Stasiun ini dibuka pada 20 Juli 1887 bersamaan dengan selesainya jalur rel menuju Cilacap Pelabuhan.[3] Tetapi pada awalnya hanya menggunakan bangunan gudang sebagai stasiunnya karena area stasiun ini masih dikelola dari Stasiun Cilacap dan juga karena pada saat itu Pemerintah Hindia Belanda dan Staatsspoorwegen kesulitan dalam hal keuangan dan keterbatasan anggaran dan berencana membatalkan pembangunan jalur dari Yogyakarta menuju Cilacap Pelabuhan.
[4] Pada tahun 1911 barulah dibuat bangunan stasiun permanen dikarenakan area gudang direnovasi dan dipindahkan seiring pengembangan jalur kereta di area pelabuhan serta keuntungan yang diperoleh dari dibukanya jalur menuju Cilacap Pelabuhan.
[5]
Stasiun Cilacap Pelabuhan dibuka bersamaan dengan dibukanya lintas Kroya-Maos-Cilacap guna memenuhi kebutuhan angkutan darat dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Intan. Dahulu stasiun ini merupakan stasiun penting bagi Hindia Belanda dikarenakan dekat pelabuhan. Mobilitas angkutan barang dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Intan menggunakan kereta api bertujuan untuk mengakomodasi pabrik-pabrik gula di wilayah barat Yogyakarta supaya lebih cepat menuju pelabuhan.[5] Perkembangan penting terjadi pada akhir abad ke 19, ketika Pelabuhan Cilacap secara maksimal berfungsi sebagai pelabuhan niaga. Dari laporan perjalanan pejabat dinas perdagangan NHM M. Dames, pada pertengahan bulan Juni 1888 secara singkat dapat dilihat keadaan Kota Cilacap merupakan titik akhir jalur kereta api dari ujung timur. Sementara itu, rel kereta api dari Stasiun Cilacap diperpanjang sampai ke pelataran pelabuhan, sehingga barang-barang yang akan diekspor lebih mudah untuk dibongkar dan meningkatkan mobilitas sosial.[6]
Selain memberdayakan jalur dan stasiun ini selain sebagai penghubung antara Bandung-Cilacap-Yogyakarta, Staatsspoorwegen juga menyiapkan langkah antisipasi alternatif menuju "pintu belakang" apabila terjadi invasi. Pada masa awal kedatangan bala tentara Jepang di Perang Dunia II, Pelabuhan Cilacap dimanfaatkan sebagai akses untuk kabur menuju wilayah sekutu terdekat, yaitu Australia.[5]
Berdasarkan peta perencanaan Kota Cilacap, pada tahun 1945 direalisasikan jalur kereta api dari stasiun ini ditambah dan diperpanjang dengan memutar menjadi lintas lingkar sehingga kereta yang datang ke Cilacap tak memutar balik lokomotif tetapi dapat langsung diteruskan dari Cilacap Pelabuhan menuju Stasiun Rawabasum dan Stasiun Gumilir tanpa melewati Stasiun Cilacap lagi.[7] Namun, saat ini jalur lingkar itu sudah tidak aktif.[8]
Stasiun ini sudah lama tidak aktif. Bangunan stasiun ini sudah dibongkar hingga tidak tersisa, dan hanya dapat dilihat melalui foto-foto saja. Lokasi bangunan stasiun saat ini menjadi Stasiun Pandu Pelabuhan Tanjung Intan. Namun, dua jalur kereta api di stasiun ini masih aktif dipakai untuk aktivitas kereta api barang, dengan jalur 1 merupakan sepur lurus, menuju Depot BBM AvturPertamina dan jalur 2 merupakan area bongkar muat angkutan barang. Dahulu stasiun ini memiliki banyak jalur kereta api yang membentang mulai Pelabuhan Tanjung Intan hingga menuju Pantai Teluk Penyu. Di wilayah Pelabuhan Tanjung Intan, dahulu juga terdapat lori kereta dengan lebar sepur 700 mm sebagai sarana perpindahan barang dari kapal menuju area bongkar muat.
Pada tahun 2015, jalur kereta api Cilacap-Cilacap Pelabuhan sepanjang 3,6 kilometer direvitalisasi, guna peningkatan angkutan barang dari dan ke Pelabuhan Tanjung Intan melalui angkutan kereta api. Jalur rel ini yang awalanya masih menggunakan jenis rel R33 dan bantalan besi telah digantikan oleh jenis rel R54 dan dan bantalan beton. Dengan begini, lokomotif besar jenis CC201 dapat memasuki jalur ini.[9][10]
Galeri
Komplesk Pelabuhan Cilacap yang hancur pada masa perang 1947.
Kawasan gudang Pelabuhan Cilacap yang hancur pada masa perang 1947.
Sebuah gerbong terbakar di Pelabuhan Cilacap pada masa perang 1947.
Lokomotif C1904/SJS104 (depan) dan Lokomotif C1902/SJS102 (belakang) di Pelabuhan Cilacap.
Proses penurunan Lokomotif C1904 dan C1902 di Pelabuhan Cilacap.
Emplasemen Stasiun Donan (selepas Pelabuhan Cilacap), 1908.
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).