Kereta api Mak Itam
Kereta api Mak Itam (atau Kereta api Mak Itam SIG berdasarkan hak penamaan)[1] adalah kereta api wisata kelas ekonomi yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia dan Pemerintah Kota Sawahlunto di Sumatera Barat yang melayani relasi Sawahlunto–Muarakalaban p.p. Kereta api ini merupakan satu-satunya kereta api uap wisata yang beroperasi di Sumatra, serta merupakan kereta uap wisata ketiga di Indonesia setelah Ambarawa dan Jaladara. Frasa mak itam sendiri berasal dari frasa bahasa Minangkabau yang berarti "paman hitam".[2] Ikon dari kereta api ini adalah lokomotif uap bergigi eks-SSS, E1060, yang dahulunya beroperasi untuk menarik kereta-kereta api batu bara dari Ombilin ke Teluk Bayur.
SejarahOperasi dengan lokomotif uapUntuk mempromosikan Museum Kereta Api Sawahlunto yang sebelumnya dibuka pada tanggal 17 Desember 2005,[3] Pemerintah Kota Sawahlunto mengajukan proposal kepada PT Kereta Api untuk mengembalikan lokomotif E1060 yang dioperasikan untuk KA wisata Ambarawa–Bedono p.p. di Museum Kereta Api Ambarawa kembali ke Sumatera Barat. Pemindahan tersebut sepenuhnya terwujud pada tanggal 3 Desember 2007[4] dan sejak saat itu, Sumatera Barat sudah kembali memiliki lokomotif uap. Saudaranya sendiri, E1016, kini menjadi pajangan di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah.[5] Rencana pengoperasian kembali lokomotif rel gigi di Sumatera Barat ini sempat mengalami permasalahan terutama pada teknis prasarana dan suku cadang lokomotif yang kini sudah tidak lagi diproduksi. Waktu lokomotif ini lebih banyak dihabiskan di dalam dipo daripada dijalankan di lintas. Lokomotif bergigi lainnya, BB204—yang merupakan lokomotif diesel—saat itu berstatus siap operasi, tetapi terbatas semenjak jalur segmen Kayu Tanam–Padangpanjang terpaksa ditutup. Pada tanggal 21 Februari 2009, kereta api Mak Itam mulai dioperasikan bersama dengan kereta api wisata Danau Singkarak. Relasi kereta api Mak Itam adalah Sawahlunto–Muarakalaban, sedangkan kereta api wisata Danau Singkarak adalah Sawahlunto–Padangpanjang.[6] Kereta api ini hanya dapat dijalankan melalui sistem carteran. Lokomotifnya dan keretanya sendiri pernah dicarter untuk menyambut ajang bersepeda tahunan Tour de Singkarak 2012. Terbukti, lokomotif ini pada saat itu masih kuat menarik enam unit kereta penumpang, dengan satu kereta asli Mak Itam (warna krem-hijau) serta lima unit kereta penumpang yang biasanya dipakai untuk KA wisata Danau Singkarak.[7][8][9] Setelah itu, tidak ada lagi pihak-pihak yang mau mencarter kereta api ini. Jalur Padangpanjang–Sawahlunto semakin dilupakan, dan tidak ada lagi KA yang lewat secara rutin di jalur ini. Operasi dengan replika dieselPada September 2018, Pemerintah Kota Sawahlunto memberdayakan kreator-kreator daerah setempat untuk merakit "replika" lokomotif uap E1060 dengan sasis dan mesin diesel. Replika ini difungsikan untuk "menggantikan fungsi E1060 asli" yang sudah tidak layak jalan karena suku cadangnya langka. Replika tersebut menghabiskan biaya Rp71 juta yang seluruhnya berasal dari APBD. Bahkan dalam roadmap Pemerintah Kota Sawahlunto, pihaknya mengusulkan tarif retribusi seharga Rp10.000,00 untuk operasional.[10] Replika E1060 ini memiliki panjang 4 m, lebar 1,5 m, dan menggunakan mesin yang dicomot dari truk Toyota Dyna.[11] Penghidupan lokomotif dan perizinanPada Juli 2019, lokomotif replika seri E1060 telah dilakukan uji coba kelaikan jalan dengan dipanaskan dan dijalankan hingga rel depan depo lokomotif, menandakan kesiapan operasional khususnya dari sarana. Hingga saat ini, layanan ini belum dapat beroperasi dikarenakan belum keluarnya izin dari Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.[12] Meskipun begitu, persiapan pengoperasian tetap dilaksanakan setelahnya dengan peninjauan dan pembersihan rel dari Muaro Kalaban hingga kota Sawahlunto.[13] Referensi
|