Monumen Nasional

Monumen Nasional
National Monument
Monas pada tahun 2010
Peta
Informasi umum
JenisObelisk
LokasiJakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Koordinat6°10′31.4″S 106°49′37.7″E / 6.175389°S 106.827139°E / -6.175389; 106.827139
Mulai dibangun17 Agustus 1961
Rampung12 Juli 1975
Diresmikan12 Juli 1975
PemilikRepublik Indonesia
ManajemenPemerintah Jakarta
Tinggi132 m
Desain dan konstruksi
Arsitek
Kontraktor utamaPN Adhi Karya
(tiang fondasi)
Informasi lain
Akses transportasi umumKRL Commuter Line:
Stasiun Juanda atau Stasiun Gambir (U/C)
Transjakarta:
Monas
Balaikota
MRT Jakarta:
Monas (U/C)

Monumen Nasional yang disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki), terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.[1][2] Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Kerajaan Belanda. Pembangunan dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah Presiden Soekarno[3] dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975[4] oleh Presiden Soeharto. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan dari rakyat Indonesia.[5]

Jam buka

Tugu Monumen Nasional tutup di hari Senin dan buka pada hari Selasa sampai Minggu. Jika hari Senin bertepatan dengan hari libur nasional, maka tugu juga terbuka untuk umum.[6]

Ada dua sesi waktu untuk bisa masuk ke dalam tugu Monumen Nasional, sesi pertama dari pukul 08.00-16.00 WIB dan sesi kedua pukul 19.00-22.00 WIB.[6]

Pukul 16.00-18.00 operasional tugu tutup sementara untuk ‘mengistirahatkan’ lift. Jika ingin menikmati taman saja, Monumen Nasional terbuka setiap hari dari pukul 07.00 hingga 24.00 WIB. Kamu bisa berkunjung kesini dan dapat memilih untuk sesi satu atau sesi dua.[6]

Sejarah

Ide awal pendirian Monumen adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo.[7] Setelah pusat pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali ke Jakarta yang sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh pemerintahan kolonial Kekaisaran Belanda pada tahun 1949, perencanaan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka.[8] Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi penerus bangsa.[9][10]

Monas Tahun 1969. Foto ini merupakan bagian dari koleksi foto milik Tropenmuseum di Amsterdam, Belanda.

Pada tanggal 17 Agustus 1954, sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan Monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Friedrich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Soekarno. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke dalam rancangan monumen itu.[11][12][13] Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan Soedarsono mulai dibangun 17 Agustus 1961.

Pembangunan

Soekarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.

Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/19621964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama.[14] Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.[15]

Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto meresmikan monas serta dibelakang Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan Istri

[16][17] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.[18](hlm.63)

Rancang Bangun Monumen

Monumen Nasional dalam tahap pembangunan.

Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif serta melambangkan malam hari.[19] Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia.[14](hlm.55-56) Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.[14](hlm.55) Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.[20]

Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas.[21] Di dekatnya terdapat kolam air pancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato [22] sebagai sumbangan oleh Konsul Jenderal Kehormatan adalah Dr. Mario di Indonesia.[butuh rujukan] Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro.[23] Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas.[24] Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.[25]

Relief Sejarah Indonesia

Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit

Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut.[26]

Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca tropis.[27]

Museum Sejarah Nasional

Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Soeharto.[28]

Ruang Kemerdekaan

Ruang Kemerdekaan

Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas dan bendera merah putih dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[11][29]

Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Soekarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945.[butuh rujukan]

Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan

Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian
Seorang kakek tampak sedang menikmati panorama Jakarta dari balik kaca di Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan Monas, 1993.

Sebuah lift (elevator) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.[30]

Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram,[11] akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.[31] Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).[26]

Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.[32]

Pandangan Jakarta Pusat dari puncak Monumen Nasional

Transportasi

Monumen Nasional dapat diakses dengan transportasi umum berikut ini:


Di dalam kompleks Monumen Nasional terdapat kereta wisata untuk membawa pengunjung ke pintu masuk monumen. Kereta wisata ini diresmikan pada tanggal 9 Maret 2008 oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.[33] Kereta ini mengangkut penumpang dari Lapangan IRTI (Silang Monas Barat Daya) sampai ke mulut terowongan masuk area tugu, dengan tidak berhenti selain di tempat pemberhentian yang sudah disediakan.[34] Kereta ini beroperasi dari pukul pukul 06.00 sampai dengan 16.00 WIB .setiap harinya dan penumpang tidak dipungut biaya.[35]

Galeri

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Amor, Febriana,Teguh (2014-02-17). Telusur Bandung. Elex Media Komputindo. ISBN 978-602-02-3198-3. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  2. ^ Ardiansyah, Dedy. Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan Terlengkap. DIVA PRESS. ISBN 978-602-391-641-2.
  3. ^ Lebang, Tomi (2010). Sahabat lama, era baru: 60 tahun pasang surut hubungan Indonesia-Rusia. Grasindo. ISBN 978-979-081-287-1.
  4. ^ Rusmiyati, Rusmiyati; Dewi, Murwaningrum; M. Amperawan, Marpaung; Archangela Yudi, Aprianingrum; Putri, Haryanti; Dimas Setyo, Saputro; Mita, Indraswari; Betsi Edith, Christie; Nabila, Khoirunnisa (2018). Adityayoga, Adityayoga (ed.). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Vol. 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 192. ISBN 978-979-8250-66-8.
  5. ^ kampusbudibakti. "Tau Gak Sih Tentang Monumen Nasional? – Kampus Budi Bakti". Diakses tanggal 2025-05-28.
  6. ^ a b c "Jam Buka Monas dan Sejarahnya". kumparan. Diakses tanggal 2025-05-28.
  7. ^ Kurniawan, Aloysius Budi (2018-09-19). "Sarwoko Martokoesoemo, Penggagas Monas yang Terlupakan". kompas.id. Diakses tanggal 2025-05-28.
  8. ^ "Monas". SMP NEGERI 11 KOTA BIMA. Diakses tanggal 2025-05-28.
  9. ^ "Mengenal Arsitek Monas, Dipilih Langsung oleh Presiden Soekarno". www.kemenparekraf.go.id. Diakses tanggal 2025-05-28.
  10. ^ Swadarma, Doni; Aryanto, Yunus (2013). Rumah Etnik Betawi. GRIYA KREASI. ISBN 978-979-661-212-3.
  11. ^ a b c Heuken (2008) p25
  12. ^ National monument Office, Jakarta (1996) pp. 3-9
  13. ^ Tinggi cawan dari halaman adalah 17 meter, lebar dasar monumen adalah 8 meter, serta lebar halaman cawan adalah 45 meter
  14. ^ a b c Susilo, Susilo; Suryaningsih, Angelia Rantya Apriliawati (2015-09-30). "MONAS SEBAGAI SIMBOL PERJUANGAN BANGSA INDONESIA". Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah. 9 (3): 55–78. doi:10.47256/kji.v9i3.61. ISSN 2716-2664.
  15. ^ Liputan6.com (2015-07-12). "40 Tahun Monas, Dibangun Sukarno dan Dibuka Soeharto". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-05-28. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
  16. ^ National monument Office, Jakarta (1996) pp. 12-23
  17. ^ Jakarta Administration website
  18. ^ Susilo, Susilo; Suryaningsih, Angelia Rantya Apriliawati (2015-09-30). "MONAS SEBAGAI SIMBOL PERJUANGAN BANGSA INDONESIA". Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah. 9 (3): 55–78. doi:10.47256/kji.v9i3.61. ISSN 2716-2664.
  19. ^ Monument Nasional brochure; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Unit Pengelola Monumen Nasional
  20. ^ Pande, Mahyarudin. "Menelusuri Tugu Monas Sebagai Simbol Kebanggaan Tanah Air - Pande". Menelusuri Tugu Monas Sebagai Simbol Kebanggaan Tanah Air - Pande. Diakses tanggal 2025-05-30.
  21. ^ "Metpen Monas | PDF". Scribd. Diakses tanggal 2025-05-30.
  22. ^ National monument Office, Jakarta (1996) pp. 28-29
  23. ^ Welianto, Ari. "Sejarah Pembangunan Monas". Kompas.
  24. ^ "Monumen Nasional - Destinasi Wisata". Mentaripagi Tour & Travel.
  25. ^ arissari10 (2013-07-19). "Monumen Nasional". Diakses tanggal 2025-05-30. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
  26. ^ a b "Cerita Tersembunyi Di Balik Emas di Tugu Monas yang Sarat Nilai Perjuangan". Treasury. Diakses tanggal 2025-05-30.
  27. ^ "Patung Monument Nasional". Jakarta Tourism. Diakses tanggal 2025-05-30.
  28. ^ "Mengulik Sejarah Monas, Destinasi Wisata Ikonik di Jakarta". www.orami.co.id. 2022-07-21. Diakses tanggal 2025-05-30.
  29. ^ National monument Office, Jakarta (1996) pp. 24-28
  30. ^ P, Reza Antares (2016-12-05). "Mengungkap Sejarah di Balik Rahasia Monas". INDONESIAMAGZ. Diakses tanggal 2025-05-30.
  31. ^ National monument Office, Jakarta (1996) p28
  32. ^ Teuku Markam
  33. ^ "Monumen Nasional (Monas)". www.djakarta.biz.id. Diakses tanggal 26 Maret 2023.
  34. ^ "Instagram". www.instagram.com. Diakses tanggal 2025-05-30.
  35. ^ "Kereta Wisata, Kendaraan untuk Mengantar Pengunjung ke Tugu Monas". SINDOnews Daerah. Diakses tanggal 2025-06-24.

Pranala luar

 

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia