Sejak 1 Agustus 2016, terkait adanya perubahan koordinasi kewilayahan stasiun-stasiun KA milik PT KAI, stasiun ini bersama dengan Stasiun Kalitidu dan Stasiun Tobo yang sebelumnya termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang kini termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya, demi efektivitas dan memudahkan koordinasi. Selain itu, jarak Stasiun Bojonegoro cenderung lebih dekat menuju pusat Daop VIII daripada Daop IV.[4]
Sebagai stasiun besar, semua perjalanan kereta api penumpang yang melalui lintas utara Jawa berhenti di stasiun ini.
Sejarah
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) mengajukan konsesi untuk pembangunan jalur baru setelah meraih keuntungan pada tahun 1890-an. Akhirnya, perusahaan ini mendapat konsesi pembangunan jalur kereta api baru yang melayani rute Gundih–Gambringan–Bojonegoro–Surabaya pada tanggal 1 September 1897.[5]
Stasiun ini mulai beroperasi pada tanggal 1 Maret 1902, sebagai bagian dari pengoperasian jalur kereta api ruas Bojonegoro–Babat. Pada tanggal 1 Februari 1903, proyek jalur kereta api Gundih–Gambringan–Bojonegoro–Surabaya NIS telah selesai.[6]
Ke arah timur dari jalur 2 dahulu terdapat jalur rel menuju Rembang yang sudah tidak dioperasikan sejak tahun 2001. Jalur tersebut dipakai untuk mengangkut pasir kuarsa dari Stasiun Jatirogo sebelum berhenti beroperasi. Jalur ini merupakan gabungan dari dua operator, yaitu Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) dan NIS. Saat itu, jalur milik SJS meliputi Rembang–Jatirogo, sedangkan Jatirogo–Bojonegoro merupakan jalur milik NIS.[7][8]
Ke arah barat stasiun ini sebelum Stasiun Kalitidu, terdapat Perhentian Sale dan Pungpungan yang kini sudah tidak aktif.[7]
Bangunan dan tata letak
Stasiun Bojonegoro memiliki tujuh jalur kereta api, pada awalnya hanya jalur 3 yang merupakan sepur lurus. Jalur 6 merupakan sepur badug dari arah timur. Di jalur 7 terdapat wesel ke arah timur yang mengarah ke jalur utama dan yang lurus merupakan sepur badug. Setelah jalur ganda menuju Stasiun Tobo dioperasikan per 2 Desember 2013[9] dan menuju Stasiun Babat per 22 April 2014,[10] jalur 3 dijadikan sebagai sepur lurus hanya untuk arah Semarang, sedangkan jalur 4 dijadikan sebagai sepur lurus arah Surabaya. Selain itu, sistem persinyalan diganti dengan sistem persinyalan elektrik produksi Len Industri.
Di sebelah barat laut stasiun ini terdapat depo lokomotif yang dahulu pernah melayani kereta api angkutan pasir kuarsa ke Cilacap. Sisa-sisa dari depo lokomotif yang masih dapat dilihat antara lain dua gerbong bergandar dua dan empat yang kini disusun di dekat jalur 7—sebelumnya sempat disimpan di sepur badug antara jalur 2 dan 3 yang sekarang sudah dibongkar untuk perluasan peron—serta jembatan rel tua bekas ke arah depo di sebelah barat stasiun.
Ciri khas
Stasiun ini memiliki ciri khas berupa bel bersuara dengan lagu berjudul "Pinarak Bojonegoro" dimainkan dengan mengusung 2 musik ansambel, yaitu "Keroncong" dan "Karawitan" dari sekelompok pelajar salah satu SMA Negeri di Bojonegoro serta digunakan untuk menandai kedatangan kereta api penumpang.
Layanan kereta api
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 26 Juli 2024.
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).