Kereta api Kuda Putih
Kereta api Kuda Putih atau MCDW 300 adalah nama sebuah kereta rel diesel yang pernah beroperasi di lintas Yogyakarta-Solo Balapan, pendahulu kereta api Prambanan Ekspres. Kereta yang berjuluk Turangga Seta ini merupakan KRD yang pertama kalinya dioperasikan di Indonesia dan dioperasikan oleh Perusahaan Negara Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta. Nama "Kuda Putih" berasal dari gambar dua ekor kuda yang terdapat pada tutup semboyan berbentuk kupu-kupu di atas kaca kabin masinisnya. OperasionalKereta api ini diberi nomor seri MCDW 300 sebanyak tujuh buah dan diproduksi oleh pabrik di Jerman, yakni Glossing und Schöler GmbH,[1] bekerja sama dengan Ferrostaal,[2] pada tahun 1963. Setiap satu rangkaian hanya terdiri atas dua unit kereta yang semuanya berkabin masinis. Karena hanya beroperasi dua kereta per setnya, sementara ada tujuh unit, maka satu unit sisanya dijadikan cadangan.[3] KRD ini memiliki panjang 18.690 mm, berat 32 ton, daya mesin 215 hp, dan dapat melaju hingga 90 km/jam. Bodi kereta menggunakan bahan stainless steel. KRD ini mempergunakan transmisi hidraulik Voith Diwabus U+S dan mesin GM 8V71.[4] Bentuk KRD ini diyakini juga mirip dengan bus, oleh karena itu, KRD Kuda Putih ini dapat disebut juga sebagai bus rel (rail bus).[3] Pada masa jayanya, kereta api Kuda Putih ini menjadi primadona bagi masyarakat yang ingin "nglaju" Jogja-Solo pada waktu itu. Pada dekade 1970-an, sejumlah unit KRD ini mulai rusak karena tidak ada suku cadang. Bahkan, agar tetap bisa melayani penumpang komuter yang pada masa itu terus bertambah, KRD ini ditarik lokomotif diesel. Akhirnya, KRD MCDW 300 telah berhenti beroperasi sejak sekitar 1980, dan perannya digantikan oleh KRD MCW 302. Sejak saat itu, KRD ini tersisa satu unit dan dikandangkan di Depo Lokomotif Solo Balapan.[3] PelestarianPada tanggal 30 November 2011, Unit Pusat Pelestarian dan Benda Bersejarah PT Kereta Api Indonesia memindahkan satu unit KRD Kuda Putih yang tersisa ke Stasiun Lempuyangan untuk dijadikan sebagai monumen. Pada hari Kamis, 8 Desember 2011, KRD ini dipindahkan dari Depo Solo Balapan ke Stasiun Lempuyangan dengan menggunakan kereta api luar biasa (KLB) bersama Crane Kirow. KRD ini dijadikan sebagai kereta pustaka sekaligus monumen.[5] Referensi
|