Jalur trem uap Jurnatan–Rembang adalah jalur trem uap nonaktif yang menghubungkan antara Stasiun Jurnatan atau disebut juga "Semarang Centraal" dengan Stasiun Rembang. Jalur trem uap ini termasuk dalam Wilayah Aset IV Semarang.
Jalur ini dahulu dilayani trem uap, meski sarana diesel pernah dijalankan di lintas SJS, seperti "Railcar Perintis" yang dioperasikan sejak 29 April 1975.[1]
Sejarah
Dalam sejarahnya, jalur trem uap ini dibangun oleh Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij sebagai bagian dari proyek pembangunan jalur trem uap Semarang (Jurnatan)–Juwana (Pati), sebagai pelaksanaan dari konsesi izin yang diberikan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tanggal 1 Desember 1879.[2] Perusahaan ini disahkan sebagai badan hukum pada tanggal 18 Maret 1881.[3][4]
Jalur trem uap pertamanya adalah Jurnatan–Genuk yang diresmikan pada tanggal 2 Juli 1883, sedangkan Genuk–Demak diresmikan pada tanggal 27 September 1883. Lebih awal lagi, SJS membuat dua jalur trem pada tahun 1882–1883.[5]
Jurnatan–Demak
Mulanya, trase pertama jalur ini melewati selatan depot minyak Pengapon milik Dordtsche Petroleum Maatschappij, B.V. (DPM) (sekarang milik Pertamina) dan melewati pinggir Jalan Pengapon. Bahkan dari Halte Pengapon juga dibuat percabangan menuju depot minyak. Namun, semenjak adanya perluasan Stasiun Semarang Gudang milik NIS seiring dioperasikan stasiun kereta api penumpang yang baru di Tawang pada tanggal 1 Juni 1914,[6] jalur tersebut kemudian diubah trasenya menjadi di sebelah utara depot minyak tersebut. Rel di selatan depot minyak tersebut dicabut pada tahun 1930-an.
Pada tahun 1914, SJS pernah merencanakan konsesi pembangunan jalur trem ganda dari Semarang hingga Demak. Namun, realisasi fisiknya tidak pernah diselesaikan.[7]
Ruas-ruas berikutnya
SJS membuka jalur ruas Demak–Kudus pada tanggal 15 Maret 1884, Kudus–Juwana 19 April 1884, serta Juwana–Rembang 1 Mei 1900. SJS juga memperpanjang jalurnya menuju Lasem agar pengiriman produk-produk dari Lasem berjalan lancar.[8]
Mulanya, trase pertama jalur ini melewati pusat Kota Kudus dan melewati Alun-alun Kudus. Namun semenjak pelayanan trem uap di lintas ini meningkat, diusulkanlah sebuah stasiun baru di Wergu, yang dikenal dengan sebutan Stasiun Wergu. Stasiun ini dibuka pada tahun 1919 dan jalur lama pun dicabut.[9]
SJS pada dasarnya berkeinginan untuk mengembangkan jalur kereta api agar masyarakat Rembang, Grobogan, dan Blora juga ikut menikmati layanan yang dijalankan oleh SJS. Karena potensi transportasi di kabupaten-kabupaten tersebut belum bisa maksimal, SJS merencanakan pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Pati dengan Rembang dan Blora serta Demak menuju Purwodadi.[8]
Penutupan dan kebangkitan kembali
Jalur ini ditutup pada tahun 1974 untuk Stasiun Jurnatan. Semua perjalanan trem uap/kereta api yang mengawali dan mengakhiri di Jurnatan dipindah ke Stasiun Tawang.[10][11]
Lintas-lintas SJS banyak yang ditutup pada tahun 1986 karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum; tetapi rel di jalur ini banyak yang belum dicabut, begitu menurut keterangan dari de Jong dalam bukunya yang berjudul Spoorwegstations op Java.[12] Rel kemungkinan dicabut pada akhir 1990-an. Sejumlah stasiun kereta api yang masih ada telah beralih fungsi, dan tidak ada reaktivasi untuk jalur kereta api ini. Stasiun Kemijen dipertahankan sebagai stasiun barang, tetapi hanya digunakan sebagai sepur simpan gerbong-gerbong sampai akhirnya kompleks stasiun ini dimanfaatkan sebagai tambak pada awal dekade 2000-an.
Berdasarkan Perpres No. 79 Tahun 2019, jalur kereta api Semarang–Rembang dimasukkan dalam daftar pembangunan jalur kereta api baru guna mendukung pemerataan dan percepatan pembangunan di sekitar Kawasan Kedungsepur (Kendal, Demak, Semarang (kota & kabupaten), Salatiga, dan Grobogan (Purwodadi)).[13] Selain itu, rencana reaktivasi jalur ini juga tercantum dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional tahun 2018.[14]
^Müller, J.H. (10 April 1915). De Ingenieur: De Samarang-Joana Stoomtram-Maatschappij. 15. Gravenhage. hlm. 290.
^ abSamarang–Joana Stoomtram. Verslag der Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij. SJS.
^Raap, Olivier Johannes (2017). Kota di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
^"Jurnatan, Tinggal Nama". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). 2009-08-04. Diakses tanggal 2018-06-04.Lebih dari satu parameter |work= dan |newspaper= yang digunakan (bantuan)
^de Jong, Michiel van Ballegoijen (1993). Spoorwegstations op Java.
^Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 79 Tahun 2019 Tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal – Semarang – Salatiga – Demak – Grobogan, Kawasan Purworejo – Wonosobo – Magelang – Temanggung, Dan Kawasan Brebes – Tegal – Pemalang
^Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).Parameter |link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa.