Stasiun Cikini (CKI) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jalan Cikini Raya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +20 m ini hanya melayani rute KRL Commuter Line. Pada lantai bawah stasiun, dahulu terdapat kios-kios dan lapak-lapak pedagang, yang kemudian dibersihkan dan dialihfungsikan menjadi kantor Daerah Operasi I Jakarta. Kantor Daop I Jakarta tersebut diresmikan pada tanggal 21 Juni 2014.[3]
Stasiun Cikini pada mulanya merupakan sebuah halte kecil yang dibangun sebagai pengganti dari Halte Dierentuin. Pada saat itu, Dewan Kota Batavia menganggap lokasi Halte Dierentuin canggung dan tidak praktis terhadap perkembangan kawasan Gondangdia dan Menteng. Sehingga Dewan Kota Batavia memerintahkan Staatsspoorwegen (SS) untuk membangun pemberhentian kereta api baru sebagai pengganti dari Halte Dierentuin. SS membangun 2 halte kecil yang masing-masing terletak di Gondangdia dan Menteng. Halte ini diresmikan pada tahun 1926 dan diberi nama Tjikini.[4]
Hingga sekitar akhir tahun 80-an, ke arah selatan stasiun ini, sebelum Stasiun Manggarai terdapat sebuah halte kereta api, yakni Halte Pegangsaan yang terletak tepat di sisi utara Jalan Diponegoro. Halte ini dibongkar sejak penghujung 1980-an, ketika dibangun rel KA layang antara Manggarai dengan Jakarta Kota. Dari halte ini, terdapat percabangan menuju Stasiun Salemba.
Stasiun Cikini yang aktif sekarang merupakan stasiun layang yang letaknya paling selatan di jalur segmen Manggarai-Jakarta Kota. Pada tanggal 5 Juni 1992, PresidenSoeharto beserta Ibu Tien dan jajaran di pemerintahan meresmikan jalur layang tersebut dengan naik KRL dari Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota.[5]
Sejak 1 Agustus 2019, stasiun ini, bersama Stasiun Sudirman, Palmerah, UI, dan Taman Kota, resmi menghapus penjualan kartu single trip (Tiket Harian Berjaminan/THB) untuk KRL Commuter Line. Hal ini karena mayoritas penumpang KRL Commuter Line sudah terbiasa menggunakan kartu multi trip maupun uang elektronik. Dengan cara ini, antrean panjang pembelian tiket KRL dapat dipangkas. Namun, pengguna jasa tetap dapat melakukan tap-in/tap-out dengan THB di stasiun ini.[6][7]
Bangunan dan tata letak
Bangunan Stasiun Cikini ini modern dengan sentuhan panel berwarna cokelat yang sampai hari ini masih dipertahankan dan tidak pernah diubah catnya, hanya tiang peronnya yang kini dicat ulang menjadi krem. Diketahui, proyek tersebut yang telah dimulai pada Februari 1988 menghabiskan dana sebesar Rp432,5 miliar rupiah dan pada saat diresmikan belum sepenuhnya selesai hingga akhirnya bisa beroperasi penuh setahun kemudian.[8][9]
Stasiun ini hanya memiliki dua jalur kereta api. Di sisi selatan stasiun ini ada percabangan menuju jalur atas Stasiun Manggarai, sebagai bagian dari proyek renovasi Stasiun Manggarai.
Pada tanggal 31 Agustus2009 pukul 08.00 WIB, seorang pria tersengat kabel listrik ketika naik di atap kereta KRL 513 dari Bogor. Akibat insiden tersebut, listrik antara Manggarai-Gambir harus dimatikan guna mengevakuasi korban. Kejadian ini menyebabkan beberapa perjalanan KRL terganggu.[10]
Pada budaya populer
Pada tahun 2015 grup musik Duo Anggrek pernah merilis sebuah lagu yang bertajuk Cikini ke Gondangdia, yang judulnya diambil dari stasiun ini, juga Stasiun Gondangdia.
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).