Kereta api Kuda Putih

Kereta api Kuda Putih
KRD Kuda Putih
Ikhtisar
JenisKomuter ekonomi
SistemKereta komuter
StatusTidak beroperasi, diganti dengan KA Prameks
LokasiDaerah Operasi VI Yogyakarta
TerminusYogyakarta
Solo Balapan
Operasi
PemilikPerusahaan Negara Kereta Api,
Perusahaan Jawatan Kereta Api
OperatorDaerah Operasi VI Yogyakarta
DepoSolo Balapan (SLO)
RangkaianTidak ada (KRD tidak ditarik lokomotif)
Data teknis
Lebar sepur1.067 mm
Elektrifikasi-
Kecepatan operasi60 s.d. 90 km/jam
MCDW 300
BeroperasiTidak
ProdusenGlossing und Schöler GmbH
Ferrostaal
Mulai beroperasi1963-1980
Jml. sudah diproduksi7 unit
Formasi2 kereta per set
OperatorPerusahaan Negara Kereta Api,
Perusahaan Jawatan Kereta Api
Data teknis
Konstruksi bodiStainless steel
Panjang kereta18.690 mm
Kelajuan maksimum90 km/jam
Berat32 ton
MesinGM 8V71
Daya mesin215 hp
TransmisiHidraulik tipe Voith Diwabus U+S
Lebar sepur1.067 mm

Kereta api Kuda Putih atau MCDW 300 adalah nama sebuah kereta rel diesel yang pernah beroperasi di lintas Yogyakarta-Solo Balapan, pendahulu kereta api Prambanan Ekspres. Kereta yang berjuluk Turangga Seta ini merupakan KRD yang pertama kalinya dioperasikan di Indonesia dan dioperasikan oleh Perusahaan Negara Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta. Nama "Kuda Putih" berasal dari gambar dua ekor kuda yang terdapat pada tutup semboyan berbentuk kupu-kupu di atas kaca kabin masinisnya.

Operasional

Kuda Putih mangkrak di Depo Solo Balapan.

Kereta api ini diberi nomor seri MCDW 300 sebanyak tujuh buah dan diproduksi oleh pabrik di Jerman, yakni Glossing und Schöler GmbH,[1] bekerja sama dengan Ferrostaal,[2] pada tahun 1963. Setiap satu rangkaian hanya terdiri atas dua unit kereta yang semuanya berkabin masinis. Karena hanya beroperasi dua kereta per setnya, sementara ada tujuh unit, maka satu unit sisanya dijadikan cadangan.[3]

KRD ini memiliki panjang 18.690 mm, berat 32 ton, daya mesin 215 hp, dan dapat melaju hingga 90 km/jam. Bodi kereta menggunakan bahan stainless steel. KRD ini mempergunakan transmisi hidraulik Voith Diwabus U+S dan mesin GM 8V71.[4] Bentuk KRD ini diyakini juga mirip dengan bus, oleh karena itu, KRD Kuda Putih ini dapat disebut juga sebagai bus rel (rail bus).[3]

Pada masa jayanya, kereta api Kuda Putih ini menjadi primadona bagi masyarakat yang ingin "nglaju" Jogja-Solo pada waktu itu. Pada dekade 1970-an, sejumlah unit KRD ini mulai rusak karena tidak ada suku cadang. Bahkan, agar tetap bisa melayani penumpang komuter yang pada masa itu terus bertambah, KRD ini ditarik lokomotif diesel. Akhirnya, KRD MCDW 300 telah berhenti beroperasi sejak sekitar 1980, dan perannya digantikan oleh KRD MCW 302. Sejak saat itu, KRD ini tersisa satu unit dan dikandangkan di Depo Lokomotif Solo Balapan.[3]

Pelestarian

Pada tanggal 30 November 2011, Unit Pusat Pelestarian dan Benda Bersejarah PT Kereta Api Indonesia memindahkan satu unit KRD Kuda Putih yang tersisa ke Stasiun Lempuyangan untuk dijadikan sebagai monumen. Pada hari Kamis, 8 Desember 2011, KRD ini dipindahkan dari Depo Solo Balapan ke Stasiun Lempuyangan dengan menggunakan kereta api luar biasa (KLB) bersama Crane Kirow. KRD ini dijadikan sebagai kereta pustaka sekaligus monumen.[5]

Referensi