Gentala Arasy adalah sebuah menara jam yang terletak di Kelurahan Arab Melayu, Pelayangan, Kota Jambi. Menara jam ini mempunyai tinggi 80 meter, dan di dalamnya terdapat museum kebudayaan Jambi. Museum tersebut berisi lebih dari 100 koleksi fakta peninggalan sejarah Jambi di masa lalu. Selain itu, ada juga fasilitas bioskop mini yang berisi bermacam tayangan budaya di bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Secara umum, dilihat dari arsitektur bangunan menara Gentala Arasy kuat dengan karakter Melayu dan Islam (Arab).
Terhubung dengan menara adalah sebuah jembatan untuk pejalan kaki atau lebih dikenal dengan nama Jembatan Gentala Arasy yang melintang di atas Sungai Batanghari. Jembatan itu menghubungkan Tepian Tanggo Rajo ke Jambi Kota Seberang. Jembatan Gentala Arasy adalah jembatan pedestrian pertama yang memiliki kontur meliuk seperti huruf S sehingga berbeda dengan jembatan pada umumnya. Jembatan Gentala Arasy dibangun dengan anggaran senilai Rp 88,7 miliar dalam tiga tahun anggaran 2012-2014. Bangunan ini merupakan proyek dari masa pemerintahan Hasan Basri Agus, dan diresmikan oleh Wakil Presiden Indonesia pada waktu itu yang Jusuf Kalla pada tanggal 28 Maret 2015.[1] Jembatan penghubung ini memiliki panjang 503 meter dan lebar 4,5 meter.[2][3]
Deskripsi
Nama Gentala Arasy diperoleh dari tiga kata yaitu genta yang berarti suara, tala yang berarti keselarasan, dan arasy yang berarti menggema ke langit. Maka makna dari Gentala Arasy adalah bunyi yang selaras dan menggema ke langit. Bunyi ini berasal dari lonceng menara Gentala Arasy yang mengeluarkan bunyi sebagai pertanda waktu salat fardu bagi umat muslim di Kota Jambi.
Selain itu, Gentala Arasy juga merupakan akronim dari Genah Tanah Lahir Abdurrahman Sayoeti. Genah sendiri dalam bahasa Melayu Jambi adalah tempat. Abdurrahman Sayoeti adalah salah satu gubernur Jambi yang lahir di Jambi Kota Seberang. Beliau menjabat pada tahun 1989-1999.[4]
Galeri
Pengibaran Bendera Merah Putih Di Jembatan Gentala Arasy
Salah Satu Tiang Jembatan Gentala Arasy Di Malam Hari