5 (satu peron sisi yang cukup tinggi di kedua ujungnya dan agak rendah di bagian tengahnya, satu peron pulau yang agak tinggi, serta tiga peron pulau yang cukup tinggi)
Jumlah jalur
7:
jalur 1: sepur lurus jalur tunggal dari dan ke arah Purworejo dan jalur pemberhentian KA Commuter Line Prameks
jalur 2: sepur lurus jalur ganda arah Bandung/Jakarta (via Purwokerto)
jalur 3: sepur lurus jalur ganda arah Yogyakarta
jalur 4: sepur belok yang biasanya digunakan untuk kereta api yang mengawali/mengakhiri perjalanan di Kutoarjo
jalur 5: sepur belok untuk parkir atau KA Barang
jalur 6-7: jalur parkir
Layanan
Semua kereta api antarkota dan barang yang melayani lintas selatan Jawa (Jakarta–Yogyakarta–Surabaya) beserta kereta api aglomerasi dan komuter yang meliputi KA Joglosemarkerto serta Commuter Line Prameks, kecuali KA Argo Lawu dan Argo Dwipangga.
Stasiun Kutoarjo diperkirakan telah ada sejak pembangunan jalur kereta api Cilacap–Kroya–Kutoarjo–Yogyakarta pada 20 Juli 1887, beserta jalur cabang menuju Kota Purworejo.[5] Bergabungnya Kabupaten Kutoarjo dengan Kabupaten Purworejo pada tahun 1934[6] membuat pengelolaan stasiun ini lebih efektif. Stasiun ini khusus untuk pemberangkatan kereta api jarak jauh yang melewati wilayah Purworejo, sedangkan Stasiun Purworejo dikhususkan untuk layanan kereta api penumpang, hingga akhirnya dinonaktifkan pada tahun 2010 beserta jalurnya.
Stasiun Kutoarjo memiliki tujuh jalur kereta api. Pada awalnya jalur 2 merupakan sepur lurus. Setelah jalur ganda menuju Stasiun Yogyakarta selesai dibangun pada tahun 2007[8] dan dioperasikan pada tanggal 22 Januari 2008,[9] jalur 3 dijadikan sebagai sepur lurus jalur ganda arah Yogyakarta sekaligus sepur raya jalur tunggal dari dan ke arah Kroya, sedangkan jalur 2 dijadikan sebagai sepur lurus jalur ganda dari arah Yogyakarta sekaligus sebagai sepur badug panjang untuk langsiran rangkaian kereta api. Kemudian setelah jalur ganda menuju Stasiun Butuh dioperasikan per 30 November 2019, jalur 2 sepenuhnya dijadikan sebagai sepur lurus untuk arah Kroya, sedangkan jalur 3 sepenuhnya dijadikan sebagai sepur lurus hanya untuk arah Yogyakarta.
Rel di jalur 4–6 dirancang tanpa menggunakan batu balast/kricak. Jalur 4 dan 5 digunakan untuk menampung KA yang diberangkatkan dari stasiun ini,[10] sementara jalur 6 biasanya digunakan untuk menampung kereta luar dinas dan langsir. Ke arah timur dari jalur 1 terdapat percabangan jalur menuju Purworejo, tetapi jalur cabang tersebut kini telah dinonaktifkan dan pernah digunakan untuk menampung sejumlah gerbong barang yang sudah tidak terpakai.
P09
P
Lantai peron
Jalur 7
Jalur parkir dan langsiran kereta api
Jalur 6
Jalur parkir kereta api
Peron pulau
Jalur 5
Jalur parkir kereta api
Peron pulau
Jalur 4
←
Kedatangan dan keberangkatan kereta api antarkota
→
Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kiri kedatangan KA dari arah barat dan sebelah kanan kedatangan KA dari arah timur
Peron sisi, pintu terbuka di sebelah kiri kedatangan KA dari arah barat dan sebelah kanan kedatangan KA dari arah timur
G
Bangunan utama stasiun
Bangunan stasiun ini kini sudah tidak asli, kecuali atap kanopi utama yang menaungi jalur 1–3 serta beberapa pintu dan tembok yang menghadap peron jalur 1. Stasiun ini diduga memiliki arsitektur yang mirip dengan Stasiun Purworejo. Hal ini karena Stasiun Kutoarjo memiliki arus penumpang yang sangat tinggi sehingga bangunan utama stasiun perlu dilakukan renovasi supaya mampu mengurangi kesemrawutan.[11] Di sisi timur stasiun terdapat sub depo lokomotif dan depo kereta yang dikhususkan untuk perawatan ringan sarana kereta. Di sisi selatan stasiun terdapat dua jalur simpan kereta yang akan/selesai dinas dan cuci kereta, serta jalur tersebut juga mengarah ke turntable.
^Susanti, D.M. (Januari 2008). Kajian atas Pengelolaan Pengetahuan dalam Pengoperasian Teknologi Persinyalan Kereta Api (Studi Kasus Daop 2 Bandung) (Tesis S2). Program Magister Studi Pembangunan, Sekolah Arsitektur, Pengembangan, dan Perencanaan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
^Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
^Moehadi; Pratitis, Titi; Mulyono; Priyanto, Supriyo; Galba, Sindu (1988). Dampak Modernisasi Terhadap Hubungan Kekerabatan di Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
^Prasetya, S. (2014). "Kutoarjo (KTA): Stasiun Paling Ramai di Ujung Timur Daop V". Majalah KA. 96: 8–9.
^Musadad (2002). Arsitektur dan Fungsi Stasiun Kereta Api bagi Perkembangan Kota Purworejo 1901-1930 (Tesis). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).