Jalur trem lintas Surabaya adalah nama yang diberikan kepada sejumlah jalur trem yang melewati perkotaan Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Jalur ini dahulu dioperasikan oleh Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS) serta merupakan satu-satunya jalur trem yang tersisa yang dimiliki oleh OJS pasca-kemerdekaan. Jalurnya menghubungkan Ujung (Pelabuhan Tanjung Perak) dengan Wonokromo, Surabaya dan dilanjut menuju Krian.
OJS mulai membangun jalur di Surabaya sebagai modal awal operasional perusahaan tersebut. Pembagian lintasnya menurut tanggal-tanggal peresmian dari verslag yang dibuat oleh OJS dapat dilihat pada tabel berikut.[1]
Segmen
Tanggal peresmian
Keterangan
Ujung–Fort Prins Hendrik
10 Desember 1889
Dalam peta 1905, tergambar bahwa jalur ini melewati tepian Kali Mas Surabaya.
Fort Prins Hendrik–Staatsspoorweg-Station (Surabaya Kota)
17 Desember 1890
Taman Kota–Jembatan Merah–Kalimas
1 Juni 1897
Staatsspoorweg Station (Surabaya Kota)–Kantor Telepon dengan percabangan di Simpang
OJS kemudian tertarik dengan kesuksesan Bataviasche Elektrische Tram Maatschappij (BETM) mengembangkan Trem Batavia. Di Batavia, pengembangan Trem Batavia mulai dilakukan pada tahun 1899, dan pada tahun 1909 sudah mencapai 14 kilometer.[2] Pada tahun 1911, untuk mempersiapkan trem listrik, OJS memperluas jaringannya hingga hampir seluruh Kota Surabaya terhubung dengan jalur trem. Pada tahun 1924, OJS memperkenalkan trem listrik tepat saat panjang lintasnya mencapai 36 km.[3][4]
Trem ini resmi beroperasi pada tanggal 15 Mei 1923.[5] Jalur utamanya juga dirombak total; jalur yang sebelumnya melewati tepian Kali Mas akhirnya dialihkan melalui tengah kota, melewati Pasar Turi dan Sawahan serta mengikuti jalan protokol tengah kota, yaitu Jalan Raya Darmo. Rute lama dicabut hanya sampai Stasiun Groedo saja. Lintas lainnya adalah Simpang–Wonokromo Kota, Simpang–Gubeng, Tunjungan–Sawahan, serta Simpang–Kalimas. Selain itu, untuk mendukung pemeliharaan operasi dibangun pula depo trem dan pembangkit listrik di Sawahan.[6]
Pasca-kemerdekaan
Trem listrik tetap beroperasi. Bahkan jalur menuju Karangpilang juga tetap dijalankan sebagaimana adanya. Jalur Karangpilang–Krian OJS akhirnya nonaktif karena dibongkar pekerja romusa Jepang bersama seluruh lintas OJS di luar Surabaya. Walaupun nama-nama perhentiannya sempat tercatat dalam data, tetapi tidak mampu menyelamatkan jalur dan perhentian-perhentiannya dari kepunahan.[7]
Kemunduran mulai terjadi pada akhir tahun 1960-an. Pada tahun 1968-1969, trem listrik dihentikan operasinya. Kabel listrik aliran atas yang memayungi jalur trem ini dicabut dan jalur-jalur cabangnya sebagian juga dicabut. Bertumbuhnya urbanisasi di Surabaya menyebabkan trem uap yang tersisa berjalan sangat lambat karena harus menunggu penumpang yang kebanyakan pedagang memenuhi isi kereta. Bahkan, Ella Ubaidi, EVP Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI, mengatakan bahwa dengan tarif 15 sen untuk kelas I dan 10 sen untuk kelas II, tidak mampu menyelamatkan trem Surabaya dari kepunahan.[8] Sejak tahun 1970-an, trem Surabaya dinyatakan tidak beroperasi karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum serta banyaknya penumpang gelap yang menyebabkan kebocoran pendapatan PJKA. Dengan ditutupnya trem uap Surabaya pada tahun 1978, berakhirlah riwayat trem Surabaya.[9][10][11]
Trayek trem
Awalnya, semua jalur trem OJS adalah trem uap. Pada tahun 1911, untuk mempersiapkan trem listrik, OJS memperluas jaringannya hingga hampir seluruh Kota Surabaya terhubung dengan jalur kereta api sehingga pada tahun 1924 seluruh jalur trem Surabaya merupakan trem listrik.[3][4] Adapun trayek trem listrik menurut data dari Buku Jarak adalah sebagai berikut.
Trayek
Panjang lintas
Ujung–Wonokromo Kota–Krian OJS
13,2 km
Wonokromo Kota–Willemplein (Jembatan Merah)
2 × 8,400 km
Willemplein–Tanjung Perak
2 × 4,900 km
Percabangan dari Simpang menuju Stasiun Surabaya Gubeng
2 × 0,200 km
Percabangan Boulevard–Palmerah
2 × 2,000 km
Tunjungan–Sawahan
2 × 2,600 km
Jalur terhubung
Layanan reguler jalur ini tidak terhubung secara langsung dengan lintas mana pun. Untuk berpindah moda, pengguna jasa harus turun dari kereta dan berjalan kaki menuju stasiun SS/NIS terdekat. Beberapa haltenya ada yang berlokasi tepat di depan stasiun kereta api besar, seperti di depan stasiun Pasar Turi dan stasiun Gubeng.
Lintas aktif
Dahulu pernah ada jalur penghubung yang menghubungkan jaringan trem uap dengan jalur aktif di sebelah utara stasiun Surabaya Kota. Tapi jalur ini hanya untuk transfer sarana trem uap untuk dikirim ke Balai Yasa milik SS. Jalur ini tak pernah dipakai untuk layanan penumpang reguler.
^Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).Parameter |link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa.
Hanya berisi layanan kereta api yang dioperasikan oleh induk perusahaan. Untuk layanan yang dioperasikan oleh anak perusahaan, lihat Templat:KAI Commuter untuk layanan KAI Commuter, Templat:KAI Bandara untuk layanan KAI Bandara dan Templat:KCIC untuk layanan KCIC/Whoosh