Kereta api Harina
Kereta api Harina adalah layanan kereta api penumpang kelas eksekutif dan ekonomi premium yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan relasi Bandung–Surabaya Pasarturi melalui lintas utara Jawa (via Cikampek–Semarang Tawang). Nama Harina diambil dari bahasa Sanskerta, hāriṇa (aksara Dewanagari: हारिण), yang berarti "antelop india betina".[2] Kereta api Harina juga membantu tugas kereta api Ciremai relasi Bandung–Semarang Tawang, karena kereta api ini melintasi jalur utara Jawa menghubungkan Jakarta/Bandung dengan Surabaya melalui Semarang. Pengoperasian kereta apiKereta api Harina pertama kali beroperasi pada 20 Mei 2003, merupakan penerus dari kereta api Mahesa rute Bandung–Semarang melalui lintas selatan Jawa.[3] Namun, pengoperasian kereta api Mahesa dihentikan karena jarak tempuh yang terlalu panjang—dalam hal ini, kereta api ini melintasi jalur yang terkesan memutar jauh—serta tanggapan dari penumpang yang tidak terlalu menggembirakan.[3] Selain itu, kereta api ini pernah memiliki frekuensi perjalanan sebanyak dua kali perjalanan pulang-pergi (pagi dan malam) sebelum pengoperasian kereta api Harina jadwal pagi dihentikan pada 1 November 2011 karena tidak memenuhi tingkat keterisian minimum.[4][5] Pada awalnya, ia melayani rute Bandung–Semarang. Setelah PT KAI melakukan penyusunan ulang grafik perjalanan, rute kereta api ini diperpanjang hingga Stasiun Surabaya Pasarturi pada 1 Maret 2013 dengan menghentikan pengoperasian kereta api Rajawali.[6][7][8] Mulai 1 Agustus 2018, kereta api Harina beroperasi menggunakan rangkaian kereta baja nirkarat buatan PT INKA dengan layanan kelas eksekutif dan ekonomi premium. Per 24 Januari 2024, terjadi perubahan pola operasi Kereta api Harina karena rangkaian kereta api ini saling bertukar pakai dengan rangkaian kereta api Malabar dengan keberangkatan pagi dari Bandung menuju Malang. Mulai tanggal 1 Februari 2025, bertepatan dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2025 kereta api Harina jadwal pagi beroperasi kembali setelah hampir 14 tahun diberhentikan operasionalnya, dan saling bertukar rangkaian dengan kereta api Mutiara Selatan yang beroperasi dengan relasi Bandung–Surabaya Gubeng. Stasiun pemberhentian
InsidenPada 21 Oktober 2010, kereta api Harina menerjang longsor di Jatiluhur, Purwakarta, pukul 05.00. Tidak ada korban jiwa, tetapi perjalanan kereta terhambat karena posisi lokomotif dan kereta yang melintang terhadap rel.[9] Pada 1 September 2011, kereta api Harina menabrak angkot di Cibogohilir, Plered, Purwakarta yang menyebabkan satu orang tewas dalam kejadian tersebut.[10] Pada 4 Maret 2013, kereta api Harina menabrak tiga orang saat mengendarai sepeda motor di perlintasan Banjaran, Baureno, Bojonegoro yang menyebabkan semua korban tertabrak tewas.[11] Pada 6 April 2014, kereta api Harina menabrak mobil saat membawa rombongan pengantin di Jatigede, Sumberejo, Bojonegoro yang menyebabkan dua orang tewas saat kejadian tersebut.[12] Pada 11 April 2015, kereta api Harina menabrak truk bermuatan kayu saat mogok di perlintasan. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, namun truk terlempar sejauh 100 meter.[13] Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia