Rumah Sakit Primaya PGI Cikini
Rumah Sakit Primaya Pusat Gereja Indonesia (PGI) Cikini, juga dikenal sebagai Rumah Sakit PGI Cikini atau Rumah Sakit Cikini, yang dulunya bernama Rumah Sakit Ratu Emma Tjikini (bahasa Belanda: Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini) hingga Rumah Sakit DGI Tjikini adalah sebuah rumah sakit swasta yang berada di Cikini, Jakarta, Indonesia. Dulunya rumah sakit ini adalah bekas rumah yang dirancang oleh pelukis Indonesia Raden Saleh, kemudian digunakannya sebagai tempat tinggal. Penggunaannya sebagai rumah sakit dan akademi keperawatan dimulai pada tahun 1898.[1] Bangunan ini dibangun pada tahun 1852, dikenal dengan suasana seperti taman-taman di Jakarta, dan merupakan rumah bagi kijang—sampai mereka dipindahkan pada awal 1970-an. Saleh pernah memiliki koleksi hewan liar di properti.[2] Ini memiliki fitur desain yang mirip dengan Kastil Callenberg.[2] Rumah sakit ini terletak di Jalan Raden Saleh No.40 di Cikini, Jakarta Pusat dengan luas 5,6 ha dan memiliki sekitar 300 tempat tidur. Rumah sakit ini juga sempat dikunjungi oleh Franz Ferdinand pada tahun 1893 selama tur dunianya.[3] Dia melihat persiapan Pameran Batavia tahun 1893 di halaman rumah sakit.[3][4] SejarahPada tanggal 15 Maret 1895, Dominee Cornelis de Graaf dan istrinya, Ny. Adriana J de Graaf Kooman mendirikan Asosiasi Keperawatan di Hindia (bahasa Belanda: Vereeniging Voor Ziekenverpleging In Indie). Pusat kesehatan dibuka di Gang Pool (dekat istana negara) pada tanggal 1 September 1895 sebagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dominee Cornelis de Graaf dan istrinya mencari dana untuk memulai usaha ini dan berhasil memperoleh sekitar 100.000 gulden (yang merupakan mata uang Belanda pada saat itu) dari Ratu Emma dari Belanda. Pendanaan ini memungkinkan De Graaf untuk membeli rumah besar milik Raden Saleh pada bulan Juni 1897 dan pusat medis dipindahkan dari Gang Pool ke gedung yang baru dibeli.[5] Pada 12 Januari 1898, status pusat medis ditingkatkan menjadi rumah sakit. Menjadi rumah sakit kristen pertama di Indonesia. Untuk menghormati kemurahan hati Ratu Emma dari Belanda, gedung tersebut diberi nama Konningin Emma Ziekenhuis (Rumah Sakit Ratu Emma). Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), Rumah Sakit Cikini digunakan sebagai rumah sakit Angkatan Laut Jepang. Setelah pendudukan Jepang (Agustus 1945 - Desember 1948). Rumah Sakit Cikini dikelola oleh Repatriasi Tawanan Perang dan Interne Sekutu (RTPIS) dan akhirnya oleh Dienst der Volksgezondheid (DVG). Pada tahun 1948, pengelolaan RS Cikini diserahkan kepada sebuah yayasan swasta yang dipimpin oleh R.F. Bozkelman. Pada tahun 1957, pengelolaan Yayasan Perlengkapan Medis Rumah Sakit Ratu Emma Tjikini (bahasa Belanda: Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini) diserahkan kepada Dewan Gereja Indonesia (DGI), dengan Prof. Dr. Joedono sebagai direktur pelaksana. Setelah itu, Dr. H. Sinaga diangkat sebagai direktur resmi pertama rumah sakit. Yayasan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini kemudian berganti nama menjadi Yayasan Rumah Sakit DGI Tjikini. Tanggal 31 Maret 1989, karena perubahan nama dari Dewan Gereja Indonesia (DGI) menjadi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Yayasan RS DGI Tjikini diubah namanya menjadi Yayasan Kesehatan PGI Cikini. Saat ini, Rumah Sakit Cikini dikelilingi taman luas yang dulunya merupakan kebun raya dan kebun binatang. LayananRumah Sakit PGI Cikini memiliki banyak layanan spesialis, diantaranya:
Referensi
Pranala luar |