Gambang Semarang

Gambang Semarang

Gambang Semarang adalah kesenian musik tradisional kerakyatan yang berasal dari Semarang dan merupakan gabungan dari seni musik, vokal, tari dan lawak. Yang menjadi ciri khas dari kesenian ini adalah alunan musik yang mengiringi gerak telapak kaki secara dinamis sesuai irama lagu. Alat musik yang dipakai antara lain bonang, gambang, gong suwuk, kempul, peking, saron, kendang dan ketipung. Gambang Semarang merupakan bentuk akulturasi budaya antara etnis Tionghoa dengan Jawa dengan tokoh-tokoh perintisnya kebanyakan beretnis tionghoa seperti Lie Ho Sun dan Oey Yok Siang.[1] Pada pengembangan selanjutnya, Gambang Semarang semakin diisi oleh unsur kejawaan, lagu yang dimainkan adalah lagu pop Jawa.

Lirik lagu Gambang Semarang:

Empat penari kian kemari

Jalan berlenggang, aduhh

Langkah gayanya

Menurut suara irama gambang

Sambil bernyanyi jongkok berdiri

Kaki melintang, aduh

Sungguh jenaka tari mereka

Tari berdendang..

Bersuka ria gelak tertawa

Semua orang karena

Hati tertarik gerak-gerik

Si tukang gendang

Empat penari membikin hati

Menjadi senang, aduh

Itulah dia malam gembira

Gambang Semarang

Sejarah

Kesenian Gambang Semarang merupakan turunan kesenian betawi Gambang Kromong yang memang lekat dengan budaya kalangan tionghoa. Gambang Semarang pada mulanya merupakan gagasan Lie Ho Sun, pada tahun 1930 untuk membawa dan mengembangkan Gambang Kromong di Semarang.[2] Gagasan tersebut disampaikan kepada Burgermeester (wali kota), dan langsung mendapatkan tanggapan baik dari wali kota. Lie Ho Sun sendiri adalah anggota volksraad yang gemar bermain musik keroncong, dan juga anggota organisasi kesenian “Krido Handoyo”.[3]

Dengan bantuan biaya dari wali kota, ia membeli peralatan gambang kromong di Batavia bersama-sama dengan kelompok senimannya. Selanjutnya bermunculanlah berbagai komunitas Gambang di Semarang.[2] Kegiatan gambang Semarang periode pertama digawangi oleh beberapa pemain kelompok gambang kromong “Kedaung” yang melatih pemain baru yang berasal dari grup keroncong “Irama Indonesia”. Tahun 1942, gambang Semarang bubar dan berhenti untuk sementara waktu dikarenakan perang antara rakyat dengan Jepang. Tahun 1949, Cik Boen dari “Irama Indonesia” kembali mengaktifkan gambang Semarang. Di yang sama, The Lian Kian juga memulai kembali Gambang Semarang namun tidak bertahan lama. Tahun 1957 muncul generasi kedua dengan tokoh Yaw Tia Boen. Pada masa ini, terjadi kolaborasi Gambang Semarang dengan musik lain, seperti jazz, keroncong, dangdut dan lagu barat. Generasi ketiga terbentuk sekitar tahun 1974 dengan tokohnya Sunoto, Bah Kalud, dan Jayadi. Pada masa ini didirikan Paguyuban Gambang Semarang yang mendapat pengesahan dari Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng tahun 1979 sebagai kategori kesenian rakyat.[4]

Trivia

Lagu "Aksi Kucing" ciptaan Oey Yok Siang, musisi Gambang Semarang, dipopulerkan kembali pada tahun 2007 oleh band White Shoes.[5]

Referensi

  1. ^ Firdaus, Y. F. (26 April 2017). "Menelisik Asal Usul Gambang Semarang, Simbol Keberagaman Warga Kota". EIN Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-07. Diakses tanggal 4 Maret 2019. 
  2. ^ a b Sadtiti, Sri (1 Juli 2016). "Gambang Semarang: Sebuah Identitas Budaya Semarang yang Termarginalkan". Imajinasi : Jurnal Seni. 10 (2): 143–152. ISSN 2549-6697. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-18. Diakses tanggal 2019-03-04. 
  3. ^ Dais Dharmawan Paluseri, Shakti Adhima Putra, Hendra Surya Hutama, Mochtar Hidayat, and Ririn Arisa Putri. Penetapan Warisan Takbenda Indonesia Tahun 2018. Edited by Lien Dwiari Ratnawati. 2018.
  4. ^ Pujakesuma, Andi (15 Agustus 2018). "Kisah perjalanan Gambang Semarang, kesenian khas Kota Semarang". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-16. Diakses tanggal 16 Februari 2023. 
  5. ^ Ismayanto, Darma (6 September 2012). "Meong... Meong... Segala Zaman". Historia.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-24. Diakses tanggal 4 Maret 2019.