Terminal Pecinan merupakan terminal multimoda yang pertama kali dibangun di kota Malang oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tahun 1920 s.d. 1924. Terminal ini dibangun bersamaan dengan dibangunnya Pasar Besar di kawasan Pecinan (PetjinanStraat). Lokasi terminal ini terletak di selatan kawasan Pasar Besar saat ini. Terminal ini melayani trayek perjalanan ke segala rute di Jawa Timur. Trayek-trayek ini dilayani oleh berbagai jenis kendaraan seperti dokar, oplet, bemo, Ford Beauty 1928, Essex Super Six Cylinder, dan Bus Chevrolet 1948. Terminal ini mulai dinonaktifkan sekitar tahun 1950 setelah kondisi terminal sudah tidak layak dan tidak dapat menampung jumlah kendaraan dan penumpang.[1][2]
Lokasi Terminal Pecinan dipindahkan ke Terminal Sawahan setelah bangunan fisik terminal selesai dibangun pada tahun 1951. Terminal Sawahan terletak di ujung pertigaan Jl. Yulius Usman (TonganStraat) dan Jl. Sulawesi (Celebes weg). Lokasi terminal ini berada di denyut nadi perekonomian kota Malang, sebab berada di barat Pasar Besar dan utara Stasiun Jagalan. Namun, banyak penumpang yang memilih untuk naik-turun angkutan umum di luar area terminal. Hal ini menyebabkan banyak supir yang juga enggan masuk ke dalam terminal. Lebih lanjut, situasi ini mengakibatkan kondisi jalanan menjadi carut-marut dan terjadinya kemacetan parah di sekitar terminal. Kondisi ini membuat Pemerintah Kota Malang mulai menonaktifkan terminal ini pada tahun 1977. Saat ini bekas Terminal Sawahan yang telah menjadi kenangan dan berubah fungsi menjadi SPBU Trunojoyo.[3][4]
Lokasi Terminal Sawahan dipindahkan ke Terminal Pattimura sejak tahun 1977. Terminal Pattimura terletak sekitar 2 kilometer sebelah utara dari terminal lama. Terminal ini berada di kawasan simpang empat Jl. Pattimura, yang terletak di utara Stasiun Malang dan Lapangan Rampal saat ini. Permasalahan yang terjadi di lokasi baru masih sama seperti ketika di Sawahan. Hal ini menyebabkan terminal ini dinonaktifkan tahun 1988 setelah difungsikan selama 12 tahun. Saat ini bekas Terminal Patimura telah berubah menjadi kompleks bangunan ruko. Selain itu, di sepanjang Jl. Pattimura masih terdapat loket/agen beberapa perusahaan otobus (PO) yang melayani penjualan tiket bus jarak jauh (bus malam).[5]
Mulai tahun 1988, Pemerintah Kota Malang mulai melakukan rekayasa pengaturan parkir angkutan umum, yang semula berada di pusat kota dipindahkan ke area pinggiran kota. Pemerintah Kota Malang mulai membangun tiga terminal di tiga tempat berbeda yaitu Gadang, Dinoyo dan Arjosari. Terminal Gadang difungsikan untuk melayani angkutan umum dengan rute ke arah selatan kota Malang, seperti Dampit, Lumajang, Blitar, Tulungagung dan Trenggalek. Terminal Dinoyo difungsikan untuk melayani angkutan umum dengan rute ke arah barat kota Malang, seperti Kediri, Jombang dan Tuban. Sedangkan Terminal Arjosari difungsikan untuk melayani angkutan umum dengan rute ke arah utara kota Malang, seperti Surabaya, Madura, Probolinggo, Jember dan Banyuwangi. Selain itu Terminal Arjosari juga difungsikan untuk melayani angkutan umum dengan rute jarak jauh seperti Bali, Jakarta dan Sumatera.[6][7][8][9]
Lokasi Terminal Arjosari sebelumnya merupakan tempat pembuangan akhir (TPA). Semenjak tahun 1989, bangunan fisik terminal mulai dibangun di lokasi ini. Terminal ini diresmikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada 13 November 1989. Semula status pengelolaan terminal ini berada di bawah Pemerintah Kota Malang. Per Januari 2016, status terminal ini meningkat menjadi terminal penumpang tipe A. Hal ini menyebabkan status pengelolaan terminal diambil alih oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia berdasar pada UU No.32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.[10][10][11][12]
Jaringan angkutan kota Malang
Angkutan kota menghubungkan Terminal Arjosari dengan beberapa tujuan akhir di kawasan dalam kota, seperti Gadang, Landungsari, Bunulrejo, Perumahan Tidar dan Perumahan Dieng. Terdapat sepuluh trayek angkutan kota yang mempunyai titik awal dan akhir dari ini. Angkutan kota ini mempunyai ciri khusus, yaitu kendaraan berwarna biru dan terdapat keterangan trayek yang merupakan inisial dari nama terminal yang ada wilayah ini, yaitu Arjosari(A), Gadang/Hamid Rusdi(G), Landungsari(L), Bunulrejo(B), Perumahan Tidar(T) dan Perumahan Dieng(D). Angkutan kota di Terminal Arjosari rata-rata beroperasi dari pukul 04.00 s.d. 21.00 WIB, menyesuaikan dengan jadwal kedatangan bus antarkota di terminal ini. Tarif umum angkutan kota untuk seluruh trayek adalah Rp 4.000,- untuk rute jauh/dekat. Berikut adalah trayek angkutan kota Malang (disertai keterangan kode trayek dan warna kendaraan) yang beroperasi di Terminal Arjosari.[13][14]
Angkutan pedesaan menghubungkan Terminal Arjosari dengan beberapa tujuan akhir di luar kawasan kota (kabupaten Malang) seperti Karangploso, Lawang, Pakis dan Tumpang. Terdapat empat trayek aktif angkutan pedesaan yang mempunyai titik awal dan akhir dari ini. Angkutan pedesaan ini mempunyai ciri khusus, yaitu kendaraan mempunyai warna yang berbeda per trayek dan terdapat keterangan trayek yang merupakan inisial dari nama terminal yang ada wilayah ini, yaitu Arjosari(A), Karangploso(K), Lawang(L), Bandar Udara Abdul Rachman Saleh(BD) dan Tumpang(T). Berikut adalah trayek angkutan pedesaan Malang (disertai keterangan kode trayek dan warna kendaraan) yang beroperasi di Terminal Arjosari.[15][16][17]
Mobil Penumpang Umum (MPU) merupakan moda transportasi umum antarkota yag terdapat di Terminal Arjosari selain bus. MPU menghubungkan terminal ini dengan beberapa titik tujuan akhir di beberapa kawasan di sisi utara kota Malang seperti Surabaya dan Pasuruan. Berbeda dengan trayek bus antarkota yang hanya menaikturunkan penumpang di halte tertentu, MPU diperbolehkan menaikturunkan penumpang dengan tujuan jarak dekat di sepanjang lintasan trayek. Armada yang digunakan moda transportasi ini berupa kendaraan Isuzu Elf yang biasanya disebut Bison oleh warga setempat. Berikut merupakan trayek mobil penumpang umum (MPU) yang beroperasi di Terminal Arjosari.
Angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP) seluruhnya dilayani oleh armada bigbus (kecuali Patas Blitar). Metode pembayaran bus AKDP kelas ekonomi maupun non ekonomi dilayani langsung di atas kendaraan (oleh kondektur), tanpa melalui agen/loket bus. Berikut merupakan trayek beserta perusahaan otobus (PO) operator angkutan antarkota dalam provinsi yang dilayani di Terminal Arjosari.
Perum DAMRI Malang: Madura (via Surabaya)
PO Akas Green: Jember, Ponorogo/Madura (via Surabaya)
PO Akas NR: Surabaya, Jember
PO Anggun Krida: Jember
PO Bagong: Blitar
PO Borobudur: Jember, Ambulu
PO Dali Prima: Bojonegoro (via TOW)
PO Dana Dhasih: Surabaya
PO Estu Jaya: Jember
PO Hafana: Surabaya
PO Harapan Baru: Trenggalek, Banyuwangi
PO Hasbunalloh: Blitar, Jember
PO Haz: Surabaya
PO Jawa Indah Transindo: Jember
PO Jaya Utama Indo: TOW, Bojonegoro, Cepu
PO Kalisari: Surabaya
PO Kemenangan: Jember, Bondowoso
PO Ladju: Blitar, Jember, Surabaya
PO Laksana Anda: Blitar, Surabaya
PO Madjoe Berlian: Tulungagung, Denpasar (via Jember)
PO Malinda: Dampit, Surabaya
PO Medali Mas: Blitar, Surabaya
PO Menggala: Surabaya
PO Mila Sejahtera: Jember
PO Pelita Mas: Surabaya, Madura
PO Restu: Blitar, Surabaya, Jember, Ponorogo
PO Restu Agung: Jember, Ambulu
PO Sabar Indah: Jember
PO Sumber Lumayan: Blitar, Surabaya
PO Tentrem: Blitar, Surabaya, TOW, Jember
PO Tjipto: Jember
PO Widji Lestari: Bojonegoro (via TOW)
PO Zena: Blitar, Surabaya
Antarprovinsi
Angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) seluruhnya dilayani oleh armada bigbus. Sebagian besar trayek bus AKAP dilayani oleh armada bus dengan fasilitas kelas non ekonomi (terkecuali beberapa trayek seperti Semarang & Denpasar). Kelas non ekonomi disini merujuk pada beberapa tingkatan di atas kelas ekonomi seperti patas, bisnis, VIP, eksekutif, super eksekutif dan suite class. Berbeda dengan bus kelas ekonomi, metode pembayaran bus kelas non ekonomi hanya dilayani di loket/agen penjualan tiket resmi yang tersedia di dalam area terminal. Armada bus AKAP melayani trayek jarak jauh seperti Bali, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Jakarta, Banten dan Lintas Sumatera. Berikut merupakan trayek beserta perusahaan otobus (PO) operator angkutan antarkota antarprovinsi yang dilayani di Terminal Arjosari.
Perum DAMRI: Jakarta, Sumatera
PO Gunung Harta Transport Solutions : Malang - Surabaya - Jakarta - Bogor / Tanggerang
PO Juragan 99 Trans : Malang - Surabaya - Jakarta
PO 27 Trans: Bandung, Jakarta
PO Agra Mas: Malang - Surabaya - Jakarta
PO Antar Lintas Sumatera: Medan
PO Daya Melati Indah: Malang - Surabaya - Jakarta
PO Efisiensi: Purwokerto, Cilacap
PO Ezri: Cirebon
PO Sudiro Tungga Jaya : coming soon
PO Handoyo: Purwokerto, Cilacap, Magelang, Semarang, Banjarnegara, Jakarta, Pekanbaru, Padang
PO Haryanto: Jakarta
PO Kramat Djati: Bandung, Jakarta, Palembang
PO Lorena-Karina: Jakarta, Pringsewu, Prabumulih, Palembang, Pekanbaru
PO Malang Indah: Denpasar
PO Medali Mas: Cirebon, Jakarta, Merak
PO MTrans: Jakarta, Denpasar
PO Nusantara: Semarang via Pantura
PO Pahala Kencana: Denpasar, Singaraja, Bandung, Jakarta, Palembang
PO Purnayasa Trans: Denpasar
PO Putra Dewantara Ayu: Cirebon
PO Restu Mulya: Denpasar, Singaraja
PO Rosalia Indah: Purwokerto, Tegal, Solo, Jakarta, Bogor, Cileungsi, Tangerang, Merak, Pringsewu, Muaraenim, Palembang
PO Safari Dharma Raya : Malang, Solo, Yogyakarta, Magelang
PO Sarwonandhi Trans: Denpasar
PO Shakindra Trans: Purwokerto
PO Setiawan: Denpasar
PO Sinar Jaya: Malang - Surabaya - Jakarta
PO Tiara Mas: Merak, Bima
PO Titian Mas: Merak, Bima
PO Tividi: Jakarta, Merak
Galeri
Kenampakan fisik bangunan terminal bus serta angkutan umum yang terdapat di dalamnya. Foto diambil di Terminal Arjosari antara tahun 2020–2022.
^Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang (2020). "Kabupaten Malang Satu Data Edisi 2020"(PDF). MalangKab. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2020-10-27. Diakses tanggal 25 Oktober 2020.
^"Trayek Angkudes Malang". Katalog Transportasi Indonesia | Bukan Pemesanan Tiket | Informasi Tarif Terbaru (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-28. Diakses tanggal 2020-04-15.