Jawa Pos
Jawa Pos adalah surat kabar harian yang berpusat di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Jawa Pos merupakan salah satu perusahaan media tertua di Jawa Timur yang masih beroperasi, dan merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di Indonesia dengan sirkulasi rata-rata mencapai 842.000 per hari menurut Nielsen Consumer & Media View (CMV).[3] Surat Kabar Jawa Pos juga terbit dalam bentuk daring yang dikelola oleh PT Jawa Pos Grup Multimedia.[butuh rujukan] Selain itu, ada e-paper Jawa Pos yang berisi konten surat kabar harian Jawa Pos dalam bentuk teks, gambar, dan format koran.[butuh rujukan] Jawa Pos telah resmi membawahi stasiun televisi swasta regional JTV di Surabaya pada tahun 2001 sampai saat ini.[butuh rujukan] SejarahIde awal penerbitan harian ini datang dari Suseno Tedjo (The Chung Shen). Seluruh kegiatan operasional Java Post dilakukan di kawasan Kembang Jepun 166 Surabaya, yang sebelumnya merupakan gedung Bank Taiwan. Peresmian gedung Java Post dilakukan 26 Juni 1949. Kemunculan Java Post menjadi penting dalam perkembangan pers di Indonesia kala itu lantaran semakin memperkaya jumlah surat kabar di Indonesia yang terbit dalam suasana perang kemerdekaan. Era Suseno TedjoThe Chung Shen (Suseno Tedjo) adalah seorang pengusaha kelahiran Bangka. Dia awalnya bekerja sebagai akuntan di perusahaan New China di Suikerstraat 2 Surabaya (sekarang Jalan Gula). Pengalaman itu turut berperan membentuk kemampuan manajerial The Chung Shen yang teliti, cekatan, dan rapi. Namun, ketertarikan The Chung Shen terhadap dunia surat kabar bermula ketika bekerja di salah satu kantor film di Surabaya. Tugasnya kala itu adalah menghubungi berbagai surat kabar guna memastikan iklan film yang dipasang kliennya dimuat tepat waktu. Perlahan tapi pasti, The Chung Shen mulai jatuh cinta pada dunia persuratkabaran dan merasa tertantang untuk memulai korannya. The Chung Shen sadar pekerjaannya itu tidak akan mudah. Pada awal revolusi Indonesia, Surabaya sudah memiliki beberapa koran berbahasa Indonesia yang mumpuni dengan oplah cukup besar seperti Pewarta Soerabaia dan Trompet Masjarakat. Namun, The Chung Shen jeli melihat peluang yang ada. Dia melihat, sekalipun Surabaya memiliki populasi Tionghoa yang tergolong banyak, hanya ada satu koran Mandarin yang terbit di sana kala itu, yakni Tsing Kwang Daily Press (terbit 11 Januari 1946). Memanfaatkan keterbatasan tersebut, The Chung Shen lantas mendirikan koran pertamanya yang diberi nama Chinese Daily News (Hua Chiao Hsin Wen). The Chung Shen bertindak selaku direktur, sementara Chan Ping Hung menjabat pimpinan redaksi. Tidak butuh waktu lama bagi harian ini menuai kesuksesan. Pada 1948, Chinese Daily News sudah menjadi surat kabar berbahasa Tionghoa terbesar di Surabaya yang dibaca seluruh penutur bahasa tersebut di Jawa Timur. Berdirinya Jawa PosTiga tahun berselang, The Chung Shen mengajak Goh Tjing Hok, mantan wartawan Sin Min (Semarang), dan Tan Boen Aan, seorang insinyur lulusan Technische Hoogeschool (sekarang ITB Bandung), untuk mendirikan Java Post. Goh menempati posisi pemimpin redaksi. Tan menjadi salah seorang wartawan andalan koran tersebut. Peresmian Java Post dilakukan pada 26 Juni 1946. Gedung Java Post di Kembang Jepun pun disulap menjadi lokasi resepsi yang mampu menampung ratusan tamu undangan. Tercatat, sejumlah tamu kehormatan turut hadir dalam acara tersebut seperti A.M. van Liere (residen Surabaya), R.T. Djoewito (pimpinan sementara Parlemen Jawa Timur), Indra Kasoema (wali kota Surabaya), hingga berbagai wartawan dari seantero Jawa Timur. De Vrije Pers, salah satu koran Belanda terkemuka di Jawa Timur, menyebut Java Post sebagai aset berharga Jawa Timur. ”Bila Java Post mampu mempertahankan kualitasnya seperti Chinese Daily News, koran ini akan mampu bersaing dan bertahan lama di Surabaya,” tulis De Vrije Pers. Prediksi tersebut terbukti tepat. Java Post terbukti mampu berumur panjang. Malahan, pada 19 Februari 1954, Naamloze Vennotschap (N.V., perseroan terbatas), perusahaan penerbitan Java Post, resmi mengakuisisi seluruh aset De Vrije Pers setelah perusahaan penerbit ini mengalami kesulitan finansial. Di gedung De Vrije Pers di Kaliasin 52, dilakukan serah terima resmi dari J.A. Wormser selaku pemilik De Vrije Pers ke The Chung Shen. Era Eric SamolaPada tahun 1982, Eric Samola, yang pada waktu itu adalah Direktur Utama PT. Grafiti Pers (Tempo Inti Media) yaitu penerbit majalah Tempo Indonesia, mengambil alih Jawa Pos dan membentuk manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah kepala biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Dengan manajemen baru ini, menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, di mana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Kemudian pada tahun 1997, Jawa Pos yang sebelumnya berada di Jl. Karah Agung 45, berpindah kantor ke Gedung Graha Pena, gedung berlantai 21 yang berada di Jl. Ahmad Yani 88 Surabaya.[4] Era Dahlan IskanPada tahun 2001, Jawa Pos pimpinan Dahlan Iskan, telah resmi mendirikan stasiun televisi swasta regional JTV di Surabaya. Gedung tersebut juga dijadikan kantor pusat JTV di Surabaya yang berdiri pada tanggal 8 November tahun yang sama. Pada tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran yang kedua dengan kapasitas dua kali lebih besar dari pabrik yang pertama. Kini pabrik itu, PT Adiprima Sura Perinta, mampu memproduksi kertas koran 450 ton/hari. Lokasi pabrik ini di Kabupaten Gresik, hanya 45 menit bermobil dari Surabaya. Di tahun 2002 ini pula dibangun Graha Pena di Jakarta. Dan, hingga saat ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia. Memasuki tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru: Independent Power Plant. Proyek pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat. Pada tahun 2008, Jawa Pos Group menambah stasiun televisi baru: Mahkamah Konstitusi Televisi (MKtv) yang berkantor di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta. Pada tahun 2009, Jawa Pos Group menambah data center baru: Fangbian Iskan Corporindo (FIC) yang berkantor di Gedung Graha Pena Surabaya. Kini, Jawa Pos hadir dengan stasiun televisi Jawa Pos TV dan acara utamanya Nusantara Kini yang di sebagian akhir acaranya mengundang Redaktur Harian Jawa Pos untuk memberikan informasi yang akan ditampilkan di Koran Jawa Pos. Wilayah EdarSirkulasi Jawa Pos menyebar hingga ke seluruh provinsi Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Jawa Pos terbit dalam beberapa edisi. Jawa Pos edisi SurabayaJawa Pos edisi Surabaya beredar di daerah Kota Surabaya dan sekitarnya (Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik), terbit dengan tiga seksi utama:
Jawa Pos edisi luar SurabayaKawasan Jawa Timur dan BaliHal yang membedakan Jawa Pos edisi Surabaya dan luar Surabaya adalah seksi "Metropolis" diganti dengan seksi yang lebih regional, dengan sebutan "Radar". Seksi "Radar" berisi konten berita lokal yang lebih banyak. Rubrik-rubrik Metropolis (seperti di Jawa Pos edisi Surabaya) sebagian masih dipertahankan. Seksi Jawa Pos utama dan Seksi Olahraga sama persis dengan edisi Surabaya. Saat ini Jawa Pos memiliki 15 "Radar", yang masing-masing memiliki redaksi sendiri di kotanya yakni:
Redaksi "Radar"-"Radar" ini berada di sejumlah kota. Isi berita "Radar" bersifat lokal, dan memuat iklan yang juga bersifat lokal, serta seksi Olahraga lokal. Kawasan Jawa Tengah dan DIYJawa Pos edisi Jawa Tengah/DIY sedikit berbeda dengan edisi Jawa Timur. Meski berita utama (headline) dan sebagian besar isi beritanya adalah sama, Jawa Pos edisi Jawa Tengah/DIY berisi rubrik tambahan yang bersifat lokal (seperti rubrik Ekonomi Bisnis, Jawa Tengah), serta tidak termasuk iklan baris (yang mana hanya beredar di Jawa Timur). Jawa Pos di Jawa Tengah dan DIY juga terdiri atas sejumlah "Radar", yakni:
Dari sisi manajemen, Radar-Radar yang ada ini dikelola secara otonom. Rekrutmen karyawan dan wartawan dilakukan sendiri oleh masing-masing manajemen Radar. Penghargaan
Program Jawa Pos
Media Jawa Pos
Pembangunan Gedung Jawa Pos
Pemimpin Redaksi
Kerja sama
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|