Akses menuju monumen ini dari bandara Adisucipto, Yogyakarta, yaitu dengan mengambil jalan ke arah selatan melalui jalan Janti. Kemudian menyusuri Jalan Ring Road Timur hingga ke Jalan Nasional III dan masuk Jalan Ring Road Selatan. Di perempatan besar kedua, ke arah kiri melalui Jalan Imogiri Barat dan di sebelah kiri akan ditemui gapuranya.[2]
Sejarah
Latar belakang
Monumen ini dibuat agar nilai-nilai perjuangan dari dua peristiwa yang terjadi pada tanggal 29 Juli1947, tetap dikenang dan terabadikan.[3]
Pada tanggal 25 Maret1947, Perjanjian Linggajati disepakati antara Indonesia dengan Belanda yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.[4] Namun pihak Belanda tidak menepati isi perjanjiannya, sehingga mereka menyatakan dimulainya Agresi Militer Belanda I atau yang dikenal juga dengan nama sandi Operatie Product dan Dr. Beel sebagai perdana menteri di Belanda diproklamirkan sebagai Politionele Actie (Aksi Polisionil) sebagai termaktub dalam harian Het Parool yang terbit pada tanggal 21 Juli1947 dengan tajuk 23 uur Javatijd: Nederland slat toe, DR. BEEL PROCLAMEERT : "POLTIONELE ACTIE". Harian Nieuwe Rotterdamsche Courant dalam terbitan dengan tanggal yang sama memuat berita dari Beel dengan tajuk : "Politiel optreden van onze troepen in indie".[5]
Pembangunan monumen ini diprakarsai oleh Kasau, Marsekal TNI R. Soerjadi Soerjadarma, di Desa Jatingarang, Kelurahan Taman yang berdekatan dengan Desa Ngoto, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Monumennya berbentuk tugu bercat putih setinggi 4,5 meter, berupa batang tubuh segi enam kerucut yang menopang lapik segi enam bersusun dua mengecil pada bagian atasnya. Pada bagian bawah tugu, khususnya di bagian depan, dipasang bahan granit yang bertuliskan nama-nama korban yang gugur dalam kejadian tersebut. Pada bagian atas dari tugu, diletakkan burung Garuda yang merentangkan sayapnya. Pada awal pendiriannya, area sekitar dikelilingi oleh pagar bambu, dan monumen tersebut diresmikan pada tanggal 1 Maret1948 dan diberi nama Monumen Ngoto atau Tugu Ngoto.[7]
Pemugaran pertama
Monumen ini mengalami dua kali pemugaran, yang pertama pada bulan Juli1981 saat Kasau dijabat oleh MarsekalTNIAshadi Tjahjadi. Pada saat itu pemugaran dilakukan dengan memperluas area sekitar monumen dan memugar tembok yang mengelilinginya sehingga keberadaannya menyatu. Pada saat itu juga dibangun prasasti yang bertuliskan peristiwa penembakan pesawat Dakota VT-CLA lengkap dengan ketiga tokoh TNI AU yang gugur, yang dibangun sebagai latar belakang dari tugu. Area sekitar juga dilengkapi dengan taman kecil, dan pagar bambu diganti menjadi pagar tembok yang kokoh. Peresmiannya dilaksanakan oleh Kasau yang dijabat oleh MarsekalTNIAshadi Tjahjadi.[7]
Pemugaran kedua
Pemugaran yang kedua dilakukan berdasarkan instruksi dari Kasau dijabat oleh MarsekalTNIHanafie Asnan. Pemugaran dilakukan dengan memperluas areanya menjadi 9.473 m2 yang meliputi : renovasi tugu, pembangunan relief, pembangunan plaza, lapangan upcara, pembangunan pringgitan, pembangunan area pemakaman, perkantoran dan fasilitas umum. Bersamaan dengan peresmian pemugaran tersebut dan berdasarkan Skep Kasau nomor Skep/78/VII/2000, tanggal 17 Juli2000, "Monumen Ngoto" diubah menjadi "Monumen Perjuangan TNI AU". Pemberian nama tersebut adalah agar para prajurit-prajurit TNI AU dapat mengambil teladan tentang semangat juang, semangat berbakti, pengorbanan dan kepahlawanan mereka. Peristiwa jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA pada tanggal 29 Juli1947 oleh TNI Angkatan Udara dijadikan momentum sebagai Hari Bhakti TNI Angkatan Udara, sehingga tanggal 29 Juli tiap tahunnya selalu diperingati.[7]
Pesawat Dakota VT-CLA milik perusahaan penerbangan India yang dicarter untuk mengangkut sumbangan obat-obatan untuk Palang Merah Indonesia, yang ditembak jatuh oleh dua pesawat pemburu Kitty Hawk Belanda saat akan mendarat di PU Maguwo.
Replika Ekor VT-CLA
Pada tahun 2006, area monumen dilengkapi dengan replika ekor pesawat Dakota VT-CLA atas prakarsa dari KasauMarsekal TNI Herman Prayitno. Replika tersebut diresmikan pada tanggal 28 Juli2006. Dengan penambahan replika tersebut, visualisasi dari peristiwa bersejarah tanggal 29 Juli1947 menjadi lengkap di monumen ini.[7]
Harnoko, Darto, dkk (2012). Riwayat Perjuangan Pahlawan-Pahlawan Salatiga dalam Mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia. Salatiga: Pemerintah Kota Salatiga Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan, dan Pariwisata. ISBN978-602-1797-30-3.
M. Tarigan, M.Si., Kolonel Sus. Dra. Lisa (2015). Monumen TNI Angkatan Udara (Revisi I). Jakarta: Sub Dinas Sejarah - Dinas Penerangan TNI AU.Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
Supangkat, Eddy (2012). Salatiga: Sketsa Kota Lama. Salatiga: Griya Media. ISBN978-979-7290-68-9.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Suryadarma, Adityawarman (2017). Bapak Angkatan Udara Suryadi Suryadarma. Jakarta: Kompas Media Nusantara. ISBN978-602-412-177-8.Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)