Stasiun ini tidak melayani angkutan penumpang, tetapi hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan ketel dari tempat pengisian bahan bakar minyak (BBM) High Speed Diesel (HSD) di kawasan pelabuhan, serta melayani pengiriman BBM ke Malang dan Madiun. Jalur di sebelah barat stasiun akan membelok ke utara serta berakhir di Depo BBM Pertamina Bandaran dan kereta api angkutan peti kemas menuju Kampung Bandan melalui Surabaya Pasarturi di jalur utara Pulau Jawa.
Papan nama stasiun pada bangunan utama stasiun bertuliskan Benteng (nama stasiun yang sesungguhnya), sedangkan pada papan nama yang dipasang di sisi Jalan Hang Tuah (barat stasiun) bertuliskan Beteng.
Sejarah
Nama "Benteng" berasal dari sebuah benteng yang diyakini terletak di tempat stasiun ini berada, yaitu Benteng Prins Hendrik. Nama lama stasiun ini pun bernama Station Soerabaja-Fort Prins Hendrik.[3] Nama "Prins Hendrik" saat itu digunakan sebagai pembeda dengan nama stasiun kereta api lainnya di Surabaya, seperti Stasiun Surabaya Kota, Stasiun Surabaya Pasarturi, dan lain-lain. Dahulu, benteng yang telah berdiri sejak 1837 ini berfungsi sebagai alat pertahanan dan keamanan di Hindia Belanda. Saat ini, jejak benteng tersebut sudah tidak ada.[4][5] Kini, daerah bekas benteng tersebut menjadi Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut V. Tahun 1889 benteng ini terintegrasi dengan perhentian milik Oost-Java Stoomtram Maatschappij—sebagai bagian dari proyek pembangunan Trem Kota Surabaya.[6]Staatsspoorwegen juga ikut serta dalam pengembangan kawasan Fort Prins Hendrik sebagai kawasan pertahanan dan pelabuhan, sehingga SS juga membuka rute ke jalur tersebut. SS sendiri sudah membuka jalurnya bersamaan dengan jalur percabangan di timur Stasiun Surabaya atau di utara Stasiun Gubeng pada 1 Januari 1886.[7]
Nama "Benteng" mulai ditetapkan secara resmi pada Januari 1950 berdasarkan "Buku Djarak untuk Djawa dan Madura".[8]
Bangunan dan tata letak
Stasiun ini memiliki delapan jalur kereta api dengan jalur 3 merupakan sepur lurus. Bangunan stasiun ini masih mempertahankan ciri khas SS/DKA. Dahulu, stasiun ini (bersama Stasiun Kalimas) berfungsi sebagai stasiun barang tempat hasil bumi dan barang-barang tersebut dikirim maupun diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak maupun Pelabuhan Ujung. Selain itu, terdapat terusan rel ke utara menuju Pelabuhan Tanjung Perak dan Stasiun Kalimas, tetapi jalur tersebut kini dijadikan sebagai jalur menuju depot minyakPertamina Bandaran.
^Oost-Java Stoomtram Maatschappij (1902). Verslag der Oost-Java Stoomtram Maatschappij. Den Haag: OJS.
^Staatsspoorwegen (1896). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.
^DKA (1950). Buku Djarak untuk Djawa dan Madura dengan Daftar Nama Setasiun dan Perhentian menurut Abjad. Bandung: Djawatan Kereta Api.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abSudarsih, A. (2014). "Sepur Ketel BBM Jawa-Sumatera". Majalah KA. Vol. 98. PT Ilalang Sakti Komunikasi. hlm. 5–6.