Medan Merdeka atau Lapangan Merdeka adalah lapangan besar yang terletak di tengah Jakarta, Indonesia.[1] Lapangan ini dikelilingi berbagai kantor dan bangunan penting seperti Istana Merdeka, Mahkamah Agung, serta berbagai kantor kementerian negara. Di tengah Medan Merdeka terdapat Monumen Nasional. Dengan lebar Medan Merdeka membentang sejauh satu kilometer, lapangan ini adalah salah satu lapangan terluas di dunia.[2] Pada masa kolonial Hindia Belanda lapangan ini disebut Koningsplein (Lapangan Raja).
Sejarah
Pada akhir abad ke-18 ketika pemerintahan Hindia Belanda memindahkan pusat pemerintahannya dari Batavia lama (kini kawasan Jakarta Kota) ke Weltevreden (kini Jakarta Pusat), mereka membangun beberapa bangunan penting termasuk fasilitas lapangan. Dua lapangan utama di Weltevreden adalah Buffelsveld dan Waterloopein (kini Lapangan Banteng). Lapangan mulai dibangun pada masa pemerintahan Daendels di awal abad ke-19, Waterloopein menjadi lapangan utama yang digunakan untuk parade dan upacara. Lapangan Waterloopein dijadikan warga kota sebagai tempat berkumpul pada sore hari untuk bersosialisasi dan berkuda, sementara itu Buffelsveld (lapangan kerbau) pada 1809 dinamakan Champs de Mars oleh Daendels yang sangat dipengaruhi Perancis, dan digunakan sebagai lapangan untuk latihan militer. Pada 1818 pada masa pemerintahan Inggris di Hindia di bawah pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles, lapangan ini diubah namanya menjadi Koningsplein (Lapangan Raja) sejak Gubernur Jenderal mulai menghuni istana barunya di dekat lapangan itu, kini istana itu menjadi Istana Merdeka. Pemerintah kolonial membangun berbagai fasilitas olahraga seperti jalur atletik dan stadion di Koningsplein. Penduduk pribumi menamai lapangan itu "Lapangan Gambir", konon berdasarkan banyaknya pohon gambir di tempat itu. Lapangan Gambir menjadi lokasi Pasar Gambir, sebuah Pasar Malam besar yaitu pekan raya yang dimulai untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 1906. Sejak tahun 1921 Pasar Gambir menjadi perhelatan tahunan dan menjadi pendahulu dari Pekan Raya Jakarta. Nama lapangan ini tetap sama yaitu Koningsplein atau Lapangan Gambir selama masa kolonial Hindia Belanda hingga pasa pendudukan Jepang pada 1942.
Pada masa Penjajahan Jepang, lapangan ini diganti namanya menjadi Lapangan Ikada (singkatan dari "Ikatan Atletik Djakarta) dalam bahasa Indonesia dan Hookoo Hiroba dalam bahasa Jepang. Konon pada awalnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia direncanakan digelar di Lapangan Ikada, namun karena kondisi saat itu tidak memungkinkan maka pembacaan proklamasi dialihkan ke sebuah rumah di Jalan Pegangsaan (kini Jalan Proklamasi lokasi menjadi Tugu Proklamasi). Pada 19 September 1945, Sukarno menyampaikan pidatonya di Lapangan Ikada. Pidatonya yang menyarakan kemerdekaan Indonesia dan menentang kolonialisme, imperialisme, dan penjajahan ini disampaikan di depan Rapat Akbar yang dihadiri banyak massa.
Sukarno mengganti nama Lapangan Ikada menjadi "Medan Merdeka".[3] Sukarno menginginkan rakyat Indonesia yang baru saja merdeka memiliki sesuatu simbol yang menjadi kebanggaan bangsa, sebuah monumen untuk memperingati perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Maka ia memprakarsai pembangunan Monumen Nasional (Monas) pada 1961. Bangunan stadion dan lintasan atletik di lapangan ini dibongkar untuk memberi tempat bagi pembangunan monumen ini. Medan Merdeka dilintasi oleh empat jalan silang diagonal yang membentuk silang "X" dengan Monas berdiri tepat ditengahnya. Jalan ini disebut "Jalan Silang Monas" yang membagi Taman Medan Merdeka menjadi empat bagian: Utara, Timur, Selatan, dan Barat.
Taman Medan Merdeka Utara, Timur, dan Barat tetap berfungsi sebagai taman, sementara Taman Medan Merdeka Selatan dibangun menjadi kompleks bangunan untuk pameran yang digunakan sebagai lokasi Pekan Raya Jakarta dari tahun 1968 hingga 1992, sementara sudut barat daya Taman Medan Merdeka Selatan dijadikan "Taman Ria Jakarta".
Desain dan rancangan tapak taman tetap sama sejak dekade 70-an hingga pertengahan dekade 90-an. Mulai pertengahan tahun 90-an pemugaran Medan Merdeka mulai berlangsung hingga tahun 2000-an hingga menjadi kondisi seperti saat ini. Tujuan pemugaran ini adalah untuk mengembalikan fungsi Taman Medan Merdeka sebagai kawasan terbuka hijau. Pada awal dekade 90-an Arena Pekan raya Jakarta dan Taman Ria Monas di Medan Merdeka Selatan dibongkar dan dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Jalan Silang Monas yang pada awalnya berfungsi sebagai lalu lintas kota kini tertutup bagi kendaraan bermotor seiring pembangunan pagar di sekeliling Medan Merdeka.
Rancangan
Rancangan Medan Merdeka pada dasarnya mengikuti pola tapak awal yang telah dibuat sejak dekade 60-an, yakni persilangan jalan diagonal yang membagi Medan Merdeka menjadi empat bagian serta ditengahnya berdiri Monas. Pemugaran pada pertengahan dekade 90-an adalah untuk persiapan upacara peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka pada 1995. Renovasi ini terus berlangsung hingga dekade 2000-an.
Renovasi ini dirancang untuk menjauhkan jalan melingkar dari dasar Monas, hal ini karena saat itu dikhawatirkan getaran dari kendaraan yang melintas akan merusak fondasi Monas. Akan tetapi kemudian diputuskan bahwa kendaraan bermotor dilarang untuk memasuki kawasan Medan Merdeka sekitar Monas. Jalan aspal di sekeliling Monas diganti dengan jalan dari susunan batu alam bergaya Perancis dan menciptakan plaza (lapangan) luas di sekeliling monumen.
Medan Merdeka terdiri atas dua zona:
Taman Medan Merdeka. Pada zona ini terdapat pohon pelindung besar, taman, kolam pantulan serta air mancur. Zona ini membentang dari pagar pembatas di tepi Medan Merdeka hingga lajur pejalan kaki di sekeliling Taman Medan Merdeka.
Ruang Agung. Ini adalah kawasan yang bertujuan memperkuat kesan keagungan saat memandang Monumen Nasional. Tidak boleh ada pohon besar atau hambatan visual lainnya di zona ini. Zona ini membentang dari jalur pejalan kaki yang melingkari Monas hingga ke bangunan Monumen Nasional. Zona ini terdiri dari lapangan rumput, plaza dari susunan batu, serta taman di sekeliling Monas yang dipenuhi bunga dan tanaman hias beraneka warna.
Terdapat empat taman di Medan Merdeka sesuai arah mata angin:
Taman Medan Merdeka Utara. Pintu masuk ke terowongan yang akan membawa pengunjung ke Monas terletak di Taman Medan Merdeka Utara. Patung Pangeran Diponegoro tengah menunggang kuda dan patung dada pujangga Indonesia Chairil Anwar juga terletak di taman ini.
Taman Medan Merdeka Timur. Stasiun Gambir terletak di kawasan taman ini. Kolam pantul dan patung Kartini sumbangan pemerintah Jepang yang semula terletak di depan Taman Suropati, Menteng, kini terletak di taman ini.
Taman Medan Merdeka Selatan. Monumen Rapat Akbar 19 September 1945 berupa patung pembawa bendera bernuansa nasionalistik terletak di sini. Di sudut tenggara terdapat kandang rusa tutul. Dulu di Taman Medan Merdeka Selatan terdapat pohon langka dan unik yang menjadi simbol yang mewakili 33 Provinsi di Indonesia. Akan tetapi, pada November 2019 pohon-pohon langka ini bersama total 200 pohon besar ditebang atas perintah Gubernur DKI Jakarta saat itu Anies Baswedan, untuk digantikan plaza terbuka.[4] Lapangan parkir IRTI, kedai cenderamata dan warung makan untuk pengunjung Monas juga terletak di kawasan ini.
Taman Medan Merdeka Barat. Atraksi air mancur "menari" yang disinari lampu beraneka warna terdapat di Taman Medan Merdeka Barat. Pertunjukan air mancur dengan iringan musik ini digelar tiap malam akhir pekan. Stasiun MRT bawah tanah Monas tengah dibangun di Taman Medan Merdeka Barat.[5]
Medan Merdeka dikelilingi oleh empat jalan utama yang dinamakan "Jalan Medan Merdeka", diikuti oleh posisi jalan tersebut menurut mata angin. Terdapat banyak bangunan penting pemerintahan dan budaya mengelilingi lapangan di pusat Jakarta ini.