Taman Mini Indonesia Indah
Taman Mini Indonesia Indah (disingkat TMII; sebelumnya Taman Mini "Indonesia Indah" dengan tanda kutip) merupakan suatu taman hiburan bertemakan kebudayaan Indonesia di Jakarta Timur, DKI Jakarta, yang memiliki area seluas kurang lebih 147 hektare[1] atau 1,47 kilometer persegi. Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka busana, tarian, dan tradisi daerah. Di samping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya yang juga menjadi tempat pertunjukkan multimedia show bernama Tirta Cerita, kereta gantung, berbagai museum, dan Teater Keong Emas dan Teater Tanah Airku, berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di Jakarta.[2] SejarahGagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Ide pembuatan miniatur Indonesia ini bangkit setelah Ibu Negara mendengarkan dan menghayati isi pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan umum DPR GR Tahun 1971. Selain itu, beliau juga sering menyertai Presiden mengunjungi negara-negara sahabat dan melihat objek-objek wisata di luar negeri. Sehingga bangkit gagasan untuk membangun taman rekreasi yang menggambarkan keindahan dan keberagaman Indonesia. Melalui taman rekreasi ini, diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia.[2][3] Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektare.[3] Aslinya topografi TMII agak berbukit karena merupakan danau raksasa yang dikeringkan, tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya. Tim perancang memanfaatkan ketinggian tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam dan lanskap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.[2] Sejak pertama kali dibuka, kepemilikan dan pengelolaan TMII berada di bawah Yayasan Harapan Kita, milik keluarga Presiden Soeharto. Per April 2021, kepemilikan TMII diambil alih oleh Kementerian Sekretariat Negara RI.[1][4] Sejak bulan Juli 2021, Kemensetneg menyerahkan kepemilikan TMII kepada PT. Taman Wisata Candi Borobudur, anak usaha dari perusahaan BUMN yang bergerak di sektor pariwisata, yakni InJourney.[butuh rujukan] Pada Januari 2022, TMII mulai direvitalisasi sebagai bentuk persiapan untuk mendukung penyelenggaraan rangkaian acara pendukung KTT G20 Bali 2022 di Jakarta.[5] Meskipun demikian, TMII masih dibuka untuk umum, hingga akhirnya ditutup sementara pada 17 Mei 2022.[6] Revitalisasi TMII mengangkat konsep "Indonesia Opera", yang didesain oleh tim Urban+. Fokus dari konsep tersebut adalah mengembalikan konsep awal TMII sebagai sinopsis dari kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia, dengan melakukan penataan ulang kawasan, agar sesuai dengan sebagaimana mestinya. Dengan demikian, pengunjung dapat langsung merasakan kemajemukan budaya Indonesia begitu masuk ke dalam TMII.[5] Konsep Indonesia Opera juga memiliki desain yang ramah lingkungan, yaitu terdiri dari 70% ruang hijau dan 30% bangunan — sesuai konsep awal di tahun 1972, sehingga ruang hijau diperluas.[7] Selain perluasan ruang hijau, TMII telah dibuat menjadi sebuah kawasan rendah emisi, dimana pengunjung sudah tidak dapat mengelilingi kawasan TMII menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi. Sebagai gantinya, pengunjung dapat menggunakan angkutan bebas emisi yang tersedia di dalam kawasan, seperti kereta gantung, Tram Mover Garuda Kencana, dan layanan angkutan keliling (angling).[8] TMII mulai dibuka untuk umum secara bertahap pada akhir tahun 2022, dan pada tanggal 31 Desember 2022, TMII dipilih sebagai tempat perayaan pergantian tahun tersebut.[butuh rujukan] Pada tanggal 1 September 2023, revitalisasi TMII diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.[9] Revitalisasi tersebut telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,7 triliun, dengan anggaran tambahan dari InJourney sebesar Rp 200 miliar.[7] BagianAnjungan DaerahDi Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 34 provinsi Indonesia. Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tiap anjungan menampilkan bangunan khas setempat. Anjungan ini juga menampilkan baju dan pakaian adat, busana pernikahan, baju tari, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan perabot sehari-hari, model bangunan, dan kerajinan tangan. Semuanya ini dimaksudkan untuk memberi informasi lengkap mengenai cara hidup tradisional berbagai suku bangsa di Indonesia. Setiap anjungan provinsi juga dilengkapi panggung, amfiteater atau auditorium untuk menampilkan berbagai tarian tradisional, pertunjukan musik daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar pada hari Minggu. beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang menyajikan berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, serta dilengkapi toko cenderamata yang menjual berbagai kerajinan tangan, kaus, dan berbagai cenderamata. Sejak tahun 1975 hingga tahun 2000 rancangan asli TMII terdiri atas anjungan rumah adat dari 27 provinsi di Indonesia, termasuk Timor Timur. Akan tetapi setelah Timor Leste merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002, status anjungan Timor Timur berubah menjadi Museum Timor Timur. Selain itu karena Indonesia terdiri atas 33 provinsi (pada tahun 2004), anjungan-anjungan provinsi baru seperti Bangka Belitung, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua Barat telah dibangun di sudut Timur Laut TMII, walaupun ukuran dan luas anjungan provinsi baru ini jauh lebih kecil dari anjungan provinsi yang telah dibangun sebelumnya. Bangunan KeagamaanBangunan keagamaan diwakili oleh beberapa rumah ibadah agama resmi yang diakui di Indonesia, hal ini untuk menggambarkan toleransi dan keselarasan hubungan antar agama di Indonesia. Bangunan-bangunan keagamaan terdapat di TMII antara lain Masjid Pangeran Diponegoro, Gereja Katolik Santa Catharina, Gereja Protestan Haleluya, Pura Penataran Agung Kertabhumi, Vihara Arya Dwipa Arama, Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa, dan Klenteng Konghucu Kong Miao. Wahana RekreasiDi TMII juga terdapat beberapa wahana rekreasi, yaitu Istana Anak-anak Indonesia, Contemporary Art Gallery, Kereta Gantung, Perahu Angsa Danau Arsipel Indonesia (tutup permanen sejak renovasi TMII pada 2022), Taman Among Putro, Panggung Budaya, Desa Wisata, Taman Legenda Keong Mas, Menara Pandang Saudjana, dan Tirta Cerita Multimedia Show.
TamanDi TMII juga terdapat sepuluh macam taman yang menunjukkan keindahan flora dan fauna Indonesia. Sepuluh taman tersebut adalah Taman Anggrek, Taman Apotek Hidup, Taman Kaktus, Taman Melati, Taman Bunga Keong Mas (kini menjadi Taman Legenda Keong Mas), Dunia Air Tawar dan Serangga, Taman Bekisar, Taman Burung, dan Taman Budaya Tionghoa Indonesia MuseumMuseum yang ada diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya, flora dan fauna, serta teknologi di Indonesia. Terdapat beberapa museum di TMII, antara lain Museum Indonesia, Museum Purna Bhakti Pertiwi, Museum Keprajuritan Indonesia, Museum Prangko, Museum Pusaka, Museum Transportasi, Museum Listrik dan Energi Baru, Museum Penerangan, Museum Asmat, Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptil, Museum Serangga dan Taman Kupu-Kupu, Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Museum Minyak dan Gas Bumi, Museum Timor Timur, Museum Hakka Indonesia, Museum Bayt Al-Quran dan Istiqlal, Museum Batik, dan Sky World TMII. Teater
PerpustakaanTaman Mini Indonesia Indah juga memiliki perpustakaan dengan fasilitas yang cukup baik. Di sini terdapat ruang koleksi dan ruang baca. Katalog online juga dapat diakses melalui internet. Lokasi perpustakaan ini terdapat di dekat kantor pengelola Taman Mini Indonesia Indah. Transportasi di dalam kawasan TMIITaman Mini Indonesia Indah memiliki beberapa transportasi pengunjung yang salah satunya juga berperan sebagai wahana rekreasi. Transportasi tersebut meliputi:
Selain menggunakan layanan transportasi di atas, pengunjung juga dapat menyewa skuter listrik, mobil golf, atau sepeda.[8] Bagian yang sudah ditutup dan dibongkar
Logo dan MaskotTMII memiliki logo yang pada intinya terdiri atas huruf TMII, Singkatan dari "Taman Mini Indonesia Indah". Logo kedua TMII diperkenalkan pada tahun 2007, dengan slogan • pesona indonesia • dibawah tulisan "TMII". Pada 10 Agustus 2023, logo tersebut mengalami perubahan minor dengan corak warna baru yang datar, dan slogannya juga diubah menjadi "Taman Jelajah Indonesia" sejak kepemilikan berpindah ke InJourney melalui PT Taman Wisata Candi (InJourney Destination Management). Slogan tersebut tidak lama kemudian[per kapan?] diubah lagi menjadi "Jelajah Cerita Indonesia". Maskot TMII berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra). Maskot ini diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto, bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991.[17] Akses transportasiKawasan TMII memiliki akses dari layanan LRT Jabodebek Lintas Cibubur di Stasiun TMII. Namun, letaknya sekitar 1.5 km dari pintu masuk utama. Pihak pengelola TMII menyediakan layanan bus antar-jemput (shuttle) gratis untuk mengangkut pengunjung dari dan menuju stasiun.[18] TMII juga dapat dijangkau dengan layanan bus Transjakarta. Untuk layanan BRT, TMII dijangkau dengan koridor 9 (Pinang Ranti–Pluit), rute 9C (Pinang Ranti–Bundaran Senayan), dan rute 9N (Pinang Ranti–Simpang Cawang) di halte Makasar; namun, letak halte tersebut masih jauh dari pintu masuk utama TMII, yakni 1.8 km. Sebagai alternatif, Transjakarta menyediakan layanan pengumpan (feeder) dengan rute 7D (TMII–Tegal Parang) yang berakhiran (terminus) tepat di jalan pintu masuk utama kawasan. Selain itu, Transjakarta juga menyediakan layanan pengumpan Mikrotrans dengan rute JAK-36 (Cilangkap–Cililitan) dan JAK-108 (Kramat Jati–Bambu Apus). Untuk akses jalan tol, TMII dapat dijangkau melalui Tol Lingkar Luar Jakarta di pintu keluar KM 34 (dari arah Cikunir), serta Jalan Tol Jagorawi di pintu keluar KM 05 (dari arah Bogor) dan KM 04 (dari arah Cawang). Galeri
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Taman Mini Indonesia Indah.
|