Tram Mover Garuda Kencana, sebelumnya SHS-23 Aeromovel Indonesia atau Titihan Samirono, adalah wahana kereta penggerak orang (bahasa Inggris: people mover) yang beroperasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Wahana yang berbentuk mirip trem dan bertenaga listrik[1] ini berjalan di jalur sepanjang 3,2 km yang sepenuhnya melayang setinggi 6 meter di atas permukaan laut[2] dan mengitari kompleks TMII. Beroperasi pada tahun 1989 dengan mengadopsi sistem kereta bertenaga anginaeromovel, bentuk wahana saat ini mulai beroperasi penuh pada tahun 2023 setelah proses revitalisasi dalam rangka menyambut Konferensi Tingkat Tinggi G20 Bali 2022.
Sejarah
SHS-23 Aeromovel Indonesia diluncurkan pada April 1989.[3] Nama Titihan Samirono diberikan oleh Presiden Soeharto,[2] yang istrinya, Tien Soeharto merupakan pendiri taman ini. Sistem kereta ini dibangun oleh PT Citra Patenindo Nusa Pratama,[2] perusahaan yang dimiliki oleh salah satu anak Presiden Soeharto Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut Soeharto).
Sesuai nama lokalnya Titihan Samirono (dari Bahasa Jawa, artinya "kendaraan angin"), kereta layang ini berjalan dengan tenaga angin. Sistem ini merupakan hasil pengembangan teknologi aeromovel yang ditemukan dan dirancang oleh Oscar Coster dari Brasil, dengan memanfaatkan tenaga dorong-hisap udara sebagai penggerak. Kereta ini dirancang sebagai kendaraan yang ringan karena di dalamnya tidak terdapat mesin, sehingga bebas polusi udara dan suara. Kereta ini bergerak dengan kecepatan 15–20 km/jam, meskipun sesungguhnya kendaraan ini dapat melaju dengan kecepatan sampai dengan 60 km/jam. Kecepatan ini merupakan kecepatan "ideal", yang memungkinkan para penumpang memiliki waktu lebih lama untuk memandang panorama TMII dengan "lebih nyaman dan aman". Harga tiket rata-rata untuk menaiki kereta ini senilai Rp 35.000,- dengan waktu operasional Sabtu-Minggu serta berlaku untuk satu orang dan satu kali keliling TMII.[butuh rujukan]
SHS-23 Aeromovel Indonesia saat itu dianggap sebagai "teknologi maju",[4] di samping sebagai purwarupa transportasi umum perkotaan di masa depan. Kereta ini merupakan kereta ringan pertama di Indonesia, mendahului LRT Palembang (dan kemudian, khususnya di Jakarta, LRT Jakarta) yang dibuka berdekade-dekade setelahnya.
Hingga tahun 2014, SHS-23 Aeromovel Indonesia hanya beroperasi di akhir pekan, oleh karena lebih banyak pengunjung (yang berdampak pada tingginya tingkat keterisian kereta) biaya operasional yang besar.[5]
Layanan kereta ini kemudian ditutup untuk sementara, namun tidak diketahui tanggal penutupannya. Sistem aeromovel kemudian diganti dengan sistem kereta konvensional bermasinis[6] dan rangkaian keretanya diperbaiki. Sistem ini diluncurkan kembali pada tanggal 19 Maret 2019 oleh Tutut Soeharto, kali ini sebagai ketua Yayasan Harapan Kita selaku operator TMII saat itu;[4][7] yang lebih dipromosikan sebagai Kereta Layang atau Titihan Samirono alih-alih "aeromovel".
Seiring dengan peralihan operasi TMII kepada negara (melalui TWC Indonesia Heritage Management) pada pertengahan tahun 2021 dan renovasi total TMII pada tahun 2022 dalam menyambut gelaran Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Indonesia, keberadaan Titihan Samirono digantikan oleh jenis kereta penggerak orang bertenaga listrik yang diberi nama "tram mover". Kereta buatan INKA tersebut dinamakan Tram Mover Garuda Kencana, dan beroperasi penuh pada tanggal 1 Januari 2023.[8]
Rute
Sistem Tram Mover Garuda Kencana menempuh jalur sepanjang 3,2 km. Kereta ini hanya berhenti di stasiun-stasiun yang sudah ditentukan. Stasiun-stasiun ini yaitu: