Jalur trem uap Kudus–Mayong–Pecangaan |
---|
Pemandangan jalur di Segmen Mayong–Pecangaan Km 9+120 s.d. Km 9+578 |
|
Jenis | Jalur lintas cabang |
---|
Sistem | Jalur trem uap |
---|
Status | Tidak beroperasi |
---|
Terminus | Kudus Pecangaan |
---|
|
Dibuka | 1887-1895 |
---|
Ditutup | 1942[1] |
---|
Dibuka kembali | 1945 s.d. dekade 1950-an (Segmen Kudus–Mayong–Bakalan) |
---|
Ditutup kembali | 1975 (Segmen Kudus–Mayong–Bakalan) |
---|
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun) |
---|
Operator | Wilayah Aset IV Semarang |
---|
Depo | Kudus (KS) |
---|
|
Panjang rel | 23,7 km |
---|
Lebar sepur | 1.067 mm (3 ft 6 in) |
---|
Kecepatan operasi | 40 s.d. 60 km/jam |
---|
Jalur trem uap Kudus–Mayong–Pecangaan adalah jalur trem uap nonaktif di Jawa Tengah yang berada di wilayah Daerah Operasi IV Semarang menghubungkan Stasiun Kudus dengan Stasiun Mayong. Tujuan pembangunan jalur ini adalah untuk melayani penumpang dan angkutan barang.
Sejarah
Jangan terbang terlampau cepat di atas jalur-jalur besi yang rata, kamu monster beruap yang bersin-bersin, jangan membiarkan perjumpaan indah ini berakhir dengan begitu cepat...
Raden Ajeng Kartini, "Tropenhitte de Hollandsche koud", KNILM Nieuws, vol. 3, no. 1, Januari 1937, hlm. 93-94[2]
Industri mebel dan ukir kayu merupakan tulang punggung penting bagi masyarakat Jepara. Mebel-mebel dan ukiran kayu produksi Jepara merupakan mebel dengan kualitas yang sudah tidak dapat diragukan lagi, sehingga Belanda menjadi tertarik untuk mengekspor produk-produk kayu dari Jepara. Di Jepara juga terdapat industri gula; dahulu terdapat Pabrik Gula Mayong dan Pabrik Gula Pecangaan (sekarang pabrik karung PT Dasaplast).[3]
Untuk mendukung transportasi tersebut, Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij memutuskan untuk membangun jalur cabang baru dari Stasiun Kudus. Jalurnya terdiri atas Kudus–Mayong, dibuka pada tanggal 6 September 1887, sedangkan Mayong–Pecangaan dibuka pada tanggal 5 Mei 1895. Dari Mayong dibangun lagi jalur menuju Welahan, dibuka pada tanggal 10 November 1900.[4] Jalur ini semakin ramai dengan dibukanya Stasiun Wergu Kudus yang baru pada tahun 1919.[5]
Raden Ajeng Kartini, tokoh emansipasi wanita Indonesia, juga turut menyaksikan keberadaan lintas kereta api di Jepara.[2]
Penonaktifan
Dalam riwayatnya, jalur ini tercatat telah dinonaktifkan sebanyak dua kali yakni pada tahun 1942 [1] dan 1975.
Tercatat dalam buku berjudul Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2, Pada masa awal kemerdekaan Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) mewacanakan pengaktifan beberapa jalur kereta api yang sempat dicabut Jepang. Reaktivasi ini direncanakan dimulai dari Stasiun Kudus sampai Stasiun Pecangaan sepanjang 24 km. Namun, realitanya segmen Bakalan–Pecangaan tidak jadi dikerjakan karena keterbatasan bahan material yang dibutuhkan.[6]
Pada masa PNKA, jalur kereta api yang telah direaktivasi oleh DKARI ini tetap beroperasi untuk umum. Namun, pada era PJKA jalur ini kembali ditutup untuk kedua kalinya. Setelah kembali nonaktif, Bangunan Stasiun Mayong menjadi tidak terawat dan akhirnya dipindahkan ke Grabag, Magelang dan dimiliki oleh MesaStila Resort.[7] Hingga saat ini tidak ada reaktivasi lagi untuk jalur kereta api ini.
Jalur terhubung
Lintas aktif
Jalur ini tidak terhubung dengan lintas kereta api aktif mana pun.
Lintas nonaktif
Layanan kereta api
Tidak ada layanan kereta api yang dijalankan di jalur ini.
Daftar stasiun
Nomor |
Nama stasiun |
Singkatan |
Alamat |
Letak |
Ketinggian |
Status |
Foto
|
Segmen Kudus–Jember
|
Diresmikan pada tanggal 1919
|
Dicabut Jepang pada tahun 1942 dan direaktivasi oleh DKARI pada masa awal kemerdekaan
|
3620 |
Kudus |
KS |
Jalan K.H. Agus Salim, Wergu Wetan, Kota, Kudus |
km 50+911 lintas Jurnatan–Demak–Kudus–Juwana–Rembang–Jatirogo km 0+000 lintas Kudus–Mayong–Pecangaan |
+16,37 m |
Tidak beroperasi |
|
3652 |
Jember (Kudus) |
JBR |
Jalan Raya Jepara–Kudus, Purwosari, Kota, Kudus |
km 3+628 |
|
Tidak beroperasi |
|
Segmen Jember–Mayong
|
Diresmikan pada tanggal 6 September 1887
|
Dicabut Jepang pada tahun 1942 direaktivasi oleh DKARI pada masa awal kemerdekaan
|
3651 |
Kedungdowo |
KGW |
|
km 6+500 |
|
Tidak beroperasi |
|
3649 |
Kalisatmijen |
KSM |
|
km 7+800 |
|
Tidak beroperasi |
|
3648 |
Kaliwungu (Kudus) |
KIW |
|
km 8+700 |
|
Tidak beroperasi |
|
3647 |
Tunggul |
TNL |
|
km 11+400 |
|
Tidak beroperasi |
|
3646 |
Pelemkerep |
PKP |
|
km 13+400 |
|
Tidak beroperasi |
|
3645 |
Mayong |
MY |
Jalan Raya Jepara–Kudus, Pelemkerep, Mayong, Jepara |
km 14+150 lintas Kudus-Mayong-Pecangaan km 0+000 lintas Mayong-Welahan |
|
Tidak beroperasi |
|
Segmen Mayong–Pecangaan
|
Diresmikan pada tanggal 5 Mei 1895
|
3644 |
Bakalan |
BKN |
Margoyoso, Kalinyamatan, Jepara |
km 18+000 |
|
Tidak beroperasi |
|
Dicabut Jepang pada tahun 1942
|
- |
Purwogondo |
PWG |
|
km 19+000 |
|
Tidak beroperasi |
|
- |
Krasak (Jepara) |
KSA |
|
km 19+900 |
|
Tidak beroperasi |
|
- |
Pecangaan |
PCG |
Pecangaan, Jepara |
km 23+700 |
|
Tidak beroperasi |
|
Trase lama
Percabangan ini dahulu hanya cabang pendek yang difungsikan untuk mengangkut kayu dan mebel ukir Kabupaten Jepara untuk diekspor. Pada tanggal 10 November 1900, jalur ini telah selesai dibangun.[8]
Jalur ini dinonaktifkan oleh pekerja romusa Jepang pada tahun 1942. Bangunan dan jalurnya kini sudah tidak ada lagi dan hanya bisa dilacak melalui peta-peta kolonial. Dari semua jalur SJS, jalur ini adalah satu-satunya jalur yang dibongkar oleh pekerja romusa.
Daftar stasiun
Nomor |
Nama stasiun |
Singkatan |
Alamat |
Letak |
Ketinggian |
Status |
Foto
|
Lintas 17 Kudus–Mayong–Pecangaan Segmen Cabang Mayong–Welahan
|
Diresmikan pada tanggal 10 November 1900 oleh Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij Termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang
|
3645 |
Mayong |
MY |
Jalan Raya Jepara–Kudus, Pelemkerep, Mayong, Jepara |
km 14+150 lintas Kudus-Mayong-Pecangaan km 0+000 lintas Mayong-Welahan |
|
Tidak beroperasi |
|
- |
Tiga Juru |
- |
|
km 1+800 |
|
Tidak beroperasi |
|
- |
Paren |
- |
|
km 3+300 |
|
Tidak beroperasi |
|
- |
Welahan |
WLH |
|
km 5+900 |
|
Tidak beroperasi |
|
Keterangan:
- Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
- Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
- Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.
Referensi:
- Stasiun aktif: [9]
- Stasiun nonaktif: [10][11]
- Pengidentifikasi stasiun: [12]
- Penomoran lintas:
- Tanggal pembukaan jalur: [13]:106-124
|
Galeri
Referensi