Jembatan Penyeberangan Orang Pinisi Karet Sudirman (atau disebut JPO Pinisi Karet Sudirman atau juga JPO Pinisi) adalah sebuah jembatan penyeberangan orang dan objek wisata yang terletak di tengah Jalan Jenderal Sudirman, DKI Jakarta, Indonesia. Jembatan ini adalah hasil dari revitalisasi JPO Karet Sudirman yang sudah ada sejak 1980-an dan menjadi akses menuju Halte Bus Transjakarta Karet Sudirman. Selain dirancang untuk pejalan kaki, jembatan ini juga memiliki jalur sepeda sehingga para pesepeda dapat menyeberang Jalan Jendral Sudirman yang padat dengan mudah dan aman berkat adanya Lift yang dirancang untuk menahan beban sepeda.[1]
Sejarah
Sebelum Revitalisasi
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Karet Sudirman adalah salah satu dari JPO yang ada di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan M. H. Thamrin yang dibuat sekitar tahun 1968 hingga 1972 semasa pemerintahan GubernurAli Sadikin. Dibuatnya JPO disepanjang kedua jalan tersebut untuk meningkatkan kesadaran pejalan kaki agar tidak menyeberang Jalan sembarangan karena dapat membahayakan pejalan kaki itu sendiri dan pengendara kendaraan bermotor, sehingga menjadi ikon populis untuk meningkatkan kedisiplinan lalu lintas kala itu.[2]
Pada awalnya, seluruh JPO yang berada di Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin menggunakan struktur baja, namun pada akhir 1990-an, tepatnya pada masa pemerintahan Gubernur DKI JakartaSutiyoso, seluruh struktur JPO di sepanjang koridor Sudirman-Thamrin yang menggunakan baja diganti dengan struktur beton.[butuh rujukan]
Ketika Koridor 1 Transjakarta (Blok M-Kota) pertama kali dioperasikan pada 15 Januari 2004, hampir seluruh JPO disepanjang koridor Sudirman-Thamrin digunakan sebagai akses masuk dan keluar setiap halte Transjakarta yang ada disepanjang koridor 1 yang melewati koridor Sudirman-Thamrin. Tidak semua JPO yang ada di sepanjang koridor Sudirman-Thamrin digunakan sebagai akses menuju halte Transjakarta, misalnya:
JPO di depan Intiland Tower dan Sampoerna Strategic Square (dibongkar pada tahun 2014 untuk pembangunan Stasiun MRT Bendungan Hilir)
JPO Karet Sudirman di depan Hotel Le Meridien Jakarta (sebelum relokasi Halte Karet)
JPO di dekat Hotel Sari Pacific dan di depan Gedung BPPT
Seiring dengan dimulainya pembangunan MRT Jakarta fase 1 (Lebak Bulus-Bundaran HI), beberapa halte bus Transjakarta harus dibongkar atau direlokasi, salah satunya adalah Halte Karet yang awalnya terletak persis dibawah overpass Karet Sudirman (persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dengan Jalan Profesor Dokter Satrio dan Jalan KH Mas Mansoer), dipindahkan ke depan Hotel Le Meridien Jakarta pada 4 Juni 2014, karena letak awalnya berada di dalam area proyek Stasiun MRT Bendungan Hilir.[3] Sejak itulah JPO Karet Sudirman digunakan sebagai akses keluar masuk menuju Halte Karet Sudirman.[butuh rujukan]
Proses dan Setelah Revitalisasi
Pada awal 2021, Bapak H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D. sebagai Gubernur DKI JAKARTA, dimana Dinas Binamarga Provinsi DKI Jakarta berencana untuk merevitalisasi JPO Karet Sudirman setelah JPO Bundaran Senayan, Gelora Bung Karno, dan Polda Metro Jaya pada tahun 2019. Menurut Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Setda DKI Jakarta Yusmada Faizal, mengatakan revitalisasi jembatan penyeberangan orang Karet Sudirman dilakukan untuk menguatkan struktur jembatan dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo.co pada Sabtu, 30 Januari 2021.[4]
Jembatan itu perlu dibenahi dengan penguatan struktur jembatan, karena struktur gelagar jembatan yang mengalami deformasi berlebihan. Jadi bila kita melintas di jembatan, akan terasa bergetar,
JPO Karet Sudirman direvitalisasi dengan dibangunnya struktur jembatan baru yang berbentuk melekung jika dilihat dari atas yang diperuntukan untuk Jalur Sepeda sehingga dapat digunakan untuk pesepeda untuk menyeberang Jalan Jendral Sudirman dengan aman dan mudah berkat adanya Lift yang dirancang untuk menahan beban sepeda. Dengan demikian JPO Karet Sudirman juga dapat disebut sebagai Jembatan Penyeberangan Orang dan Sepeda (JPOS) pertama di Jakarta.
Revitalisasi JPO Karet Sudirman dimulai pada tanggal 3 April 2021, sehingga akses keluar masuk menuju Halte Karet Sudirman digantikan oleh Zebra Cross/Pelican Crossing sementara.[5] Revitalisasi tersebut selesai pada akhir Desember 2021, dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada 10 Maret 2022. JPO Karet Sudirman didesain menyerupai Kapal Layar Pinisi yang berasal dari Sulawesi Selatan sehingga dapat disebut JPO Pinisi Karet Sudirman. JPO Pinisi Karet Sudirman ini juga dirancang untuk memfasilitasi pesepeda di Jalan Jenderal Sudirman karena banyak pesepeda yang tidak bisa menyeberang Jalan Jendral Sudirman, kecuali di ujung utara Bundaran HI dan ujung selatan Bundaran Senayan.
Tempat ini tak sekadar dibangun untuk menyeberangkan, tapi untuk mempertemukan dan menyatukan. Alhamdulillah, Jembatan Penyeberangan Orang dan Sepeda (JPOS) Phinisi di Karet Sudirman resmi mulai digunakan sejak kemarin sore,
Anies berharap, dengan adanya jembatan penyeberangan ini, para pengguna sepeda sebagai alat transportasi bisa punya akses untuk berpindah dari sisi barat ke timur atau sebaliknya. Keberadaan JPOS Pinisi juga diharapkan bisa menjadikan Jakarta sebagai kota yang tangguh, ulet, dan mencerminkan budaya warganya sebagai kota global yang diperhitungkan di kancah internasional.[1]
Semoga dengan keberadaan JPOS Phinisi ini akan menjadikan Kota Jakarta sebagai kota yang warganya tangguh, ulet dan sebagai kota global yang diperhitungkan di kancah internasional,
JPO Pinisi Karet Sudirman memiliki anjungan pemandangan yang memiliki desain yang menyerupai kapal Pinisi, sehingga dinamai demikian. Terdapat galeri apresiasi yang didedikasikan untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan tenaga medis dalam menangani pandemi Covid-19. Ada 37 nama tenaga kesehatan yang gugur diukir pada prasasti di bagian anjungan pemandangan.
Jika dilihat dari atas, JPO Pinisi Karet Sudirman memiliki bentuk seperti huruf "K", karena JPO ini dirancang juga sebagai Jembatan Penyeberangan Sepeda, sehingga dibangunlah struktur jembatan baru yang melekung yang dibuat sebagai jalur khusus pesepeda, sehingga dapat digunakan untuk pesepeda untuk menyeberang Jalan Jendral Sudirman dengan aman dan mudah berkat adanya Lift yang dirancang untuk menahan beban sepeda.
Selain itu, JPO ini sudah terintegrasi dengan Halte TransJakarta Karet, memiliki fasilitas lift untuk kelompok masyarakat disabilitas, lansia, ibu hamil dan sepeda. Fasilitas lainnya adalah sensor beban, kamera CCTV, Anjungan Pandang, serta lampu dekoratif dan artistik (RGB futuristik).[1]
Kritik
Meski mendapat banyak pujian, namun jembatan tersebut juga tak lepas dari kritikan. Banyak yang menyebutkan JPO Pinisi tidak ramah terhadap pejalan kaki karena tidak beratap. Kritikan itu langsung ditanggapi oleh Wakil Gubernur DKI JakartaAhmad Riza Patria.
Memang dibedakan, kan ada JPO yang ada penutup atapnya, ada yang outdoor. JPO ini selain difungsikan untuk penyeberangan orang dan jembatan, kemudian untuk sepeda. Memang didesain demikian, didesain terbuka agar lebih terbuka (udaranya),
JPO ini memang tak memiliki atap sehingga disebut tak ramah pejalan kaki karena tak bisa melindungi dari cuaca panas dan hujan yang turun. Seperti kejadian pada beberapa hari setelah diresmikan, warga yang berswafoto di sayap (Struktur jembatan baru yang dibuat untuk jalur sepeda) JPO Pinisi berlarian saat hujan turun dan berpindah ke tengah tangga anjungan untuk berteduh. Warga berlarian karena JPO Pinisi Sudirman ini tidak beratap
Sebelumnya, Anies Baswedan sudah menjawab alasannya mencopot atap JPO lewat video yang diunggah di akun Youtube miliknya.
JPO itu membuat orang ingin cepat-cepat turun, kenapa? Karena tidak memberikan pengalaman baru,
— kata Anies lewat unggahannya di YouTube pada 15 Januari 2022.[1]
Anies lantas meminta agar atap JPO dicopot dan menjadikan JPO ruang ketiga. Ruang ketiga yang dimakasud adalah ruang interaksi dan ruang mendapat pengalaman baru.
Copot aja atapnya lalu dijadikan sebagai tempat orang bisa dapat pengalaman baru, lalu ada yang tanya, ‘Pak kalau hujan gimana?’ Loh, dia menghubungkan tempat yang tanpa atap ke tanpa atap, ya enggak perlu atap juga,
Anies menyebut JPO menghubungkan dua tempat outdoor, sehingga tidak perlu ada atap. Berbeda kasus apabila JPO menghubungkan dua gedung.[1]
Kalau dia menghubungkan gedung ke gedung maka perlu atap, kalau outdoor ke outdoor tidak perlu atap. Ini prinsip sederhana,
Stasiun Bendungan Hilir, terletak di depan Intiland Tower dan Sampoerna Strategic Square, hanya terpaut beberapa meter saja dari lokasi Halte Karet yang lama.