Stasiun Sidoarjo diresmikan pada 16 Mei 1878 bersamaan dengan jalur kereta api pertama yang dimiliki oleh Staatsspoorwegen (SS) yakni jalur Surabaya-Pasuruan,[3] yang menghubungkan kawasan Sidoarjo dan Pasuruan dengan pelabuhan di Surabaya untuk mengangkut hasil bumi. Latar belakang pembangunan stasiun ini tak lepas dari status Sidoarjo pada saat itu, yakni sebagai salah satu daerah produsen gula ternama di Indonesia.[4]
Usai membangun jalur tersebut, SS membangun jalur baru ke arah barat menuju Mojokerto yang diteruskan menuju Madiun dan Solo, yang dibuka pada 16 Oktober 1880. Sebagai stasiun percabangan yang menghubungkan Kota Surabaya ke arah barat dengan Solo dan timur Pulau Jawa menuju Malang dan Pasuruan, Stasiun Sidoarjo pada saat itu merupakan stasiun besar di antara dua jalur utama SS.[3]
Seiring beroperasinya jalur Tarik-Wonokromo yang dijadikan jalur utama dari Mojokerto menuju Surabaya untuk mempersingkat waktu,[3] percabangan dari Sidoarjo lambat laun semakin sepi hingga sempat ditutup pada tahun 1972.[5] Pada tahun 2009, jalur menuju Tarik dibuka kembali dan resmi diaktifkan ulang bersamaan dengan diluncurkannya KA Jenggala yang melewati jalur tersebut pada tanggal 12 November 2014.[6]
Bangunan dan tata letak
Stasiun ini awalnya memiliki enam jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus, tetapi jalur 5 dan 6 telah dibongkar untuk penambahan peron sisi yang baru sehingga jumlah jalurnya tinggal empat. Dari jalur 4 stasiun ini, terdapat jalur menuju Stasiun Tarik.
Per 2023 peron-peron di stasiun ini sudah diperpanjang sekaligus ditinggikan sehingga memudahkan penumpang naik turun kereta api. Selain itu, dibangun kanopi (overcapping) tambahan agar para penumpang di sekitar ujung peron tidak lagi kepanasan ataupun kehujanan saat menunggu maupun naik turun kereta api.
Gaya arsitektur bangunan utama stasiun ini bergaya Indische sejak pertama kali dibangun, dan ruangannya berdenah persegi dan persegi panjang. Sejumlah elemen bangunan yang dipengaruhi gaya Indische antara lain jendela krepyak di bagian depan, serta bentuk pintu tinggi yang mengadopsi skala monumental. Pintu-pintu stasiun ini menggunakan jenis pintu tinggi (skala monumental) dengan paduan daun pintu rangkap. Ornamen ventilasi di atas pintu berbentuk segi empat, dan menggunakan sulur-suluran yang dipengaruhi oleh gaya Art Nouveau.[7]
Layanan kereta api
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 1 November 2024.
^ abcReitsima, S. A. (1928). Korte Geschiedenis Der Nederlandsch-Indische Spoor- En Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).