Bahasa Minangkabau dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Sadonyo manusia dilahiakan mardeka dan punyo martabat sarato hak-hak nan samo. Mareka dikaruniai aka jo hati nurani, supayo satu samo lain bagaul sarupo urang badunsanak.
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Wilayah di mana bahasa Minangkabau dituturkan secara dominan (pulau Sumatra bagian Barat; mencakup wilayah Sumatera Barat, sebagian Sumatera Utara, serta sebagian wilayah Bengkulu dan Aceh). Penuturan Bahasa Minangkabau juga mencakup beberapa wilayah di Malaysia, khususnya Negeri Sembilan
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Bahasa Minang memiliki banyak dialek, bahkan antarkampung yang dipisahkan oleh sungai sekali pun dapat mempunyai dialek yang berbeda. Menurut Nadra, di wilayah Sumatera Barat bahasa Minang dapat dibagi dalam 8 dialek, yaitu:[8]
Dialek Kampar juga disebut sebagai bahaso Ocu, dipakai di Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Kota Pekanbaru, Pelalawan, Kuantan Singingi (Kuansing), dan Indragiri Hulu
Dialek-dialek bahasa Minangkabau yang berada di Provinsi Riau dalam perkembangannya mendapat pengaruh dari bahasa Melayu di sekitarnya. Oleh sebagian masyarakat pengguna dialek tersebut mengganggapnya sebagai bahasa tersendiri.[14][15][16] Bahasa Minangkabau Umum ini juga disebut sebagai dialek Padang yang biasa disebut Bahaso Padang atau Bahaso Urang Awak.[17]
Karya sastra
Karya sastra tradisional berbahasa Minang memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional berbahasa Melayu pada umumnya, yaitu berbentuk prosa, cerita rakyat, dan hikayat. Penyampaiannya biasa dilakukan dalam bentuk cerita (kaba) atau dinyanyikan (dendang). Adapula karya sastra yang digunakan untuk prosesi adat Minang, seperti pepatah-petitih dan persembahan (pasambahan). Pepatah-petitih dan persembahan banyak menggunakan kata-kata kiasan. Agar tidak kehilangan makna, karya sastra jenis ini tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Oleh karenanya sangat sedikit sekali orang yang menguasai karya sastra ini, yang hanya terbatas pada ninik mamak dan pemuka adat.[18]
Fonologi
Berikut merupakan kotak fonem suara dari bahasa Minangkabau.[19]
Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Marah Roesli dalam Peladjaran Bahasa Minangkabau menyebutkan pada umumnya perbedaan antara Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal, selain perbedaan beberapa kata. Namun itu lebih merujuk pada Bahasa Minang pada suatu dialek di wilayah pasisia yang Bahasa Minang-nya tidak semurni yang ada di wilayah darek yang terfokus pada Luhak Nan Tigo yang kosa katanya begitu kompleks, dan itu juga digunakan secara umum sebagai komunikasi yang lebih mudah dipahami pada masyarakat Minangkabau yang dalam bahasanya terdiri dari berbagai dialek yang terkadang juga agak sulit untuk dipahami antara satu dengan yang lainnya. Dan faktanya Bahasa Indonesia juga banyak menyerap kosa kata dari Bahasa Minang, sehingga anggapan bahwa perbedaannya tidak jauh berbeda tentu tidak tepat.
Perbedaan antara Bahasa Minang dengan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia benar-benar cukup dirasakan perbedaannya bagi masyarakat Minang di wilayah darek, karena wilayah darek sebagai wilayah yang kecil peluangnya mendapatkan pengaruh dari budaya luar yang pada dasarnya akan terjadi suatu akulturasi atau bahkan asimilasi, dan hal itu disebabkan karena wilayah darek merupakan kawasan agraris, sedangkan wilayah pasisia merupakan kawasan maritim yang biasanya terdapat suatu persinggahan dari bangsa luar baik itu pedagang ataupun lainnya, terlebih pada masa dahulunya Bahasa Melayu adalah bahasa lingua franca sehingga bisa saja terdapat pengaruh pergeseran ataupun percampuran terhadap kosa kata Bahasa Minang itu sendiri.
Bahasa Melayu dan Indonesia
Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah yang banyak memberikan sumbangan terhadap kosakata Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyaknya sarjana Minang yang berkontribusi dalam pembentukan Bahasa Melayu baku yang kelak menjadi Bahasa Indonesia.[20] Selain itu, peran para sastrawan Minang yang banyak menulis karya-karya sastra terkemuka pada masa awal kemerdekaan, juga menjadi faktor besarnya interferensi Bahasa Minangkabau terhadap Bahasa Indonesia. Mereka banyak memasukkan kosakata Minang ke dalam Bahasa Indonesia baku, terutama kosakata yang tidak memiliki padanannya di dalam Bahasa Indonesia.[21][22]
Pada tahun 1966, dari semua kosakata non-Melayu dalam Kamus Bahasa Indonesia, Bahasa Minangkabau mencakup 38% dari keseluruhannya. Angka ini merupakan yang tertinggi dibanding bahasa daerah lain, seperti Bahasa Jawa (27,5%) dan Bahasa Sunda (2,5%). Meskipun dalam perkembangannya, jumlah kosakata Minangkabau cenderung menurun dibandingkan interferensi kedua bahasa daerah tersebut.[23]
Abdul Gaffar Ruskhan dalam makalah yang disampaikannya di Sarasehan Bahasa Minangkabau menyampaikan pola perubahan kata dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Minangkabau sebagai berikut:
Bunyi akhir BI -ul > -ua: bandul > bandua
Bunyi akhir BI -ut > -uik: rumput > rumpuik
Bunyi akhir BI -us > -uih: putus > putuih
Bunyi akhir BI -is > -ih: baris > barih
Bunyi akhir BI -it > -ik: sakit > sakik
Bunyi akhir BI -as > -eh: batas > bateh
Bunyi akhir BI -ap > -ok: atap > atok
Bunyi akhir BI -at > -ek: rapat > rapek
Bunyi akhir BI -at (dari Arab) > -aik: adat > adaik
Bunyi akhir BI -al/-ar > -a: jual > jua, kabar > kaba
Selain perbedaan akhiran, imbuhan awalan seperti me-, ber-, ter-, ke-, pe- dan se- dalam bahasa Minang (umum) menjadi ma-, ba-, ta-, ka-, pa-, dan sa-. Contohnya meminum, berlari, terlambat, kesalahan, penakut, dan setiap dalam bahasa Minang menjadi maminum, balari, talambek, kasalahan, panakuik, dan satiok.
Sementara itu, imbuhan akhiran seperti -kan dan -nya dalam bahasa Minang (umum) menjadi -an dan -nyo. Contohnya memusnahkan dan selamanya dalam bahasa Minang menjadi mamusnahan dan salamonyo.[25]
Perbedaan lainnya adalah setiap suku kata pertama yang mengandung huruf "e pepet" dalam bahasa Minang (umum) menjadi huruf "a" (terkadang "i" atau "u"). Contohnya selama, percaya dan semangat dalam bahasa Minang menjadi salamo, picayo dan sumangaik.
Kosa kata
Persamaan Bahasa Minangkabau dengan berbagai bahasa lain dari rumpun Melayu dapat dilihat misalnya dalam perbandingan kosakata berikut:
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Semua manusia dilahirkan bebas dan samarata dari segi kemuliaan dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan.
Sadoalah urang dilahiaan mardeka jo punyo martabaik sarato hak-hak nan samo. Inyo dikaruniai aka jo hati nurani, supayo nan ciek jo nan lain bagaua dalam samangaik badunsanak.
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Minangkabau". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^Darrell T. Tryon, Comparative Austronesian Dictionary: An Introduction to Austronesian Studies, Walter de Gruyter & Co, Berlin, 1994
^"Minangkabauic". The Southeast Asian Linguistics Society Special Publication (dalam bahasa Inggris). Honolulu, Hawai'i: University of Hawai'i Press. 2019. [Rumpun bahasa Minangkabauik]Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan); Parameter |first2= tanpa |last2= di Authors list (bantuan); Parameter |first3= tanpa |last3= di Authors list (bantuan); Parameter |first4= tanpa |last4= di Authors list (bantuan)
^Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [1]Diarsipkan 2018-08-12 di Wayback Machine.
^Saidat Dahlan, Saidat Dahlan and Anwar Syair, Anwar Syair and Abdullah Manan, Abdullah Manan and Amrin Sabrin, Amrin Sabrin (1985) Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi (1985). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.[2]
^Agus Sri Danardana, Agus Sri Danardana (2010) persebaran dan kekerabatan bahasa-bahasa di prov riau dan kep riau 149h. Balai Bahasa Provinsi Riau. ISBN 978-979-1104-46-3[3]
^Edwar Jamaris, Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, Yayasan Obor Indonesia, 2001
^Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The Reconstruction of its Phonology and Parts of its Lexicon and Morphology. Pacific Linguistics, Series C, no. 119. Canberra: Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University.
^S. Budisantoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, 1986
^Martin Haspelmath, Uri Tadmor; Loanwords in the World's Languages: A Comparative Handbook; De Gruyter Mouton, 2009
^Alif Danya Munsyi, 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing, KPG, 2003
^Adeng Chaedar Alwasilah, Politik Bahasa dan Pendidikan, 1997
^Ruskhan, Abdul Gaffar (2015). Penentuan Dialek Baku Bahasa Minangkabau Dalam Penulisan Daring. Bogor: Badan Bahasa.
Eberhard, David M.; Simons, Gary F.; Fennig, Charles D. (2021). "Ethnologue: Languages of the World" (dalam bahasa Inggris). Dallas: SIL International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-09-18.