Gaplek (dari bahasa Jawa: gaplèk)[1] adalah ubi kayu (singkong) yang telah dikupas dan dikeringkan (dijemur).[2] Karena kering, gaplek lebih awet untuk disimpan dalam jangka waktu lama daripada singkong segar, dan karenanya acap digunakan sebagai sumber bahan pangan pokok di wilayah-wilayah yang sulit ditanami padi.[3]:90 Biasanya pengeringan gaplek ini dilakukan melalui penjemuran di bawah sinar matahari, sehingga sering ditumbuhi kapang atau jamur sebelum gapleknya kering benar, dan menjadikan gaplek berwarna kekuningan atau kehitaman.[4]:27
Cara pembuatan
Proses pembuatan gaplek dari singkong segar adalah kurang-lebih sbb.:[5]:4,[6]:4
Singkong dikupas, dibuang kulitnya, dan dicuci bersih
Setelah bersih, singkong dibelah dua atau, jika berukuran kecil, dibiarkan berbentuk gelondongan
Keping-keping singkong ini lalu dijemur di bawah terik matahari selama 2 hari
Setelah itu kepingan singkong ditutup tikar dan diembunkan selama sehari dua malam
Pada hari ke-4 dan seterusnya kepingan singkong dijemur hingga kering dan keras, menjadi gaplek.
Setelah kering, gaplek dapat disimpan di tempat yang sejuk dan kering, atau diolah menjadi tepung gaplek. Jika cukup kering, gaplek relatif tidak terpengaruh oleh hama dalam penyimpanannya.
Akan tetapi gaplek yang disimpan terlalu lama dapat ditumbuhi jamur Aspergillus flavus dan terkena cemaran aflatoksin. Meskipun demikian, sepanjang waktu penyimpanannya tidak melebihi 9 bulan, kandungan aflatoksin pada gaplek masih berada di bawah ambang batas yang membahayakan kesehatan manusia.[7]
Pemanfaatan dan kandungan gizi
Tepung gaplek selanjutnya bisa dijadikan bahan baku pembuatan tiwul,[6]:4 growol, gogik dan gatot,[3]:93 mie lethek,[8] dan juga kerupuk.[9]
Adapun kandungan gizi tepung gaplek (per 100 g BDD/Berat Dapat Dimakan) adalah sbb.:[10]
^ abMuslikah, S. & C.A.N. Afifah. (2013) "Etnografi pangan pokok gaplek pada masyarakat Desa Joho, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung". Jurnal Tata Boga, Vol. 2(1): 90-95 (2013).
^Yulineri, T., R. Hardiningsih, & Suciatmih. (1997). "Keberadaan kapang pada gaplek: pengaruh terhadap kualitas dan daya simpan". Berita Biologi, Vol. 4(1): 27-33, Januari 1997.
^Saidin, S., & Muhilal. (1985). "Pengaruh lama dan cara penyimpanan terhadap perkembangan kandungan aflatoksin pada gaplek di rumah tangga". Penelitian Gizi dan Makanan, Vol. 8: 37-45