Bingka adalah kue yang menjadi ciri khas Suku Banjar, Kalimantan Selatan. Bingka memiliki citarasa yang manis, legit dan lembut.[1] Bingka merupakan salah satu kue yang digunakan dalam tradisi suku Banjar untuk menyajikan 41 jenis kue untuk acara-acara istimewa seperti pernikahan ataupun selamatan. Meskipun dapat ditemukan sepanjang tahun, bingka menjadi primadona pada bulan Ramadan karena dianggap cocok menjadi hidangan untuk berbuka puasa.[1][2]
Bingka dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut: tepung terigu, telur, santan, gula pasir, dan garam. Sebagai kelaziman, bingka dipanggang dengan cetakan berbentuk bunga. Ada bermacam-macam perisa bingka seperti bingka tapai ketan, bingka kentang, bingka labu, bingka pandan, bingka kelapa dan lain sebagainya. Selain itu, ada jenis bingka lain yang menjadi favorit orang Banjar dalam bulan puasa, yaitu "bingka barandam" yang sebenarnya agak berbeda cara pembuatannya.[3][4] Satu loyang bingka biasanya sudah cukup mengenyangkan dan dapat dinikmati sampai dengan enam orang.[2]
Selain menjadi kue khas Suku Banjar, bingka juga terkenal di provinsi-provinsi tetangga seperti Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, dan mempunyai kemiripan dengan kue bingke yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Bingka Banjar tidak hanya dikenal didalam negeri namun juga di mancanegara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.[2] Di Filipina selatan, sejenis kue ini disebut Bibingka.
Variasi
Bingka Tapai Ketan
Bingka tapai adalah salah satu modifikasi rasa dari bingka[5] yang menggunakan tambahan tape ketan. Adapun tape ketan yang digunakan adalah tape ketan yang berwarna hijau sehingga menghasilkan bingka yang berwarna hijau juga.[6] Bingka tapai bisa dimasak dengan cara dikukus atau dibakar. Bingka tape yang dipanggang akan menghasilkan warna bingka cokelat berkilau.
Bingka Gula Merah
Bingka gula merah adalah salah satu modifikasi bingka yang menggunakan bahan gula merah. Camilan ini berbahan dasar gula merah dan santan. Biasanya dibuat ketika ada acara arisan atau acara khusus lainnya. Bingka gula merah dibuat dengan cara dipanggang sehingga menghasilkan warna kecoklatan.[7]
^Seman, Syamsiar (2009). Wadai Banjar 41 Macam. Banjarmasin: Lembaga Pendidikan Banua. hlm. 51. ISBN978-602-96540-6-0 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan).Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)