Sate Ponorogo (bahasa Jawa: ꦱꦠꦺꦥꦤꦫꦒ, translit. Saté Panaraga) adalah jenis sate yang berasal dari kota Ponorogo, Jawa Timur. Kata "sate" berasal dari bahasa Jawa dialek Ponorogo, yakni Sak Biting (dibaca Sak Beteng) yang berarti satu tusuk, biting adalah lidi. Oleh karena itu, sate Ponorogo menggunakan lidi sebagai tusuknya.
Awal Mula
Sate telah menjadi salah satu makanan masyarakat Ponorogo sejak zaman Wengker. Makanan ini baru diketahui oleh Batoro Katong selaku Bupati Ponorogo pertama pada abad ke-15 setelah menaklukkan Wengker menjadi Ponorogo. Sate telah menjadi makanan para warok, sehingga usia makanan sate bisa lebih tua sejak diketahui oleh Batoro Katong.
Penyajian
Seperti halnya Sate Madura, sate Ponorogo juga menggunakan daging ayam sebagai bahan utamanya. Namun, terdapat hal yang membedakan antara sate Ponorogo deangn sate Madura, yaitu cara memotong daging ayamnya. Daging ayam sate Ponororgo tidak dipotong menyerupai dadu, tetapi dipotong dengan cara memfilet yaitu memotong tipis daging ayam.[1] Oleh karena itu, daging yang dihasilkan tipis dan bebas lemak. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu atau dibacem agar bumbu meresap ke dalam daging.
Setelah bumbunya merata, sate dipanggang selama kurang lebih 3-5 menit. Alat pemanggang sate Ponorogo terbuat dari tungku yang terbuat dari tanah liat. Sate beberapa kali dicelupkan atau dioles bumbu selama proses pemanggangan. Setelah matang, sate dilumuri dengan bumbu kacang.
Gang Sate di Ponorogo
Di Ponorogo terdapat sentra sate terbesar di dunia yang berada di Gang Sate yang terletak di Jalan Lawu, Gang 1, Ponorogo. Disebut demikian karena dalam gang tersebut banyak masyarakat penjual sate Ponorogo dalam per harinya para penjual sate Ponorogo di Gang Sate ini bila dijumlahkan tusuknya yang dijual mencapai ratusan ribu tusuk sate. Selain itu, penjual sate Ponorogo juga dilakukan dengan cara berkeliling dengan membawa pikulan.
Pengembangan
Sate Ponorogo telah mengalami perkembangan salah satunya dengan dipadukannya sate ayam dengan gulai kambing sehingga disebut sebagai sate gulai.[2][3]