Menurut para tetua di kota Solo hanya para bangsawan dan orang-orang Belanda saja yang bisa menikmati masakan daging kambing. Hanya kepala, kaki, dan tulang saja yang tersisa untuk pekerja dan tukang masak. Para juru masak pada waktu itu tak kurang akal, maka dimasaklah tulang-tulang itu yang tentunya masih menempel sedikit daging. Masakan ini berasal dari Boyolali lebih tepatnya Kraton Pengging. Hal ini bisa dibuktikan dengan citasara olahan kambing dari daerah Pengging rasanya paling enak dan otentik. Hal ini dimungkinkan terjadi karena daerah kasunanan surakarta menjadi sebuah kota yang ramai kala itu, sehingga banyak orang - orang dari wilayah Pengging, Boyolali yang menjajakan sajian olahan kambing di wilayah solo. Sama halnya seperti angkringan dari Bayat, Klaten tapi lebih dikenal sebagai khas Jogja. Bentuk fisik dari tengkleng hampir mirip dengan gulai kambing, tetapi kuahnya lebih encer ada juga tengkleng dengan sedikit kuah.
1 Masuk ke dalam Daftar Benda Cagar Budaya yang Dilindungi Pemerintah Kota Surakarta, 2 Dicoret dari daftar karena usia pembangunan kurang dari 50 tahun Portal Surakarta ·Wikipedia:Buku/Surakarta