Trans Semarang (sering disebut BRT (Bus Rapid Transit) atau BRT Trans Semarang sebagai istilah populer) adalah sistem transportasi bus raya terpadu di Jawa Tengah yang beroperasi di Kota dan (sebagian) Kabupaten Semarang. Layanan ini dioperasikan guna mengurai kemacetan di Kota Semarang serta untuk mengakomodasi para pelaju menuju pusat kota dan destinasi wisata yang ada di Kota Semarang.[2] Hal yang membedakan Trans Semarang dengan layanan bus kota lainnya adalah armada berpintu tinggi sehingga pengguna jasa menggunakan halte khusus (pengecualian untuk layanan pengumpan).
Dalam pelaksanaannya, Trans Semarang dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Trans Semarang (biasanya hanya disebut BLU Trans Semarang) di bawah Dinas Perhubungan Kota Semarang, khususnya dalam hal perekrutan tenaga kerja non pramudi (kecuali dalam pengoperasian koridor bandara malam) seperti petugas tiket armada, petugas persiapan armada, petugas operasional, petugas timer, hingga pengawas angkutan.[3]
Trans Semarang merupakan salah satu layanan transportasi umum yang disediakan oleh Pemerintah Kota Semarang dan banyak digunakan oleh warga kota Semarang dan sekitarnya dalam bepergian dikarenakan tarif yang relatif terjangkau, ketepatan waktu, serta armadanya yang telah berpendingin udara. Trans Semarang beroperasi (rata-rata) dari jam 05.30–17.40 WIB (dihitung dari keberangkatan pertama dan keberangkatan terakhir dari masing masing pool / terminus), kecuali Koridor Bandara yang beroperasi dari jam 17.30–00.00 WIB.
Wacana pengoperasian Trans Semarang dipaparkan oleh Dishub Kota Semarang pada 22 Desember 2008,[5] dengan pembentukan konsorium dan uji coba koridor 1 pada tanggal 02 Mei 2009 bertepatan dengan hari jadi Kota Semarang yang ke-462.[6] Pengoperasian penuh dimulai pada tanggal 18 September 2009[7] dengan dibentuknya konsorium PT Trans Semarang (dari Perum DAMRI, PO Minas, dan PO Ratakencana)[2] dan sistem sewa aset bus antara pemerintah Kota Semarang dengan konsorium. Terhitung mulai 1 Oktober 2010, Trans Semarang dikelola sebagai bagian dari BLU UPTD Terminal Mangkang hingga 25 Agustus 2016, dimana berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Terminal Mangkang yang merupakan terminal tipe A menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, sehingga pengelolaan Trans Semarang dilaksanakan oleh BLU BRT Kota Semarang, hingga 03 Januari 2017, dengan penetapan BLU BRT Kota Semarang menjadi BLU UPTD Trans Semarang dengan keluarnya Peraturan Wali kota nomor 116 tahun 2016 pada tanggal 16 Desember 2016.[8] Dalam sejarah pengoperasiannya, pernah terjadi perubahan pada jam operasional (dari 06.00 hingga 21.00 WIB menjadi 05.30 hingga 17.40 WIB), tarif (dari awalnya tarif pelajar dikenakan Rp2.000,00 hingga sekarang Rp1.000,00), serta diadakan jam layanan khusus pelajar, dimana bus tersebut dikhususkan bagi para pelajar di tingkat sekolah (baik dasar, menengah pertama, dan menengah atas). Namun per 14 Juli 2017, fasilitas ini dihapus untuk optimalisasi layanan BRT dan BRT khusus pelajar cenderung sepi.[9]
Koridor
Koridor 1 diujicobakan mulai 02 Mei 2009 hingga 04 Mei 2009, serta pengoperasian penuh pada tanggal 18 September 2009 (setelah sebelumnya terjadi penundaan dari tanggal 20 Mei 2009 dikarenakan permasalahan STNK dan konsorium) dengan trayek Terminal Mangkang–Terminal Penggaron.[7] Menggunakan 20 armada bus berukuran besar, bus ini mengalami satu kali revitalisasi pada awal tahun 2017 dengan bus berukuran besar bantuan Kemenhub anggaran 2016 (Armada yang sama seperti Transjakarta dan semua armada Trans berukuran besar).[10] Armada ini dioperasikan oleh PT Sembilan Sembilan Cahaya.
Koridor 2 diresmikan pada Senin 1 Oktober 2012 oleh Plt Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi di Halaman Balaikota Semarang, Jalan Pemuda.[11] Koridor ini menggunakan bus berukuran medium untuk melayani penumpang dari Terminal Sisemut, Ungaran sampai dengan Terminal Terboyo, Semarang.[info 1] Bus ini mengalami revitalisasi armada dua kali pada awal tahun 2018 dengan bus yang sama seperti Koridor 6 serta 2019 dengan bus baru. Armada ini dioperasikan oleh PT Surya Setia Kusuma Semarang.
Koridor 4 diresmikan terlebih dahulu pada tanggal 2 Desember 2013 dengan trayek Terminal Cangkiran hingga Bandara dan memutar di Karangayu.[12] Pada awal peluncuran, koridor ini menggunakan armada bus berukuran besar.[13] Namun atas masukan dari berbagai pihak, armada koridor ini diganti dengan bus berukuran medium. Koridor ini juga pada awal rencara hanya sampai Bandara Ahmad Yani (jika tidak ada penumpang yang ingin menuju bandara maupun tidak ada laporan adanya penumpang di halte bandara, armada hanya memutar di Karangayu). Namun dengan berbagai pertimbangan, mulai 1 Agustus 2014 jalur koridor ini diperpanjang sampai Stasiun Tawang. Armada ini dioperasikan oleh PT Matra Semar dan telah mengalami revitalisasi, khususnya pada tahun 2020 dengan armada baru.
Koridor 3 mulai beroperasi semenjak 1 November 2014 dan diresmikan penggunaannya oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, pada tanggal 5 November 2014, mundur dari rencana awal pada bulan Oktober.[14] Menggunakan bus berukuran medium seperti Koridor 2 dan 4, armada ini adalah armada kedua yang diberikan tambahan penunjuk rute berupa LED eksterior. Koridor ini melayani rute Pelabuhan Tanjung Emas ke ujung Elizabeth, yang mana dibagi menjadi dua (3A dan 3B). Keunikan dari koridor ini: sesampainya di Halte Elizabeth, bus langsung meneruskan perjalanannya hingga Pelabuhan, berbeda dengan layanan koridor lainnya dimana setelah mencapai titik terminus, bus akan istirahat dan melakukan pergantian kru, mengingat rute koridor 3 tergolong koridor dengan jarak menengah (dan terpendek sebelum koridor 7 dan bandara malam dioperasikan). Armada ini dioperasikan oleh PT Mekar Flamboyan Sendang Mulyo Jaya, dan telah mengalami revitalisasi, khususnya pada tahun 2020 dengan armada baru.
Koridor 5 dan 6 diluncurkan pada tanggal 31 Maret 2017[15] di halaman Widya Puraya rektorat kampus Tembalang Universitas Diponegoro. Menggunakan bus berukuran sedang, Dishub menyediakan 14 armada bus dan 2 armada cadangan di masing masing koridor. Koridor 5 merupakan koridor terpanjang pada saat diluncurkan, dengan trayek dari Meteseh, Tembalang hingga PRPP, dan menggunakan armada bantuan Kemenhub anggaran 2016 (Armada yang sama seperti Trans Jogja). Sementara koridor 6 beroperasi dengan trayek Universitas Diponegoro hingga Universitas Negeri Semarang melalui Elizabeth. Koridor 6 merupakan satu satunya koridor Trans Semarang yang tidak melewati halte Pemuda Balaikota sebagai central hub-nya. Armada koridor 5 dioperasikan oleh PT Sembilan Sembilan Cahaya, dan koridor 6 dioperasikan oleh PT Cakra Mega Transport, ditambah satu koridor khusus, Koridor Bandara, yang beroperasi pada 6 Oktober 2018, dioperasikan langsung oleh BLU Trans Semarang.
Koridor 7 diluncurkan pada tanggal 24 Mei 2018 di Balaikota Semarang.[16] Menggunakan bus berukuran sedang dan tipe (dan warna) yang seragam dari koridor 5 dan 6,[info 2] koridor ini merupakan koridor loop kedua setelah Koridor III dengan memutar di Tugumuda. Armada ini dioperasikan oleh PT Cakra Mega Transport.
Koridor 8 serta pengumpan (feeder) 1 dan 2 diluncurkan pada tanggal 06 Desember 2019 di Waduk Jatibarang, kota Semarang.[17] Koridor VIII menggunakan bus berukuran sedang dan seluruh armada pengumpan menggunakan armada mikrobus. Semua armada koridor 8 dan pengumpan menggunakan armada produksi karoseri Gunung Mas. Koridor 8 merupakan satu satunya koridor Trans Semarang yang tidak melewati Imam Bonjol (melainkan melewati jalan Indraprasta) dan satu dari dua koridor yang tidak melewati Balaikota pada arah menuju barat (dalam hal ini menuju Terminal Cangkiran) (selain koridor bandara menuju bandara). Armada koridor 8 dioperasikan oleh PT Mekar Flamboyan Sendang Mulyo Jaya, koridor pengumpan 1 dioperasikan oleh PT Matra Semar, dan koridor pengumpan 2 dioperasikan oleh PT Parama Bhadra Perkasa.
Koridor pengumpan 4 diluncurkan pada tanggal 19 Juni 2020[18] dengan pelaksanaan peresmian secara seremonial berskala kecil (soft launching) secara langsung di Terminal Gunungpati, kota Semarang. Tidak ada acara pelaksanaan berskala besar seperti sebelumnya dikarenakan pandemi COVID-19yang merebak di wilayah Indonesia. Armada koridor ini menggunakan armada produksi karoseri New Armada dan dioperasikan oleh PT Semarang Pesona Semesta. Koridor ini merupakan koridor dengan jumlah titik transit paling sedikit, dengan hanya empat halte transit yang melayani saat peresmian, dan satu satunya koridor yang tidak melewati lampu lalu lintas.
Direncanakan akan diluncurkan koridor pengumpan 3 pada 1 Maret 2022 dengan rute Terminal Penggaron menuju Terminal Banyumanik.[19] Armada koridor ini menggunakan armada produksi karoseri New Armada dan dioperasikan oleh PT Semarang Pesona Semesta. Koridor ini merupakan koridor dengan jumlah armada paling sedikit, sebanyak 12 (selain koridor bandara dengan 5 unit).
Uji coba armada lantai rendah
Pemerintah Kota Semarang melakukan uji coba Bus lantai dan pintu rendah (low deck low entry) untuk Trans Semarang di Koridor 1 pada tanggal 11 November 2019 hingga 11 Desember 2019.[20] Bus tersebut diujicoba guna memudahkan lansia dan difabel (dengan adanya ramp) serta dilengkapi sistem keamanan yang lebih canggih dari bus Trans Semarang sebelumnya. Peluncuran uji coba tersebut dilakukan bertepatan dengan upacara Hari Pahlawan di Balai Kota Semarang. Bus tersebut merupakan produksi karoseri Scania Sasis K250 UB–4X2 yang memiliki kapasitas untuk 41 tempat duduk, menghadap depan dengan konfigurasi kursi 2X2, kemudian 2 kursi lipat, 1 tempat kursi roda, 1 kursi untuk operator dan 25 pegangan untuk penumpang yang berdiri. Di dalam bus juga dilengkapi dengan 7 CCTV dan pengaman untuk kursi roda. Bus tersebut dipinjamkan selama sebulan sebelum akhirnya dioperasikan kembali oleh DAMRI untuk wilayah Kota Bandung pada 11 Maret 2020.[21]
Koridor
Pranala jalur lintasan tiap koridor Trans Semarang disimbolkan dengan kode koridor dalam segi empat berwarna.
Tarif ini berlaku baik transaksi tunai maupun nontunai.
Untuk perpindahan ke Trans Jateng maupun sebaliknya dikenakan tarif baru.
Tarif tersebut merupakan tarif yang disubsidi pemerintah Kota Semarang (dari harga non subsidi per koridor yang berkisar antara 5–10 ribu rupiah).
Transaksi nontunai
Trans Semarang menerima dan mengampanyekan transaksi nontunai (dalam hal ini melalui kartu elektronik (E-Card), LinkAja, OVO, dan Go-Pay). Layanan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2013 dengan pengoperasian pada tahun 2014,[23] dilanjut ekspansi masif pada tahun 2017 (dengan pengenalan Kartu Semarang Hebat {E-Bima BTN, TapCash BNI, dan Brizzi BRI} dan penerimaan transaksi menggunakan T-Cash),[24][25] dan kerjasama pada tahun 2018 dengan pengenalan transaksi menggunakan OVO, QR-Code LinkAja (perubahan dari T-Cash), dan Gopay.[26][27]
Dibandingkan dengan integrasi serupa, sistem ini masih belum selengkap Transjakarta dan Trans Jogja yang menerima kartu elektronik lainnya. Pengisian kartu dapat dilakukan di halte transit (khusus kartu BRT) serta merchant yang ditunjuk. Pembayaran non-tunai dilakukan dengan mesin yang dibawa / disediakan petugas (baik di dalam armada maupun di halte). Bila tidak tersedia atau terjadi masalah, maka diwajibkan membayar menggunakan tunai maupun mengikuti kebijakan petugas. Daftar kartu uang elektronik perbankan yang beredar bekerjasama dengan Trans Semarang adalah sebagai berikut.
Trans Semarang menerapkan tiga jenis halte (terkadang masih disebut shelter), yaitu halte permanen, portabel, serta rambu. Untuk halte permanen, disediakan fasilitas berupa tempat duduk, jendela, tempat sampah, dan biasanya terdapat ramp untuk membantu penyandang disabilitas. Untuk halte portabel, disediakan fasilitas yang sama dengan halte permanen namun tanpa ramp (kecuali beberapa) dan jendela (beberapa menyediakan tempat sampah namun dibawah halte, tidak untuk calon pengguna jasa), dan rambu BRT hanya menyediakan lokasi dimana calon pengguna jasa dapat menaiki armada. Konstruksi dari semua halte didominasi oleh bahan aluminum, baja, dan kaca (khusus halte permanen). Mayoritas halte permanen menyediakan ventilasi udara di jendelanya. Beberapa halte memiliki karakteristik sendiri, khususnya halte permanen, seperti halte Semarang Zoo yang memiliki aksen seperti kebun binatang, halte RS Dr. Kariadi yang didominasi warna warni (alih-alih hanya didominasi warna merah), serta halte transit utama yang menggunakan desain baru untuk memfokuskan unsur artristik (seperti contoh di halte Simpang Lima dan Imam Bonjol yang terdapat pendingin udara berjenis AC Split).
Halte transit
Halte Transit Trans Semarang adalah halte yang khusus diperuntukkan bagi para penumpang yang ingin berpindah koridor/bus. Penumpang tidak perlu membayar lagi jika ingin berganti bus/koridor. Halte transit ini menyediakan beberapa fitur lebih seperti petugas yang melayani halte transit, pintu keberangkatan lebih dari satu (khusus beberapa halte transit), pelayanan pembelian tiket, dan pelayanan pembelian maupun isi ulang kartu elektronik BRT. Tabel dibawah ini hanyalah cuplikan dari beberapa halte transit yang tersedia, tidak termasuk halte yang hanya melayani transit antara satu koridor utama dengan satu koridor pengumpan.
Halte transit pengumpan Trans Semarang adalah halte yang khusus diperuntukkan bagi para penumpang yang ingin berpindah dari koridor utama menuju koridor pengumpan dan sebaliknya. Penumpang tidak perlu membayar lagi jika ingin berpindah dari koridor utama menuju koridor pengumpan dan sebaliknya. Tabel dibawah ini hanyalah cuplikan dari beberapa halte transit pengumpan yang tersedia.
Koridor 1: Bus Besar Hino RK8 R260 (J08E-UF) biru (Bodi produksi Karoseri Laksana) bantuan Dishub 2016[30]
Koridor 2: Bus Medium Mitsubishi FE 84 GBC merah (Bodi produksi Karoseri Laksana dan New Armada)
Koridor 3: Bus Medium Isuzu NQR 71 4.700 cc merah (Bodi produksi Karoseri Gunung Mas) dan beberapa Mitsubishi FE 84 GBC merah (Bodi produksi Karoseri New Armada)
Koridor 4: Bus Medium Mitsubishi FE 84 GBC merah (Bodi produksi Karoseri New Armada) dan beberapa Hino FB-130 (Bodi produksi Karoseri Restu Ibu Pusaka)
Koridor 5: Bus Medium Isuzu NQR 71 4.700 cc biru (Bodi produksi Karoseri Laksana dan Karoseri Tentrem) bantuan Dishub 2016 dan 2019
Koridor 6: Microbus Mitsubishi FE 71 merah (Bodi produksi Karoseri Gunung Mas) dan Microbus Isuzu NLR 55 L (Bodi produksi Karoseri New Armada)[info 2]
Koridor 7: Bus Medium Isuzu NQR 71 4.700 cc biru dan Hino FB 130 merah (Bodi produksi Karoseri Laksana) (bantuan Dishub 2016)[info 2]
Koridor 8 : Bus Medium Isuzu NQR 71 4.700 cc merah (Bodi produksi Karoseri Gunung Mas)
Koridor Bandara: Bus Medium Isuzu NQR 71 4.700 cc biru (Bodi produksi Karoseri Tentrem) bantuan Dishub 2019
Setiap bus di semua koridor dilengkapi dengan GPS, pendingin udara, hiburan berupa radio, serta papan informasi koridor dan tujuan (baik elektrik maupun papan manual). Pintu bus di koridor 1, 5, 7, dan bandara (serta beberapa armada dari koridor 2, 4, dan 6) menggunakan sistem pintu geser di sisi kiri (di armada koridor 1 terdapat pintu geser di sisi kanan) sementara koridor 2, 3, 4, 6, dan 8 menggunakan sistem pintu lipat (kupu-kupu) di sisi kiri, serta memiliki bunyi indikasi pintu terbuka (hanya di beberapa armada). Semua pengaturan terdapat pada dasbor pramudi. Untuk mikrobus koridor pengumpan menggunakan pintu manual. Semua armada menggunakan bahan bakar diesel maupun Compressed Natural Gas (CNG / Bahan Bakar Gas) yang dapat diganti dalam perjalanan.
(Pemberangkatan armada terakhir dari halte Pemuda Balaikota: 18.30 WIB)
Koridor khusus
Koridor bandara malam rute Bandara–Simpang Lima (18.00-23.50 WIB), saat ini sedang tidak dioperasikan.[34]
Permasalahan
Awal pengoperasian
Uji coba pengoperasian Trans Semarang sempat menuai perhatian dikarenakan tidak adanya kesiapan dalam peluncuran uji coba meliputi ketidaksiapan infrastruktur pendukung (marka jalan, mesin penjual tiket, dan pemasangan rambu).[35] Setelah peresmian uji coba, sempat terjadi unjukrasa dari pengemudi angkutan kota dikarenakan trayek belum ditata sehingga terjadi kekhawatiran operasional angkutan kota. Selain itu, hanya 10 bus (dari 20) yang beroperasi dikarenakan biaya operasional dan permasalahan STNK[36] sehingga pengoperasian penuh ditunda dari 20 Mei menjadi 18 September 2009.[37]
Aksesibilitas bagi disabilitas
Meskipun armada Trans Semarang telah didesain untuk menerima para penyandang disabilitas, namun untuk haltenya sendiri masih ada yang hanya menggunakan tangga untuk naik ke halte, maupun sisi difabel dan sisi tangga yang berlawanan arah. Menurut pengamatan salah satu mahasiswa di beberapa titik, para difabel mengeluhkan belum adanya jalan untuk kursi roda sehingga mereka sulit mengakses. Meskipun ada para difabel merasa kurang nyaman karena jalan curam. Jarak antara lantai trotoar dengan lantai halte masih cukup tinggi, serta jarak antar halte dengan bus masih menyulitkan para difabel.[38]
Kecepatan operasional
Kecepatan operasional Trans Semarang dibatasi 60 km per jam di lintas kota, dan 30 km per jam di lintas non kota. Meski begitu, banyak pengemudi Trans Semarang yang mengendarai bus Trans Semarang dengan kecepatan diatas batas operasional dan ugal-ugalan, sehingga tidak sedikit kasus kecelakaan karena hal ini.
Permasalahan dengan operator
Sejak bulan September 2021, layanan Feeder 1 Trans Semarang tidak dioperasikan dikarenakan "kendala teknis". Pada rentang tersebut, didapatkan permasalahan antara operator, PT Matra Semar, dengan BLU UPTD Trans Semarang berujung dengan pemutusan kontrak pada tanggal 30 September 2021.[39] Informasi berkaitan dengan ini muncul ketika PT Matra Semar mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Semarang pada 24 November 2021 setelah sebelumnya usaha mediasi tidak tercapai.[40]
Catatan
^Terminal penumpang Terboyo tidak lagi digunakan sebagai angkutan penumpang per 1 Januari 2018. Titik keberangkatan yang tertulis disini merupakan Halte Terboyo yang berada di dekat titik keberangkatan armada saat Terminal penumpang Terboyo masih beroperasi dan difungsikan mulai tanggal 1 April 2020. Sebelumnya titik keberangkatan dimulai pada garasi masing masing koridor (Padi Raya untuk koridor II dan Pasar Banjardowo koridor VII)
^ abcMulai Januari 2020, armada koridor VII menggunakan armada Nucleus seutuhnya dengan menukarkan armada Nucleus koridor VI dengan armada Touristo koridor VII, berakibat kepada kacaunya jarak antarbus pada masa transisi.
^Nomor yang digunakan merujuk pada nomor yang ada pada armada, sehingga untuk koridor utama menggunakan penomoran angka romawi. Armada pengumpan tidak menggunakan penomoran angka romawi pada armadanya untuk mempermudah pembacaan maupun untuk membedakannya dengan koridor utama.
^ abArmada B V 001 - 003 dan B V SGO 1 digunakan secara bergantian untuk koridor 5 dan koridor bandara. Dikarenakan operator dari armada ini langsung dari BLU Trans Semarang, maka kebijakan pengoperasian diatur langsung oleh pihak BLU Trans Semarang dan armada dirawat di garasi kantor pusat BLU Trans Semarang.
Galeri
Armada koridor 1 waktu awal Trans Semarang beroperasi
Armada koridor 1 di halte Gramedia. Perhatikan belum adanya teks "#TerusBerbenah"
^ abMuhamad <asep.muhamad[at]torche.co.id>, Asep. "Trans Semarang". dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-08.
^"Karier Trans semarang". web.archive.org. 2020-05-15. Archived from the original on 2020-05-15. Diakses tanggal 2020-05-15.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^PT. Matra Semar v. BLU UPTD Trans Semarang, 499/Pdt.G/2021/PN Smg . “Menyatakan surat No. B/2757/551.2/IX2021 tanggal 30 september 2021 perihal pemutusan kontrak, yang ditandatangani oleh Plt. Kepala BLU UPTD TRANS SEMARANG KOTA SEMARANG selaku pejabat pembuat komitmen pekerjaan Belanja Operasional BRT Feeder I Tahun Anggaran 2021, yang dikirim ditujukan kepada direktur PT. MATRA SEMAR yang beralamat di Jalan Muradi raya no. 5 semarang”