Bahasa Muna dikategorikan sebagai C6b Threatened menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mulai terancam dan mengalami penurunan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Halaman bahasa acak
Bahasa Muna adalah sebuah bahasa Austronesia yang utamanya dituturkan di Pulau Muna dan sebagian barat laut Pulau Buton di Sulawesi Tenggara. Dokumentasi tentang bahasa Muna lumayan baik; karya akademis mengenai bahasa Muna dalam bahasa Inggris mencakup sebuah buku tata bahasa rujukan dan sebuah kamus karya ahli bahasa René van den Berg (1989, 1996).[5][6]
Bahasa ini merupakan salah satu bahasa daerah yang terancam punah dengan jumlah penutur yang semakin menurun tiap tahunnya.[7]
Klasifikasi
Bahasa Muna termasuk ke dalam rumpun bahasa Muna–Buton, yang merupakan cabang dari kelompok Celebik dari keluarga bahasa Austronesia.[8] Dalam rumpun Muna–Buton, bahasa Muna merupakan anggota terbesar dalam sub-cabang Munik, yang juga mencakup bahasa-bahasa yang lebih kecil, seperti bahasa Pancana, Kioko, Liabuku, Kaimbulawa, dan Busoa.[9][10]
Dialek
Burhanuddin (1979) menyebutkan bahwa bahasa Muna memiliki lima dialek yang terbagi lagi menjadi beberapa sub-dialek.[11]
Muna
Wuna
Bombonawulu
Mawasangka
Gu
Lakudo
Katobengke
Kadatua
Siompu
Perbedaan antara dialek-dialek ini kebanyakan terbatas pada kosakata, walaupun terdapat pula sedikit perbedaan fonologis.[12]
Fonologi
Konsonan
Fonem konsonan dalam bahasa Muna dijabarkan dalam tabel berikut:[13]
Fonem /ʋ/ direalisasikan sebagai aproksiman labiodental [ʋ] sebelum vokal takbulat (seperti /i/ dan /e/), dan sebagai aproksiman bilabial [β̞] sebelum vokal bulat (seperti /u/ dan /o/).[14]
Dalam ujaran yang cepat, deret bunyi /bu,pu,mbu,mpu/ dalam suku kata yang mendapat tekanan dapat diucapkan dengan bunyi getar sebagai [ʙu,ʙ̥u,mʙu,mʙ̥u].[15]
Pada kolom alveolar, /t/ dan /ⁿt/ sebetulnya merupakan konsonan apiko-dental (diucapkan dengan menempelkan ujung lidah ke gigi atas).[15]
Vokal
Terdapat lima fonem vokal dalam bahasa Muna: /a/, /i/, /u/, /e/, /o/.[16] Vokal-vokal ini dapat bergabung untuk membentuk deret bunyi dengan dua atau tiga vokal. Deret vokal dengan dua bunyi yang serupa direalisasikan sebagai vokal panjang, contohnya pada kata tuu[tu:] 'lutut'. Pada deret vokal dengan tiga bunyi, sebuah hentian glotal yang tidak fonemis dapat diselipkan setelah vokal pertama, contohnya pada kata nokoue[noko(ʔ)ue] 'ia berurat'.[17]
Struktur suku kata
Seperti banyak bahasa Sulawesi lainnya,[18] bahasa Muna hanya memiliki suku kata terbuka dengan pola KV (konsonan-vokal) dan V (vokal saja), seperti yang bisa dilihat dalam kaindea /ka.i.ⁿde.a/ 'perkebunan', padamalala /pa.da.ma.la.la/ 'serai', akumadiuandae /a.ku.ma.di.u.a.ⁿda.e/ 'akan kucuci [benda-benda tersebut] dengannya'.[19]Kata serapan dari bahasa Melayu/Indonesia dan bahasa lainnya akan diadaptasi ke dalam bentuk suku kata bahasa Muna: karadhaa /karad̪aa/ dari kata Melayu/Indonesia "kerja", kantori /kaⁿtori/ < "kantor" (dari bahasa Belanda kantoor), wakutuu /wakutuu/ < "waktu" (dari bahasa Arab waqt).[20]
Tata bahasa
Verba
Verba bahasa Muna mengalami infleksi berdasarkan modus dan persona gramatikal dari subjek dan objeknya. Persona dimarkahi secara nominatif-akusatif: awalan pemarkah persona menandai subjek dari verba transitif dan intransitif, sementara akhiran pemarkah persona menandai objek langsung dan tidak langsung dari verba.[21]
Terdapat tiga kelas verba yang masing-masingnya memiliki bentuk awalan pemarkah persona yang sedikit berbeda. Kelas-kelas verba ini dinamai berdasarkan bentuk awalan pemarkah persona pertamanya.[22]
kelas a-
kelas ae-
kelas ao-
realis
irealis
realis
irealis
realis
irealis
1.sg
a-
a-
ae-
ae-
ao-
ao-
2.sg.fam
o-
o-
ome-
ome-
omo-
omo-
1.sg.hon
to-
ta-
te-
tae-
to-
tao-
3.sg
no-
na-
ne-
nae-
no-
nao-
1.du.incl
do-
da-
de-
dae-
do-
dao-
1.pl.incl
do- -Vmu
da- -Vmu
de- -Vmu
dae- -Vmu
do- -Vmu
dao- -Vmu
1.pl.excl
ta-
ta-
tae-
tae-
tao-
tao-
2.pl.fam
o- -Vmu
o- -Vmu
ome- -Vmu
ome- -Vmu
omo- -Vmu
omo- -Vmu
2.pl.hon
to- -Vmu
ta- -Vmu
te- -Vmu
tae- -Vmu
to- -Vmu
tao- -Vmu
3.pl
do-
da-
de-
dae-
do-
dao-
Untuk verba kelas ae- dan ao-, pemarkahan modus cukup menggunakan awalan subjek yang sesuai:[23]
de-basa 'kita membaca' (realis) ~ dae-basa 'kita akan membaca' (irealis)
no-lodo 'dia tidur' (realis) ~ nao-lodo 'dia akan tidur' (irealis)
Untuk verba kelas a-, pemarkahan modus irealis harus mengikutsertakan sisipan <um>:
no-horo 'ia terbang' (realis) ~ na-h<um>oro 'ia akan terbang' (irealis)
Verba intransitif umumnya menggunakan prefiks kelas a- atau ao-. Secara umum, verba kelas a- merupakan verba intransitif dinamis, sementara verba kelas ao- merupakan verba intransitif statif.[24] Kecuali dalam beberapa kasus, verba transitif biasanya menggunakan prefiks kelas ae- jika memiliki objek taktakrif, tetapi menggunakan prefiks kelas a- jika memiliki objek yang takrif.[25]
ne-ala-mo kapulu 'Ia mengambil (sebuah) parang' (taktakrif, prefiks kelas ae-)
no-ala-mo kapulu-no 'Ia mengambil parangnya' (takrif, prefiks kelas a-)
Terdapat dua set akhiran untuk objek, masing-masingnya memarkahi objek langsung dan taklangsung.[26]
langsung
taklangsung
1.sg
-kanau
-kanau
2.sg.fam
-ko
-angko
2.sg.hon
-kaeta
-kaeta
3.sg
-e
-ane
1.du./pl.incl
---
---
1.pl.excl
-kasami
-kasami
2.pl.fam
-koomu
-angkoomu
2.pl.hon
-kaetaamu
-kaetaamu
3.pl
-da
-anda
Penggabungan dua sufiks hanya dapat dilakukan antara sufiks-sufiks objek taklangsung dan sufiks objek taklangsung persona ketiga tunggal -e:[27]
^Ethnologue; tanggal terbit: 2015; nomor edisi: 15.
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Muna". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^"Bahasa Muna". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
Donohue, Mark (2004). "The pretenders to the Muna-Buton group". Dalam John Bowden; Nikolaus Himmelmann. Papers in Austronesian subgrouping and dialectology. Pacific Linguistics 563. Canberra: Australian National University. hlm. 21–35. doi:10.15144/PL-563.21.
Mead, David (2003). "Evidence for a Celebic supergroup". Dalam Lynch, John. Issues in Austronesian historical phonology. Pacific Linguistics 550. Canberra: Australian National University. hlm. 115–141. doi:10.15144/PL-550.115.
Sneddon, J. N. (1993). "The Drift Towards Final Open Syllables in Sulawesi Languages". Oceanic Linguistics. 32 (1): 1–44. JSTOR3623095.
van den Berg, René (1989). A Grammar of the Muna Language. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. 139. Dordrecht: Foris Publications. ISBN9781556713439.Lebih dari satu parameter |location= dan |place= yang digunakan (bantuan)
van den Berg, René (2003). "The place of Tukang Besi and the Muna-Buton languages". Dalam Lynch, John. Issues in Austronesian historical phonology. Pacific Linguistics 550. Canberra: Australian National University. hlm. 87–114. doi:10.15144/PL-550.87.
Bacaan lanjutan
van den Berg, René (1987). "Beberapa Aspek Morfologi Kata Kerja Bahasa Muna". Lontara. 34: 43–52.
van den Berg-Klingeman, Lydia (1987). "Klausa Relatif Bahasa Indonesia dan Bahasa Muna". Lontara. 34: 5–25.
van den Berg, René (1991a). "Muna Dialects and Munic Languages: Towards a Reconstruction". Dalam Ray Harlow. Western Austronesian and Contact Languages: Papers from the Fifth International Conference on Austronesian Linguistics. VICAL. 2. Auckland: Linguistic Society of New Zealand. hlm. 21–51.
van den Berg, René. "Muna historical phonology". Nusa. 33: 1–28.
van den Berg, René (2004). "Notes on the southern Muna dialect". Dalam John Bowden; Nikolaus Himmelmann. Papers in Austronesian subgrouping and dialectology. Pacific Linguistics 563. Canberra: Australian National University. hlm. 129–170. doi:10.15144/PL-563.129.
van den Berg, René (1995). "Forestry, Injections and Cards: Dutch loans in Muna". Dalam Connie Baak; Mary Bakker; Dick van der Meij. Tales from a Concave World: Liber Amicorum Bert Voorhoeve. Leiden: Projects Division Department of Languages and Cultures of South-East Asia and Oceania. hlm. 191–215.