Jembatan Repo-Repo |
---|
|
Moda transportasi | Pejalan kaki |
---|
Melintasi | Sungai Mahakam |
---|
Lokal | Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur |
---|
Nama lain | Jembatan Pulau Kumala |
---|
|
Bahan baku | Baja |
---|
Panjang total | 230 m |
---|
Lebar | 3,5 m |
---|
Jarak dari permukaan air | 8 m |
---|
|
Mulai dibangun | 11 September 2014 |
---|
Selesai dibangun | Februari 2016 |
---|
Dibuka | 22 Maret 2016 |
---|
|
|
Jembatan Repo-Repo adalah jembatan khusus pejalan kaki yang membentang di atas Sungai Mahakam dan menghubungkan daratan kota Tenggarong dengan Pulau Kumala, Provinsi Kalimantan Timur. Jembatan ini resmi dibuka oleh Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari pada tanggal 22 Maret 2016.[1] Peresmian Jembatan Repo-Repo ditandai upacara tempong tawar oleh Sultan Kutai Aji Muhammad Salehuddin II serta pengguntingan pita oleh Bupati Kukar.[2]
Dalam bahasa Kutai, "Repo-Repo" berarti gembok.[2] Di jembatan ini, orang boleh memasang repo-repo atau gembok bertuliskan nama di pagar jembatan sebagai kenang-kenangan ataupun simbol cinta.[3]
Pembangunan
Secara teknis, jembatan ini memiliki panjang 230 meter dan lebar 3,5 meter. Jalan pendekat pada kedua sisi sepanjang 13 meter. Pondasi jembatan menggunakan pipa baja ukuran 60 cm. Fender sebagai pilar pada bentang utama menggunakan pipa baja 40 cm. Gelegar jembatan menggunakan baja profil 1 dan tiang sandaran jembatan dari baja.[4]
Jembatan Repo-Repo dibangun untuk memudahkan akses warga dari daratan Tenggarong menuju Pulau Kumala sehingga mereka tidak usah menggunakan perahu ces, tapi cukup berjalan kaki menyeberangi jembatan. Pengerjaan jembatan dimulai tanggal 11 September 2014 dan ditargetkan selesai 15 Desember 2014 dengan nilai kontrak Rp 29,8 miliar.[5]
Namun, menjelang batas waktu tenggat pekerjaan, jembatan belum rampung sehingga tidak selesai sesuai target. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara memutuskan untuk melanjutkan pengerjaan jembatan pada tahun 2015 dan mengenakan sanksi denda kepada PT Hutama Karya selaku kontraktor pelaksana proyek. Pihak Hutama Karya beralasan bahwa lepasnya target penyelesaian jembatan adalah karena terkendala oleh keterlambatan pengiriman material. Faktor lainnya yakni tiang pancang untuk pondasi masih kurang panjang, Sebab sisi Pulau Kumala ternyata lebih dalam dari yang diperkirakan. Alhasil pemancangan harus menggunakan tiang pancang yang lebih panjang untuk mencapai titik tanah yang keras. Para pekerja pun harus menyiasati dan terpaksa menyambung pipa dengan cara pengelasan.[6]
Referensi
|
---|
Jembatan pejalan kaki | |
---|
Jembatan jalan raya | |
---|
Jembatan jalan tol | |
---|
Jembatan laut | |
---|
Jembatan kereta | |
---|