PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk adalah sebuah perusahaan ritel yang berkantor pusat di Jakarta. Hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini mengoperasikan 104 gerai department store Ramayana dan 82 gerai supermarket Robinson di seluruh Indonesia, yang terutama menyasar masyarakat menengah ke bawah.[1]
Sejarah
Departement store Ramayana dirintis oleh tiga orang, yaitu Paulus Tumewu, istrinya Tan Lee Chuan, dan teman Paulus, Agus Makmur. Paulus dan Tan merupakan perantau dari Makassar yang menetap di Jakarta pada periode 1970-an. Ketiganya lalu memulai bisnis kecil dengan nama Ramayana Fashion Store di Jl. Sabang, Jakarta Pusat, yang menjual aneka pakaian[2] pada tahun 1974. Toko ini berusaha mengadopsi konsep toserba dan swalayan yang mulai dikenal masyarakat pada masa itu, dengan dibantu 40 karyawan. Toko kecil itu kemudian berkembang berkat kerja keras Paulus,[3][4] sehingga mendorongnya untuk memperluas usahanya. Ramayana kemudian membuka gerai keduanya di Blok M, Jakarta sebagai rangka perluasan usaha di tahun 1978,[5] dan mulai menjual produk lain, seperti aksesoris, tas dan sepatu.[2] Untuk menjadi badan usaha toko serba ada ini, didirikan PT Ramayana Lestari Sentosa di tanggal 14 Desember 1983. Dua tahun kemudian, di tahun 1985, Ramayana membuka gerai pertamanya di luar Jakarta, yaitu di kota Bandung.[2]
Pada awalnya kinerja Ramayana sempat tersendat-sendat. Namun, dengan tumbuh pesatnya perekonomian Indonesia pada akhir 1980-an, memacu Paulus untuk memperluas usahanya dengan cepat. Untuk menjangkau usahanya lebih luas, Ramayana juga mendirikan toserba baru yang berfokus pada masyarakat menengah ke bawah, dengan nama Robinson di tahun 1989. Meskipun demikian, dalam perkembangannya Robinson dan Ramayana makin berfokus pada ceruk pasar yang sama, yaitu pembeli menengah ke bawah.[5] Ramayana juga mulai menjual produk-produk lain seperti kebutuhan rumah tangga, alat tulis dan mainan di tahun tersebut.[2][4] Pada tahun 1992, Ramayana Lestari Sentosa dan dua merek toserbanya (Ramayana dan Robinson) telah menempatkan dirinya sebagai salah satu peritel top nasional, dengan omset pada 1990 mencapai Rp 126 miliar, lebih dari 2.500 pekerja,[4] dan memiliki 20 gerai (16 Ramayana, 4 Robinson) yang tersebar di 8 kota.[6] Pada tahun 1995, Ramayana dan Robinson memiliki 45 toko di 15 kota, dengan total keseluruhan mencapai 193.000 meter persegi.[5]
Ramayana kemudian terus berusaha melakukan ekspansi dan inovasi. Di tahun 1993 Ramayana dan Robinson mulai mengembangkan konsep belanja di satu atap (one stop-shopping) dengan menjual aneka produk dengan harga terjangkau.[4] Pada tanggal 24 Juli 1996 salah satu catatan ditorehkan dengan membawa PT Ramayana Lestari Sentosa menjadi perusahaan publik, dengan melepas 80 juta sahamnya seharga Rp 3.200.[7] Setelah go public, sekitar 63,2% saham masih dimiliki oleh Paulus Tumewu. Pada tahun tersebut, Ramayana dan Robinson memiliki total 45 gerai dan mencatatkan pendapatan Rp 630,6 miliar dan keuntungan Rp 43,2 miliar.[8] Untuk memperluas pasarnya, Ramayana sempat menargetkan reposisi Robinson menjadi toserba untuk kelas menengah ke atas, dengan dua gerai awal ditargetkan ada di Plaza Depok dan Plaza Tangerang.[5] Lalu, pada 1 November 1997, PT Ramayana Lestari Sentosa juga mengakuisisi dua gerai toserba dan swalayan milik Grup Pembangunan Jaya, yaitu Cahaya Departement Store (PT Jaya Krisan Cahaya, 10 gerai) dan Jayasera (PT Marga Jaya Manggala Pratama, 6 gerai) dengan biaya Rp 30,1 miliar. Setelah akuisisi tersebut, Ramayana Lestari Sentosa memiliki sekitar 76 gerai.[9][10] Di tahun yang sama, Ramayana juga membuka toko di Bali,[4] dan merencanakan kerjasama dengan sebuah perusahaan Prancis, Conforama.[11]
Munculnya krisis keuangan yang menimpa Indonesia sejak akhir 1997 sempat ikut menekan kinerja perusahaan ini. Ramayana dan 3 saudaranya (Robinson, Jayasera dan Cahaya) terpaksa menutup sejumlah gerainya dan menjadwalkan ulang rencana ekspansi yang sebelumnya ditargetkan. Tekanan bertambah ketika kerusuhan Mei 1998, banyak toko Ramayana dirusak dan dijarah oleh para perusuh. Akibatnya, jumlah gerai Ramayana dan 3 saudaranya sempat merosot menjadi 64 buah.[12] Namun, manajemen Ramayana dengan cepat berusaha menyehatkan kembali bisnisnya dan beberapa tahun kemudian sudah membuka gerai baru.[13] Sebagai pelajaran dari kerusuhan, Ramayana Lestari Sentosa kini memfokuskan gerainya di sejumlah pusat perbelanjaan, dibanding membangun toko sendiri. Pada tahun 2002, Ramayana dan saudara-saudaranya sudah memiliki 81 gerai, dengan 18-nya dimiliki sendiri[14] yang mempekerjakan 19.000 karyawan.[2] Tahun sebelumnya, Ramayana menyabet penghargaan sebagai salah satu peritel terbaik di Asia,[15] dan bisa meraih laba bersih hingga Rp 300 miliar.[3] Tercatat, dalam periode pasca-krisis, Ramayana sempat membuka gerai-gerai baru di beberapa pulau yang ada di Indonesia. Pada tahun 1999, perusahaan ini membuka gerai Ramayana pertama di Pulau Sumatra, yakni di Bandar Lampung, dilanjutkan gerai Ramayana pertama di Pulau Kalimantan, yakni di Banjarmasin pada tahun 2000, dan gerai Ramayana pertama di Pulau Sulawesi, yakni di Makassar di tahun 2002.[1]
Ekspansi terus dilakukan pada 2000-an dengan pada 2005 mulai menjual produk-produk elektronik, dan membuka restoran di toko-toko Ramayana. Pada tahun 2010, perusahaan ini membuka gerai Ramayana pertama di Pulau Papua, yakni di Abepura, sehingga gerainya menjadi 115 buah yang tersebar di 42 kota dan mempekerjakan 17.800 karyawan.[4][1] Pada 1 September 2014, Ramayana sempat menjalin kerjasama dengan perusahaan ritel asal Belanda, SPAR International dalam pengoperasian swalayan, sehingga mulai tahun tersebut, sejumlah gerai Ramayana dan Robinson Supermarket diubah menjadi SPAR. Kerjasama ini awalnya diklaim mampu mendongkrak pendapatan Ramayana Lestari Sentosa sebesar 20-30% dalam beberapa tahun ke depan seiring pembukaan sekitar 30 gerai baru, ditambah gerai konversi eks-Ramayana dan Robinson.[16][17] Namun, pada tahun 2017, setelah perjanjian Ramayana dan SPAR International habis, pihak perusahaan memilih menghentikan kerjasama keduanya dengan alasan konsolidasi. Saat itu, manajemen perusahaan berusaha menutup gerai supermarket yang tidak menguntungkan dan mengubahnya ke bisnis lain, seperti bioskop.[18] Di tahun yang sama, Ramayana juga berusaha memperluas cakupan bisnisnya dengan menghadirkan gerai bertajuk "Ramayana Prime" di Jatinegara, Jakarta Timur, yang dilengkapi dengan area kuliner dan hiburan.[1] Pada bulan April 2018, perusahaan ini membuka gerai Ramayana Prime kedua di Cibubur.[19] Adapun Ramayana Prime menargetkan pasar menengah dengan konsep toserba premium.[20] Selain itu, sejak 2016, Ramayana berusaha memperluas bisnisnya dengan membuka toko daring di beberapa situs, seperti Tokopedia dan Shopee.[21]
Memasuki pertengahan 2010-an, tekanan mulai membayang-bayangi bisnis perusahaan ini (dan ritel pada umumnya), sehingga memaksanya melakukan efisiensi dan penutupan beberapa toko di sejumlah daerah. Pada tahun 2017, 16 gerai swalayan ditutup,[22] dan pada 2020-2021, Ramayana menutup 19 toko.[23] Penutupan toko tersebut juga diiringi PHK pada karyawannya di beberapa kesempatan.[24] Kerugian sempat muncul sebagai akibat pandemi COVID-19, yang mencapai Rp 138,8 miliar dan penurunan pendapatan dari Rp 5,59 triliun menjadi Rp 2,57 triliun pada 2020.[25] Akibatnya, jumlah toko Ramayana (dan dua saudaranya, Robinson dan Cahaya) sempat merosot dari 119 pada 2017[21] menjadi 102 pada 2021.[23] Namun, memasuki tahun 2022, perusahaan mulai mencatatkan perbaikan kinerja dan berhasil membuka toko baru, seperti di Semarang.[26]
Lokasi
Ramayana Department Store
Robinson Department Store
Robinson Supermarket
- Sabang
- Kebayoran Lama
- Pasar Palmerah
- Mall Graha Cijantung
- Pondok Jagung (ditutup 1994)
- Pondok Betung (ditutup 1998)
- Mohammad Toha Tangerang (ditutup 1998)
Cahaya Department Store
- Cilandak KKO (depan SMP Borobudur)
- Bintaro Plaza
- Puri Indah (ditutup September 2003)
- Bubutan Junction Surabaya
- Balcony City Square Balikpapan (ditutup 2014)
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k "Laporan Tahunan 2021". PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Diakses tanggal 26 Juni 2022.
- ^ a b c d e Profile
- ^ a b Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 19,Masalah 1-6
- ^ a b c d e f Bab IV
- ^ a b c d Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 7,Masalah 25-32
- ^ Informasi, Volume 12,Masalah 145-150
- ^ Sejarah dan Profil Singkat RALS (Ramayana Lestari Sentosa Tbk)
- ^ Far Eastern Economic Review, Volume 159
- ^ Informasi, Masalah 215-220
- ^ The Dow Jones Guide to the Global Stock Market: Asia
- ^ Asian Company Handbook
- ^ Mergent International Manual, Volume 2
- ^ Eksekutif, Masalah 287-292
- ^ Eksekutif, Masalah 269-274
- ^ Gamma, Volume 2,Masalah 45-51
- ^ Ramayana Jadi Mitra Strategis SPAR International
- ^ Ramayana Masuk Anggota SPAR
- ^ Sedang Konsolidasi, Ramayana Tunda Ekspansi Gerai SPAR
- ^ Dwijayanto, Andy (19 April 2018). T.Rahmawati, Wahyu, ed. "Ramayana Lestari Sentosa buka gerai Ramayana Prime kedua". Kontan.co.id. Kontan. Diakses tanggal 26 Juni 2022.
- ^ Sukses di Jatinegara, Kini Ramayana Prime Hadir di Cibubur
- ^ a b Ramayana Lestari Sentosa
- ^ Merugi, Ramayana Berencana Tutup Beberapa Gerai Supermarket
- ^ a b 'Berdarah-darah', Ramayana Tutup 19 Gerai per Semester I-2021
- ^ PHK Ramayana dan Anjloknya Harga Saham Emiten Berkode RALS Tersebut
- ^ Ramayana Hancur-hancuran di 2020, Rugi Rp138 Miliar Meski Raup Pendapatan Rp2,57 Triliun
- ^ Ramayana Sudah Lepas dari Hancur-hancuran akibat Pandemi, Kini Mereka Bersiap Bagikan Dividen ke Pemegang Saham pada 2023
Pranala luar