Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman iniKlasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Bahasa Bugis dikategorikan sebagai C3 Wider Communication menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini digunakan di wilayah yang cukup luas maupun dipertuturkan cukup luas, misalnya beberapa kota
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Alih aksara:
Sininna rupa tau ri jajiangngi rilinoe nappunnai manengngi riasengnge alebbireng . Nappunai riasengnge akkaleng, nappunai riasengnge ati marennni na sibole bolena pada sipakatau pada massalasureng.
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Dalam bahasa Bugis, bahasa ini disebut sebagai Basa Ugi dan suku Bugis sendiri disebut sebagai To Ugi. Menurut beberapa mitos suku Bugis, istilah Ugi diambil dari nama La Sattumpugi, yakni raja pertama Cina yang sendirinya merupakan kerajaan kuno di tanah Bugis. Kata To Ugi sendiri dapat diartikan sebagai "pengikut daripada La Sattumpugi".[5]
Hanya sedikit hal yang diketahui tentang sejarah awal bahasa ini karena kurangnya catatan tertulis. Catatan tertulis paling awal dari bahasa ini adalah Sureq Galigo, yakni sebuah wiracarita mengenai penciptaan orang Bugis. Sumber tertulis lain dari bahasa Bugis adalah Lontara, sebuah istilah yang mengacu pada naskah tradisional dan juga catatan sejarah. Catatan sejarah Lontara paling awal berasal dari sekitar abad ke-17. Catatan Lontara telah digambarkan oleh sejarawan Indonesia sebagai "faktual" bila dibandingkan dengan naskah serupa dari daerah lain di Asia Tenggara Maritim, seperti babad di Jawa. Catatan-catatan ini biasanya ditulis dengan nada yang sebenarnya dengan sedikit elemen mitos, dan penulis biasanya akan memberikan penafian sebelum menyatakan sesuatu yang tidak dapat mereka verifikasi.[6][7][8]
Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada abad ke-19, seorang misionaris, B. F. Matthews, menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bugis, yang membuatnya menjadi orang Eropa pertama yang memperoleh pengetahuan bahasa tersebut. Ia juga salah satu orang Eropa pertama yang menguasai bahasa Makassar. Kamus dan buku tata bahasa yang disusun olehnya, serta teks sastra dan cerita rakyat yang diterbitkannya, tetap menjadi sumber informasi dasar tentang kedua bahasa tersebut. Setelah penjajahan oleh Belanda, sejumlah suku Bugis melarikan diri dari daerah asalnya di Sulawesi Selatan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Hal ini menyebabkan adanya kelompok kecil penutur bahasa Bugis di seluruh Asia Tenggara Maritim.[9][10]
Klasifikasi
Bahasa Bugis termasuk dalam kelompok Sulawesi Selatan yang sendirinya merupakan rumpun turunan dari rumpun bahasa Austronesia. Dalam kelompok bahasa-bahasa Sulawesi Selatan, bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Campalagian.
^/ʔ/ hanya terjadi pada posisi akhiran, sehingga tidak dituliskan dalam aksara Lontara.
Disaat bahasa Bugis ditulis dalam alfabet Latin, bahasa Bugis ditulis menggunakan konvensi ejaan bahasa Indonesia umum, yakni sebagai berikut: [ɲ] ditulis sebagai ⟨ny⟩, [ŋ] by ⟨ng⟩, [ɟ] sebagai ⟨j⟩, [j] sebagai ⟨y⟩. Konsonan hentian glotis[ʔ] biasanya ditulis dengan tanda petik (contoh: ana'[anaʔ] "anak"), akan tetapi biasanya juga ditulis sebagai ⟨q⟩. /e/ dan /ə/ biasanya ditulis sebagai ⟨e⟩, ataupun biasanya /e/ ditulis sebagai ⟨é⟩ untuk mencegah ketaksaan.
Tata bahasa
Pronomina
Bahasa Bugis memiliki empat jenis pronomina personalia yang terdiri atas satu pronomina bebas dan tiga pronomina terikat:[11]
bebas
awalan
akhiran
orang pertama tunggal
iaq
-aq/-kaq/-waq
(k)u-
-(k)kuq
orang kedua familiar
iko
-o/-ko
mu-
-(m)mu
orang ketiga
ia
-i/-wi
na-
-(n)na
orang pertama jamak/ orang kedua bentuk sopan
idiq
-iq/-kiq
ta-
-(t)taq
orang pertama excl. (arkais)
ikəŋ
-kkəŋ
ki-
-mməŋ
Pronomina enklitik digunakan pada subjek dengan verba intransitiva dan verba transitiva. Pronomina akhiran hanya utamanya pada fungsi posesiva.
Harap diperhatikan bahwa ⟨q⟩ melambangkan hentian glotis yang tidak dituliskan dalam aksara Lontara.
Contoh:
ᨆᨙᨒᨚᨀ
méloq-kaq
mau-Aku
ᨌᨛᨆᨙ
cemmé
mandi
{ᨆᨙᨒᨚᨀ} ᨌᨛᨆᨙ
méloq-kaq cemmé
mau-Aku mandi
Aku ingin mandi
Dialek
Bahasa Bugis terdiri dari beberapa dialek. Seperti dialek Pinrang yang mirip dengan dialek Sidrap, dialek Bone (yang berbeda antara Bone utara dan selatan), dialek Soppeng, dialek Wajo (juga berbeda antara Wajo bagian utara dan selatan, serta timur dan barat), dialek Barru, dialek Sinjai dan sebagainya.
Ada beberapa kosakata yang berbeda selain dialek. Misalnya, dialek Pinrang dan Sidrap menyebut kata "loka" untuk pisang. Sementara dialek Bugis yang lain menyebut "otti" atau "utti", adapun dialek yang agak berbeda yakni kabupaten Sinjai setiap bahasa Bugis yang menggunakan Huruf "W" diganti dengan Huruf "H". Contoh; diawa di ganti menjadi diaha. Huruf "C" dalam dialek bahas Bugis lain, dalam dialek Sinjai berubah menjadi "SY". Contoh, "cappa" (ujung) menjadi "syappa".
Karya sastra terbesar dunia yaitu I Lagaligo menggunakan bahasa Bugis tinggi yang disebut bahasa Torilangi. Bahasa Bugis umum menyebut kata Menre' atau Manai untuk kata yang berarti "ke atas/naik". Sedang bahasa Torilangi menggunakan kata "Manerru". Untuk kalangan istana, ahasa Bugis juga mempunyai aturan khusus. Jika orang biasa yang meninggal digunakan kata "Lele ri Pammasena" atau "mate". Sedangkan jika Raja atau kerabatnya yang meninggal digunakan kata "Mallinrung".
Referensi
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Bugis". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^"Bahasa Bugis". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
^T. Ambo, T. Joeharnani. "The Bugis-Makassarese: From Agrarian Farmers to Adventurous Seafarers". Aboriginal, Australia, Marege', Bugis-Makassar, Transformation. Universitas Hassanuddin: 2.