012). "Akhir April, bus pemadu moda beroperasi". kominfo.jatimprov.go.id. Diakses tanggal 23 Oktober 2022.
^PT Angkasa Pura I (2010). "Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya". Surabaya. hlm. 40.
^Ambrosius Harto; Agnes Swetta Pandia (6 November 2021). "Embus hidup Suroboyo Bus". kompas.id. Diakses tanggal 9 November 2022.
^Direktorat Kerjasama dan Pengelolaan Usaha (DKPU) Institut Teknologi Sepuluh Nopember; Dinas Perhubungan Kota Surabaya (2022). "Kajian pengembangan rute Feeder penunjang Buy The Service tahun 2022". Dinas Perhubungan Kota Surabaya.