Museum Batik Danar Hadi
House of Danar Hadi (disingkat HDH) (bahasa Jawa: ꦩꦸꦱꦾꦶꦪꦸꦩ꧀ꦧꦛꦶꦏ꧀ꦢꦤꦂꦲꦝꦶ, translit. Musyium Bathik Danar Hadhi) adalah sebuah kompleks wisata heritage terpadu tentang batik yang terletak di kota Solo di Jawa Tengah. HDH didirikan oleh perusahaan batik asal Solo PT Batik Danar Hadi pada tahun 2008 dan mengkhususkan Batik beserta aspek-aspek budayanya sebagai objek wisata utamanya. Masyarakat umum yang akan mengunjungi Museum Batik Danar Hadi akan dikenakan biaya sebesar Rp.35000. Adapun bagi pengunjung yang berstatus pelajar dikenakan tarif sebesar Rp15000[1]. Sejarah BangunanHDH terletak di dalam sebuah kompleks bangunan kuno yang merupakan cagar budaya, bangunan utama di dalam HDH adalah Ndalem Wuryaningratan. Bangunan ini dulunya adalah kediaman seorang pangeran, cucu dari Raja Solo (Kasunanan Surakarta) Sri Susuhunan Pakubuwono IX dan menantu dari Sri Susuhunan Pakubuwono X yang bernama KRMTA Wuryaningrat[2]. Selain sebagai seorang bangsawan Raden Wuryaningrat juga turut membantu perjuangan kemerdekaan dengan bergabung dengan gerakan Boedi Oetomo, Raden Wuryaningrat juga pernah menjabat sebagai ketua Parindra (Partai Indonesia Raya) dan anggota BPUPKI dari Solo. Bangunan ini dibangun pada akhir abad ke 19 dengan gaya arsitektur unik yang merupakan kombinasi Jawa-Eropa pada zaman patih dalem Sosrodiningrat IV (Perdana Menteri Kasunanan Surakarta dan ayah dari Raden Wuryaningrat). Seiring dengan berjalannya waktu bangunan ini menjadi terbengkalai dan dipenuhi dengan rumput ilalang, sampai akhirnya dibeli PT Danar Hadi pada tahun 1999 dan direnovasi. Sekarang bangunan ini diubah menjadi multipurpose function hall. HDH ditetapkan sebagai tujuan pariwisata di Kota Surakarta dan diresmikan pada tanggal 22 Agustus 2008 oleh Ir. Jero Wacik S.E., selaku Menteri Pariwisata dan Kebudayaan RI.[2] Museum Batik KunoDi samping Ndalem Wuryaningratan terdapat juga sebuah Museum batik kuno yang dinamakan Museum Batik Kuno Danar Hadi. Museum ini adalah objek wisata utama di kompleks HDH dan telah dibuka terlebih dahulu pada tahun 2002[2] oleh Wapres Megawati Soekarnoputri. Museum Batik Danar Hadi terdiri dari beberapa ruang. Pada ruang pertama berisi penjelasan tentang makna dan arti filosofis dari tiap corak Batik Keraton, baik berupa pola batik Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran dan Pura Pakualaman. Ruangan kedua berisi koleksi pola batik buatan H. Santosa Doellah selaku pendiri Batik Danar Hadi, serta batik buatan pendahulunya seperti H. Bakri, H. Hadiprijana, dan R. H. S. Wongsodinomo[3]. Museum ini menyimpan koleksi kain batik yang diakui oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak. Kain batik yang dipajang di museum ini berasal dari periode dan pengaruh kultur serta lingkungan yang berbeda-beda. Salah satu koleksi terpenting di museum ini adalah koleksi batik belanda, yaitu batik yang dipengaruhi oleh budaya Eropa dan dibuat oleh orang-orang Belanda yang menetap di Indonesia pada zaman kolonial.[3] Batik yang ditampilkan di museum ini tidak hanya berupa kain, namun juga berupa jarik, kemben, selendang, sarung, ikat kepala, dan dhodhot atau kampuh. Koleksi batik yang ditampilkan dalam museum ini tidak hanya berupa koleksi kuno, namun juga mencakup hasil kreasi dan inovasi baru yang ingin dipromosikan.[1] Workshop batikDi belakang Museum terdapat kompleks pabrik batik tulis dan cap yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan. Pada kompleks ini pengunjung dapat mempelajari langsung alat, bahan, serta proses pembuatan batik[3] Showroom batikPada bangunan showroom batik ditampilkan produk-produk hasil karya ekslusif dari workshop batik Danar Hadi. Pengunjung dapat mengapresiasikan batik sebagai gaya hidup masa kini secara langsung di bangunan showroom ini.[2] SogaDi samping museum terdapat juga Cafe Soga, sebuah kafe yang menyajikan tawaran kuliner yang beragam. Pranala luar
Referensi
|