Terminal Anjuk Ladang adalah nama terminal bus tipe B yang terletak di ibukota Kabupaten Nganjuk. Asal nama terminal ini mengadopsi dari peninggalan bersejarah berupa Prasasti Anjuk Ladang. Terminal Anjuk Ladang dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur melalui UPT PPP LLAJ Kediri, dikhususkan pada area bus antarkota. Tepat di sebelahnya, terdapat Terminal Tipe C Nganjuk yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Nganjuk, berfungsi sebagai terminal angkutan umum non bus seperti mobil penumpang umum (MPU) dan angkutan perintis.
Pada tahun 1980-an, Terminal Nganjuk masih berlokasi di Jl. PB Sudirman, berdekatan dengan fasilitas umum seperti Stasiun Nganjuk dan Pasar Mangundikaran. Seiring dengan berjalannya waktu dan terbatasnya daya tampung penumpang, seluruh aktivitas di terminal lama mulai dipindahkan ke terminal baru yang berlokasi di pinggiran kota sisi barat pada Jl. Gatot Subroto, Ringinanom. Selain itu terdapat pula kebijakan bahwa bus antarkota dari/ke perkotaan Nganjuk harus melewati jalan lingkar (ringroad) dan tidak boleh melintasi jalan arteri dalam kota. Maka pemindahan terminal adalah solusi terbaik yang dipilih pemerintah daerah pada saat itu.[2]
Bus antarkota
Menjadi titik singgahan dari bus antarkota dari Surabaya dan Madiun, Terminal Anjuk Ladang beroperasi 24 jam per hari. Berbagai bus antarkota dari berbagai jalur trayek (AKDP/AKAP) dengan kelas layanan ekonomi dan non ekonomi tersedia dari terminal ini. Terminal ini juga menjadi titik transit penting bagi penumpang yang akan bepergian ke daerah-daerah terdekat di sekitar Kabupaten Nganjuk seperti Kediri, Blitar dan Bojonegoro. Operator bus antarkota yang melintasi Terminal Anjuk Ladang diantaranya sebagai berikut.
Sempat jadi transportasi andalan di era 1990-an ke bawah, nasib mobil penumpang umum (MPU) di Kabupaten Nganjuk kini antara hidup segan mati tak mau. Penambahan volume kendaraan pribadi membuat MPU tersisihkan, imbasnya jumlah terminal penumpang dan trayek angkutan pun terus kian menyusut.[3][4]
Hingga awal 2000-an, masih ada delapan jalur trayek yang beroperasi.[5] Namun hanya tersisa tiga jalur trayek yang sanggup bertahan sampai tahun 2023.[6] Populasi terbesarnya adalah MPU jenis L300 jurusan Nganjuk–Sawahan, yang masih rutin masuk dan antre parkir keberangkatan dari Terminal Tipe C Nganjuk. Sedangkan MPU jurusan Nganjuk–Wilangan dan Nganjuk–Kertosono kini nyaris tidak pernah terpantau masuk terminal karena nihilnya penumpang.[7]
Potensi trayek MPU di Kabupaten Nganjuk.[8] (sumber: Tatralok Kabupaten Nganjuk, 2015)
Tahun 2022, Dishub Nganjuk mendapat PAD dari sektor terminal non bus (salah satunya Terminal Tipe C Nganjuk) total sebesar Rp20.320.000, mencapai 106,10 persen dari target awal sebesar Rp19.100.000. Jumlah tersebut masih lebih rendah dibandingkan PAD tahun 2021. Kondisi semakin banyaknya MPU yang gulung tikar membuat Dishub Nganjuk menurunkan besaran nilai retribusi pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang umum dari terminal non bus yang dikelola.[11]
Angkutan perintis
Usulan Dishub Nganjuk mengenai operasional dua rute baru angkutan perintis dengan anggaran tahun 2024 telah disetujui Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kementerian Perhubungan.[12] Rute dan unit bus perintis siap beroperasi mulai awal Februari 2024, menghubungkan daerah 3TP (Tertinggal, Terluar, Terdepan, dan Perbatasan) di pelosok pedesaan dengan kawasan ibukota Kabupaten Nganjuk. Sebanyak tiga unit medium bus disediakan operator Perum DAMRI Cabang Surabaya, dimana dua unit sebagai unit operasional dan satu lainnya cadangan.[13]
Infografis layanan angkutan perintis di Kabupaten Nganjuk (per Februari 2023).
Rute pertama mempunyai relasi perjalanan Terminal Tipe C Nganjuk–Pasar Munung Jatikalen PP, menjangkau kawasan utara Nganjuk yang sudah tidak terjamah angkutan umum MPU sejak lama. Jalur lintasan trayeknya via Pasar Kerep serta melintasi beberapa kecamatan seperti Rejoso, Gondang, Lengkong hingga Jatikalen (perbatasan Kabupaten Jombang). Rute ini mulai dibuka untuk umum sejak 22 Januari 2024. Dikarenakan jembatan di dekat Pasar Kerep belum dibangun, sementara waktu rute lintasan bus dialihkan melalui Bypass Begadung, Pasar Ngrengket dan Desa Ngangkatan.[14]
Rute kedua yang tengah dipersiapkan adalah Terminal Tipe C Nganjuk–Ngetos PP, melintasi kawasan selatan Nganjuk pada wilayah Kecamatan Loceret seperti Godean, Macanan, Air Terjun Roro Kuning, Bajulan hingga memasuki wilayah Kecamatan Ngetos di Desa Klodan. Kondisi ruas jalan di Klodan–Ngetos cenderung curam dan sempit, namun masih aman dilintasi medium bus.
Tak mau sia-siakan peluang positif dari dibukanya bandara bertaraf internasional di Kediri Raya, Dishub Nganjuk turut mendorong para pemilik jasa angkutan untuk menyiapkan trayek angkutan pemadu moda dari Kabupaten Nganjuk. Trayek yang diusulkan adalah relasi perjalanan Terminal Anjuk Ladang–Bandara Dhoho Kediri PP.[16] Dua perusahaan otobus lokal asal Kediri Raya terpantau sudah mengantongi izin trayek bus bandara tersebut dari Dishub Jawa Timur, yaitu PT Harapan Jaya Prima dan PO Kawan Kita. Masing-masing akan menyediakan dua unit bus dengan layanan kelas non ekonomi.[17] Operasional bus bandara tersebut akan mulai diaktifkan pasca dibukanya bandara untuk umum dan mulai masuknya penerbangan komersial pada Februari 2024.[18]
Galeri
Kenampakan fisik bangunan Terminal Anjuk Ladang beserta angkutan umum yang terdapat di dalamnya (2020–2024).
^Dinas Perhubungan Kabupaten Nganjuk (2017). "Penyusunan Database Kebutuhan Kelengkapan Jalan Kabupaten Nganjuk (Bab IV: Gambaran Umum dan Kebijakan Perwilayahan)". hlm. 5–6.