Sebagai penghubung utama di jalur utara Jawa, Stasiun Semarang Tawang melayani kereta api penumpang antarkota kelas eksekutif, sebagian kelas campuran dan ekonomi serta kereta api antarkota lintas utara via Solo Jebres, kereta api aglomerasi, lokal, dan komuter Kedung Sepur, sedangkan kereta api antarkota lintas utara kelas ekonomi dan sebagian kecil campuran serta Kereta api Kaligung dan kereta komuter Kedung Sepur hanya dilayani di Stasiun Semarang Poncol. Nama "Tawang" diambil dari nama kampung di dekat stasiun ini, yaitu Tawangsari. Letak stasiun ini tidak jauh dari objek wisata Kota Lama dan Pasar Johar.
Sejarah
Pada tahun 1911, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) mulai menyusun rencana induk sistem perkeretaapian di jalur kereta api Semarang–Surakarta–Yogyakarta yang sebelumnya diresmikan pada tahun 1873. Hal ini terjadi karena Stasiun Samarang NIS yang telah ditutup enam tahun sebelumnya sudah tidak memungkinkan dioperasikan kembali sebagai stasiun pusat NIS apabila Semarang dilanda banjir rob.
Dalam melaksanakan rencana induk tersebut, NIS mulai membangun stasiun kereta api baru di wilayah Tawang yang mulai dibangun pada 29 April 1911.[5] Stasiun ini telah selesai dibangun dan diresmikan pada 1 Juni 1914.[6]
Meskipun telah dibangun, Stasiun Semarang Tawang sering mengalami banjir rob. Hal ini terjadi karena Laut Jawa sering mengalami pasang dan bercampur dengan air hujan dan air limbah yang berasal dari beberapa saluran air sehingga ketinggian stasiun turun menjadi 0 m. Dalam menyelesaikan masalah ini, maka Pemerintah Kota Semarang mendirikan polder di depan stasiun yang mulai dibangun pada tahun 1998.[7][8]
Bangunan dan tata letak
Stasiun Semarang Tawang pada awalnya memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 4 merupakan sepur lurus. Setelah jalur ganda menuju Stasiun Alastua resmi beroperasi pada 5 Desember 2013[9] dan menuju Stasiun Semarang Poncol pada 7 Februari 2014,[10] jumlah jalur bertambah menjadi delapan dan jalur 5 juga dijadikan sebagai sepur lurus. Jalur 1 dan 2 digunakan sebagai jalur pemberhentian kereta api antarkota untuk menaikturunkan penumpang, jalur 3 digunakan sebagai tempat kedatangan maupun keberangkatan kereta api antarkota yang memulai perjalanan dari stasiun ini dan digunakan untuk parkir rangkaian kereta, jalur 6 digunakan sebagai tempat persilangan maupun penyusulan kereta api, serta jalur 7 dan 8 juga digunakan sebagai tempat parkir rangkaian kereta sekaligus tempat cuci rangkaian kereta. Di ujung timur jalur 6 dan 7—dekat dengan Jalan Ronggowarsito—terdapat tempat bongkar muat peti kemas.
Meskipun stasiun ini merupakan stasiun besar, stasiun ini masih menggunakan peron berukuran rendah, sementara peron berukuran tinggi hanya tersedia di jalur 1 yang digunakan untuk mempermudah naik-turun penumpang dan mengakomodasi penumpang difabel.[11]
Pada tahun 2019, tata letak jalur di stasiun ini mengalami sedikit perombakan dan sistem persinyalan elektrik yang lama telah diganti dengan yang terbaru produksi Len Industri.
Bangunan stasiun yang bergaya Hindia ini diarsiteki oleh Ir. Louis Cornelis Lambertus Willem Sloth-Blaauboer.[12] Stasiun ini tergolong stasiun sisi; memanjang mengikuti sumbu jalur kereta api. Bentuk massa bangunan adalah perpaduan kubus dan balok, dan atapnya berbentuk limas segiempat pada lobi utama serta prisma segitiga pada kedua sisi sampingnya. Atap pada bangunan lobi dimahkotai kubah sehingga memberi kesan megah, tegas, dan kokoh yang menjadi ciri khas arsitektur Hindia. Atap bangunan utama stasiun yang menjadi fokus utama stasiun ini terbuat dari genting, sedangkan kanopi peron stasiun menggunakan atap seng yang ditopang tiang-tiang baja. Tebal dinding stasiun 30 cm dan pada penopangnya mendapatkan penebalan 50 cm untuk memperkukuh konstruksi. Pada pintu dan jendelanya diberi ornamen berupa konstruksi bata rolaag, yang disambungkan dengan hiasan keramik glazur, memberikan kesan artistik bangunan.[13]
Stasiun Semarang Tawang memiliki melodi penyambutan kereta api berupa lagu instrumental berjudul "Gambang Semarang" karya Oey Yok Siang dan Sidik Pramono[15] yang dimainkan dalam bentuk genre keroncong dipasang pada bulan Februari 2022 versi full dari Stasiun Tegal yang terakhir diputar tahun 2018, serta untuk melodi kedatangan kereta api. Selain itu, di depan bangunan stasiun dan di sebelah polder terdapat monumen lokomotifD301 59 yang dihiasi lampu berwarna dan air mancur menari di sekelilingnya[16][17]. Di tengah polder terdapat patung Ir. Soekarno setinggi 17 m yang dipahat oleh seniman Bali yang tinggal di Bandung, Ketut Winata.[18] Bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 tahun, Daerah Operasi IV Semarang telah meresmikan ruang tunggu VIP bagi penumpang kelas luxury bernama, Premiere Lounge.[19]
Layanan kereta api
Hampir semua layanan kereta api yang melintas di Kota Semarang berhenti di Stasiun Semarang Tawang, kecuali Kertajaya, Jayabaya, Airlangga, dan layanan kereta barang selain angkutan logistik Parcel ONS dan angkutan peti kemas.
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 26 Juli 2024.
Perjalanan berlawanan arah jarum jam mulai dari pagi hari via Semarang Tawang–Tegal–Purwokerto–Yogyakarta–Solo Balapan hingga berakhir di Semarang Tawang pada petang hari.
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).