Dari kiri ke kanan, Danau Kenali, Danau Sipin, Danau Mudung dan sungai Batanghari
Batang Hari (atau Sungai Hari) yang lebih dikenal juga dengan Sungai Batanghari adalah sungai terpanjang di pulau Sumatra yang terletak di provinsi Jambi dan Sumatera Barat, Indonesia.[2]
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia, mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 44.710 km2 (17.260 sq mi). Sekitar 76 % DAS Batang Hari berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada provinsi Sumatera Barat.
Adanya aktivitas pertambangan dan kegiatan pengusahaan (eksploitasi) hutan yang dilakukan secara mekanis sepanjang aliran sungai, telah berdampak terhadap berubahnya alur sungai, erosi di tepian sungai, pendangkalan atau sedimentasi yang tinggi di sepanjang aliran DAS Batang Hari terutama sebelah hilir. Perubahan alur dan arah arus Batang Hari ini mengakibatkan air sungai dengan cepat naik pada saat musim hujan datang, sebaliknya cepat surut saat musim kemarau. Hal ini juga diperburuk dengan meningkatnya populasi penduduk terutama pada daerah transmigrasi sedikit banyaknya akan membebani wilah DAS Batang Hari itu sendiri.
Batang Hari, merupakan aliran sungai yang mulai dari hulu sampai ke muaranya banyak menyimpan catatan sejarah, terutama yang berkaitan dengan peradaban Melayu.[4]
Catatan sejarah juga mencatat bahwa pada Batang Hari inilah, pernah muncul suatu Kerajaan Melayu yang cukup disegani, yang kekuasaannya meliputi pulau Sumatra sampai ke Semenanjung Malaya. Dan juga dahulunya sejak abad ke-7 sehiliran Batang Hari ini sudah menjadi titik perdagangan penting bagi beberapa kerajaan yang pernah muncul di pulau Sumatra seperti Sriwijaya dan Dharmasraya.[5]
Geografi
Sungai ini mengalir di wilayah tengah pulau Sumatra yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[6] Suhu rata-rata setahun sekitar 23 °C. Bulan terpanas adalah April, dengan suhu rata-rata 24 °C, and terdingin Januari, sekitar 22 °C.[7] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2383 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 344 mm, dan yang terendah Agustus, rata-rata 90 mm.[8]
^Munoz, Paul Michel, (2006), Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula, Editions Didier Millet, ISBN 979-981-4155-67-9.
^Djafar, Hasan, (1992), Prasasti-Prasasti Masa Kerajaan Melayu Kuno dan Permasalahannya, Dibawakan dalam Seminar Sejarah Melayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992, Jambi: Pemerintah Daerah Tk I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi.