Kompas TV
Kompas TV adalah salah satu jaringan televisi swasta nasional di Indonesia yang berfokus pada konten berita.[4][5] Kompas TV dimiliki oleh KG Media, anak usaha Kompas Gramedia. Diluncurkan awalnya sebagai penyedia konten dengan acara-acara berbasis hiburan pada 9 September 2011, perlahan-lahan statusnya berubah menjadi sebuah jaringan televisi, dan sejak 2016 acaranya menjadi berbasis berita sampai saat ini. Nama Kompas TV diambil dari surat kabar papan atas yang dimiliki oleh Kompas Gramedia, yaitu harian Kompas. SejarahLatar belakangKeterlibatan Kompas Gramedia dalam industri penyiaran televisi telah dimulai sejak tahun 1996; saat harian Kompas membantu Indosiar dalam peliputan berita yang disiarkan dalam acara Fokus melalui 30% saham di perusahaan patungan PT Indomedia Wartatama.[6] Kerjasama tersebut berakhir saat perusahaan tersebut dibubarkan pada tahun 1999. Bahkan, Kompas Gramedia sendiri sesungguhnya sudah memiliki niat untuk mendirikan televisi swasta miliknya sendiri sejak 1970-an.[7] Namun, baru setelah Reformasi bergulir, Kompas Gramedia bisa mewujudkan keinginannya dengan mendirikan jaringan televisi baru bernama TV7 di tahun 2001. Sejak saham TV7 dibeli oleh pihak Trans Corp yang berdiri di bawah kepemimpinan Chairul Tanjung pada tahun 2006, nama TV7 diganti menjadi Trans7. Saham Kompas Gramedia terhadap Trans7 menurun menjadi hampir setengah dari Trans Corp. Kekurangberhasilan Kompas Gramedia dalam mengelola TV7 rupanya tidak menjadikan konglomerasi media ini "jera" masuk ke industri penyiaran televisi. Mereka rupanya menyadari, bahwa bisnis media cetak yang menjadi andalan mereka selama ini tidak bisa terus diandalkan di masa depan, ditambah "rasa menyesal" karena kurang siap dan sabar dalam mengelola televisi sendiri.[8][9] Maka, pada tahun 2008, Kompas Gramedia mendirikan sebuah perusahaan bernama PT Gramedia Media Nusantara yang awalnya akan disiapkan sebagai televisi berjaringan baru bernama Kompas Gramedia Televisi (KGTV) Network.[10][11] KGTV kemudian mulai menunjukkan kinerjanya dengan memproduksi beberapa acara bersama televisi lain.[12] Rencana pendirian perusahaan penyiaran tersebut kemudian baru terealisasi pada 2011, dengan nama baru yaitu Kompas TV dan statusnya berubah menjadi penyedia konten (content provider) bagi sejumlah stasiun televisi lokal di berbagai daerah Indonesia. Nama "Kompas TV" awalnya digunakan oleh bagian Kompas.com yang berisi video-video berita/informasi ataupun menyiarkan peristiwa/acara secara langsung, yang bisa dikatakan sebagai "cikal-bakal" pendirian jaringan televisi ini.[13][14] Saat itu, Kompas TV dikonsepkan sebagai televisi yang bersifat "inspiratif, menghibur dan acaranya berkualitas".[15] Pasarnya ditargetkan sebesar 6% dari segala jenis penonton.[16] Dalam persiapan siaran Kompas TV, telah dibangun gedung lima lantai yang diresmikan pada 14 Juli 2011[17] dan studio berita yang diresmikan pada 6 September 2011.[18] Karyawannya berasal baik dari rekrutan baru maupun jurnalis harian Kompas.[19] Awal siaranPada tanggal 1 Agustus hingga 8 September 2011, Kompas TV memulai siaran percobaan bersamaan dengan stasiun induknya KTV selama 19 jam setiap hari mulai pukul 05.00 hingga 00.00 WIB, yang kemudian diperluas ke 8 stasiun televisi (Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Solo, Yogyakarta & Makassar) di sejumlah daerah pada 30 Agustus 2011.[20] Selanjutnya, pada tanggal 9 September 2011, Kompas TV resmi diluncurkan dalam acara Simfoni Semesta Raya yang disiarkan oleh beberapa televisi lokal daerah jaringannya. Jakob Oetama mengungkapkan harapannya dalam peluncuran itu agar Kompas TV dapat "mencerahkan bangsa dan memperkaya manusia".[21] Walaupun demikian, kehadiran Kompas TV awalnya tidak mulus, karena menuai protes dari Komisi Penyiaran Indonesia (lihat #Kontroversi), sehingga pada tanggal 11 September 2011, Kompas TV mengubah logonya dengan menghilangkan tulisan "TV" pada logo tersebut. Namun, pada akhirnya tulisan tersebut kembali digunakan mulai 5 Oktober 2012 hingga 19 Oktober 2017. Kompas TV merupakan salah satu jaringan televisi pertama di Indonesia yang mengadopsi kualitas gambar beresolusi tinggi (High Definition), yang dahulu dinamakan Kompas HD. Kehadiran Kompas TV di Jabodetabek awalnya menggandeng salah satu televisi lokal asal Banten bernama KTV yang bersiaran di 28 UHF. Namun, pada saat itu, KTV mendapat izin siaran di Serang, sedangkan siarannya dipancarkan dari Tangerang, sehingga sejak 19 Desember 2011, pemerintah memaksa KTV memindahkan pemancarnya.[22] Akibatnya, KTV (dan Kompas TV) sempat tidak bisa dinikmati di Jakarta, hingga akhirnya mendapat izin dan mengudara kembali pada 22 Juni 2012.[23][24] Syukuran atas kembali mengudaranya tersebut diadakan pada 28 Juni 2012 (menyamai hari lahir harian Kompas), dan tanggal itu sempat dijadikan hari jadi Kompas TV selama beberapa waktu[25][26] sebelum akhirnya kembali ke 9 September beberapa tahun kemudian.[27] Demi mencegah hal tersebut terulang, di tahun 2014,[28] Kompas TV mengambilalih suatu stasiun televisi lokal asal Bogor bernama TV Plus! yang bersiaran di 25 UHF. Badan hukum TV Plus! (PT Cipta Megaswara Televisi) kemudian dijadikan sebagai pengelola dari Kompas TV dan induk dari jaringannya di seluruh Indonesia (sebelumnya, juga dilakukan upaya pembentukan badan hukum/usaha baru dengan nama PT Kompas TV Media Televisi dan mengurus izinnya, tetapi tidak terealisasi dan kemudian dijadikan badan hukum stasiun anggotanya di Gorontalo).[29][30] Sebenarnya, Kompas TV sejak 2012 secara formal telah mengadopsi sistem stasiun jaringan (lewat Kepmenkominfo No. 194/KEP/M.KOMINFO/04/2012 tanggal 9 April 2012), namun pada saat itu induknya ada di TVB (kini Kompas TV Jawa Tengah) yang berbasis di Semarang.[31] Pada 28 Juni 2015, siaran Kompas TV di Jakarta resmi berpindah ke 25 UHF, sedangkan TV Plus! kembali mengganti namanya menjadi MGSTV yang bersiaran di kanal baru 32 UHF.[32][33] Dengan perpindahan frekuensi ini, diharapkan terjadi peningkatan kualitas siaran, sehingga Kompas TV bisa menaikkan rating-nya.[34] Sementara itu, berbeda dari KTV yang kemudian dipisahkan operasionalnya dan susunan acaranya, perlahan-lahan sejak 2014, anggota jaringan Kompas TV (kecuali RBTV di Yogyakarta) diubah namanya menjadi Kompas TV + nama daerah (seperti Kompas TV Surabaya dari sebelumnya BCTV), mengisyaratkan perubahannya menjadi sebuah jaringan televisi nasional dari sebelumnya yang hanya content provider.[35] Diperkirakan, pada 2016, terdapat 30 stasiun televisi lokal yang menjadi anggota jaringan Kompas TV.[36] Awalnya, program Kompas TV lebih menekankan acara-acara hiburan, terutama yang bersifat mendidik dan melokal yang dirintis salah satunya oleh Indra Yudhistira. Karena itulah, tidak seperti jaringan atau stasiun televisi lainnya yang banyak berbasis sinetron, program di jaringan ini didominasi oleh acara dokumenter, gelar wicara, edutainment, kuis, dan lainnya. Walaupun demikian, Kompas TV juga memiliki porsi penayangan acara berita yang jauh lebih banyak dibanding jaringan televisi lain yang berbasis hiburan pada saat itu. Tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dari acara-acara tersebut, Kompas TV kemudian mencoba penayangan acara lain, seperti olahraga. Tercatat, pada tahun 2013, Kompas TV memegang hak siar Bundesliga (hanya musim 2013-2015) dan Serie A 2014–2015 lewat kerjasama dengan beIN Sports. Kompas TV juga pernah menayangkan ajang balap mobil Formula Satu (hanya musim 2012 dan 2013) lewat kerjasama Fox Sports dan hak siar kompetisi/turnamen olahraga lainnya seperti bulutangkis (di bawah bendera House of Badminton), voli, dan lain-lain. Pada bulan Agustus 2022. Kompas TV memperoleh hak siar DFB Pokal musim. 2022-2023 hingga 2025-2026. Pada bulan Januari 2025. Kompas TV memperoleh hak siar Eredivisie musim 2025-2026 hingga 2027-2028. sebelumnya di TVRI Sport dan Mola hanya musim 2023-2024 saja. Penegasan sebagai televisi beritaMemasuki Juli 2015 (setelah perpindahan frekuensi),[37] di bawah Rosiana Silalahi, Kompas TV perlahan-lahan mengubah pemrogramannya ke arah penayangan acara berbasis informasi dan berita, ditambah mengurangi acara hiburan. Pada akhirnya, di tanggal 28 Januari 2016, Kompas TV berfokus menjadi media berita dalam perhelatan Suara Indonesia sampai saat ini.[24][38][39] Perubahan ini didasari karena selama ini publik sudah kadung mengenal "Kompas" sebagai nama surat kabar (sumber berita), ditambah upaya sinergi bersama harian Kompas dan Kompas.com. Untuk memperkuat branding tersebut, pada 19 Oktober 2017, Kompas TV juga mengubah logonya dengan menghilangkan ikon "K" pada logo tersebut (sehingga mirip dengan harian Kompas) dan slogannya juga berganti menjadi "Independen | Terpercaya".[40] Ide penghilangan ikon "K" tersebut sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2016, tetapi baru terealisasi setahun kemudian.[41] Walaupun sudah menjadi televisi berita, Kompas TV tetap menayangkan beberapa acara hiburan, seperti Stand up Comedy Indonesia dan sejumlah program olahraga. Pada tanggal 29 Juli 2018, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Kompas TV menjadi televisi nasional pertama yang menayangkan cabang olahraga elektronik secara gratis di Indonesia lewat siaran langsung Grand Final turnamen Mobile Legends Southeast Asia Cup 2018. Lalu, melalui kerjasama dengan Fox Sports dan Mola TV, Kompas TV akan menayangkan ajang balap motor internasional yaitu Kejuaraan Dunia Superbike mulai musim 2020 dan hanya menayangkan sesi balapan kedua saja. IdentitasLogoLogo pertama Kompas TV terdiri dari ikon "K" warna-warni dan tulisan "KOMPASTV" di sampingnya. Logo ikon "K" berwarna-warni (9 warna) tersebut menggambarkan unsur-unsur darat, laut, udara, dan makhluk hidup yang ada di bumi Indonesia, secara spesifiknya unsur tropis seperti laut, langit, kayu, hutan, dan lainnya atau ke-Bhinneka Tunggal Ika-an Indonesia yang begitu beragam namun bersatu dan terintegrasi secara harmoni. Komponen warna-warna tersebut berbentuk segitiga yang mengartikan energi, kekuatan, keseimbangan, hukum, ilmu pasti, agama dan dinamis. Bentuk segitiga berwarna ini terintegrasi dalam bentuk mirip huruf K, inisial dari Kompas, melambangkan integrasi keragaman dan keutuhan sebagai Inspirasi Indonesia. Nama "Kompas" juga mencerminkan brand parent-nya, harian Kompas yang merefleksikan tradisi jurnalisme yang kuat.[42] Sejak 19 Oktober 2017, Kompas TV telah menanggalkan logo lamanya dan menggunakan logo baru yang lebih sederhana, dipadukan dengan slogan "Independen | Terpercaya". Logo baru ini dibuat dengan tujuan bahwa Kompas TV dengan nama besar Kompas di dalamnya ingin menunjukkan citra sebagai televisi berita yang tergolong baru dengan tampilan yang lebih segar namun tetap terjaga independensinya serta dapat dipercaya masyarakat. Logo tersebut secara garis besar berbentuk persegi panjang dengan dua unsur warna yaitu biru dan merah dengan tulisan merek yang tertulis dengan tegas disertai dengan tagline yang menyatu di bawahnya, dengan makna berikut:
Slogan
AcaraSebagian besar acara Kompas TV adalah acara-acara berita dan faktual, dengan sedikit sisanya adalah acara hiburan. Kompas adalah acara berita induk Kompas TV, yang terdiri dari beragam acara dari pagi hingga malam hari. Sapa Indonesia merupakan acara gelar wicara andalan yang tayang di pagi, siang dan malam hari. Acara hiburan di Kompas TV di antaranya audisi Stand Up Comedy Indonesia dan Kata Kita. PenyiarJaringan siaranJaringan terestrialKompas TV mulai mengudara secara luas pada tanggal 9 September 2011 melalui jaringan televisi lokal di daerah. Siaran stasiun televisi lokal tersebut terdiri dari 70% siaran yang direlay dari Kompas TV dan sisa 30%-nya merupakan siaran yang dikelola sendiri. Pada awalnya, Kompas TV menggandeng 9 televisi lokal, yaitu KTV (Jakarta), STV (Bandung), TVB (Semarang), BCTV (Surabaya), MOS TV (Palembang), Khatulistiwa TV (Pontianak), ATV (Malang), Makassar TV (Makassar), dan Dewata TV (Denpasar).[43] Direncanakan, kota-kota besar lain akan menyusul kemudian. Bahkan, sebagian besar kota sudah siap menyiarkan jaringan Kompas TV dengan membangun stasiun pemancar dan dalam tahap siaran percobaan, seperti di Yogyakarta, Purwokerto, Cirebon, dan kota-kota besar lain yang memiliki jaringan Kompas Gramedia atau disesuaikan dengan terbitnya koran Kompas di seluruh Indonesia. Seiring waktu, Kompas TV berhasil memperluas jangkauannya hingga ke seluruh Nusantara, dan tercatat kini telah mengudara dari Sabang sampai Merauke. Menurut data Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo), Kompas TV saat ini disiarkan melalui 36 stasiun televisi yang dimiliki oleh 29 perusahaan (termasuk stasiun dan perusahaan induknya),[30] dan menjangkau 29 dari 38 provinsi di Indonesia. Berikut ini adalah transmisi Kompas TV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari IPP Kemenkominfo.[30]
Satelit dan kabelSejak awal berdirinya, Kompas TV juga dapat disaksikan di televisi berlangganan (tanpa siaran lokal) berikut: Kompas TV dapat juga disaksikan secara siaran gratis melalui parabola di satelit Telkom-4. ManajemenDaftar direktur utama
Direksi saat ini
Komisaris saat ini
KontroversiKehadiran Kompas TV dipersoalkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melalui siaran pers tanggal 7 September 2011. Dalam siaran pers tersebut, KPI menilai Kompas TV belum memiliki izin sebagai lembaga penyiaran sehingga belum dapat mengatasnamakan diri sebagai badan hukum lembaga penyiaran. KPI juga berpendapat bahwa praktik sistem siaran berjaringan hanya dapat dilakukan pada sesama lembaga penyiaran yang telah memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) tetap, sementara Kompas TV bersiaran melalui sejumlah stasiun televisi lokal yang sebagian besar hanya memiliki IPP prinsip. Logo Kompas TV pada layar televisi di sejumlah stasiun televisi lokal juga dinilai menyembunyikan/mengaburkan/memperkecil identitas atau logo stasiun televisi lokal tersebut, tidak sesuai dengan eksistensi dari stasiun televisi lokal tersebut yang telah cukup lama menempuh proses perizinan dengan semangat lokal yang perlu didorong.[46][47] Kompas TV menanggapi siaran pers KPI tersebut dengan menegaskan bahwa Kompas TV hanya merupakan penyedia konten, sehingga yang memerlukan izin siaran adalah stasiun televisi lokal yang menjadi mitra siaran berjaringan di daerah.[48] Isu pengambilalihan kepemilikan saham Dewata TV oleh Kompas TV membuat pihak KPID Bali mulai mengambil tindakan. Namun, itu tidak terbukti. Hanya saja, beberapa program Dewata TV mengalami penghapusan dan hanya disiarkan di jam-jam tertentu saja.[49] Namun, penayangan Kompas TV di Dewata TV membuat Dewata TV harus mengganti Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) dari status IPP prinsip yang hanya boleh dimiliki oleh stasiun televisi lokal Independen, menjadi IPP tetap.[50] Referensi
Pranala luar |