Peta yang menunjukkan persebaran bahasa-bahasa di Kalimantan. Penuturan bahasa Bukit ditunjukkan oleh angka 14. Silakan geser peta ini untuk melihat angka-angka yang ada.
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Halaman bahasa acak
Bahasa Bukit (Dayak Bukit) atau bahasa Banjar Arkhais adalah dialek bahasa Dayak yang dituturkan suku Dayak Bukit di sepanjang pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Bahasa Bukit merupakan bentuk arkhais dari bahasa Banjar sebelum bahasa Banjar terpengaruh bahasa Jawa.[3] Misalnya bahasa bukit mempertahankan kosakata aing (artinya air) seperti bahasa serumpunnya bahasa Brunei, sedangkan dalam bahasa Banjar kosakata tersebut telah punah digantikan dengan kata pinjaman banyu yang berasal dari bahasa Jawa.
Perbandingan Bahasa Banjar dan Bahasa Bukit
Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang dipakai oleh orang Bukit yaitu penduduk pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek Banjar Hulu pula.[4]
Bahasa Banjar
Bahasa Bukit
Bahasa Indonesia
tawing
dinding
dinding
banih
padi
padi
anum
muda
muda
lawang
pintu
pintu
janar
kunyit
kunyit
hayam
hayam/hamanuk
ayam
aruh
aruh
kenduri
ganal
ganal
besar
bukah
bukah
lari
hual
hual
tengkar
Bahasa Labuhan
Bahasa Labuhan adalah bahasa Bukit yang dituturkan oleh Dayak Labuhan (Dayak Meratus yang beragama Hindu, Kristen Protestan dan Kristen Pantekosta [5]) yang mendiami desa Labuhan dan sekitarnya.[6][7]
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Bukit". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^"Bahasa Bukit". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
^(Indonesia) Ismail, Abdurachman (1979). Bahasa Bukit. 28. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 12.