Rumah gadang adalah rumah besar sebagai tempat tinggal keluarga dengan seluruh aspek adat istiadatnya. Di Minangkabau, rumah gadang bukan milik perseorangan tetapi milik keluarga luas kesukuan. Karena orang Minangkabau menganut matrilineal, rumah gadang di tempati seorang wanita dengan kepala keluarga saudara laki-laki dari ibu (mamak tungganai). Pria yang belum kawin tak boleh tidur di rumah gadang, melainkan di surau karena dibiasakan sejak kecil.
Bentuk dasar rumah gadang adalah empat persegi panjang, berupa rumah panggung, sering disebut rumah bagonjong karena memiliki bentuk atap yang melengkung ke atas dengan ujung runcing mirip bentuk tanduk kerbau. Bentuk dinding yang membesar ke atas, disebut silek, untuk menghindari tempias di kala hujan. Tangga untuk menuju ke pintu terletak di depan rumah dan beratap. Rumah gadang dibagi menjadi beberapa kamar (bilik), biasanya berjumlah ganjil.
Rumah Gadang di Anjungan Sumatera Barat memiliki sembilan ruang yang ditandai oleh jajaran tiang di tengahnya sebagai tanda pembatas karena tidak memiliki bilik. Rumah ini difungsikan sebagai ruang peragaan dan pameran. Benda-benda yang dipamerkan berupa pelaminan, barang hasil kerajinan, alat pertanian, alat musik tradisional—di antaranya talempong, genta, kain tenun Silungkang, serta pakaian adat tiap kabupaten yang disajikan dengan peraga manekin. Kolong rumah digunakan untuk penjualan berbagai cenderamata hasil kerajinan tangan, antara lain kain songket Silungkang, pernik-pernik, lukisan, dan aneka busana jadi.
Balairung merupakan tempat pertemuan tetua adat (penghulu) untuk membicarakan permasalahan di desa (nagari). Pada dasarnya, balairung sama dengan rumah gadang, memiliki dua model berbeda, yakni model Bodi Chaniago dan Koto Piliang. Balairung merupakan ruang terbuka, terkadang tanpa dinding sama sekali. Bagian ujung disediakan untuk penghulu pucuk, yang dituakan. Balairung di anjungan ini digunakan sebagai tempat pertemuan, pameran, dan pergelaran seni daerah Minangkabau.
Semua bangunan adat di atas memiliki hiasan aneka ragam ukir-ukiran: ukiran datar, pahat, tembus, dan ukiran bakar; kebanyakan motif tumbuh-tumbuhan, bunga, dan satwa dengan warna dominan merah, kuning, hitam, dan biru; berfungsi keindahan dan mengandung ajaran adat Minangkabau. Anjungan Sumatera Barat memiliki sanggar tari untuk memberikan pendidikan dan pelatihan, terutama tari dan musik tambur, bagi anak-anak dan para remaja.