Museum Samudra Pasai terdapat di Desa Beuringen, kecamatan Samudera, Aceh Utara yang sudah difungsikan sejak bulan Juni tahun 2017, museum ini memamerkan hasil koleksi sekitaran 250 benda yang bersejarah pada masa Kerajaan Samudera Pasai.[1] Museum ini dibangun secara bertahap dari tahun 2011 hingga 2016 dengan menggunakan Dana Otonomi Khusus Kabupaten Aceh Utara. Museum ini memiliki luas tapak sekitar 500 meter persegi dan merupakan bangunan permanen berlantai dua.
Museum Islam Samudra Pasai memiliki visi sebagai sarana informasi, edukasi, dan relaksasi. Misi museum ini meliputi beberapa tujuan utama. Pertama, mewujudkan fungsi museum sebagai sarana pelestarian cagar budaya. Kedua, menjadikan Museum Islam Samudra Pasai sebagai pusat penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan nilai-nilai positif yang terkandung dalam tinggalan budaya Samudra Pasai. Ketiga, mengoptimalkan museum sebagai salah satu pilar sumber pengembangan dan pemanfaatan potensi cagar budaya dalam berbagai bidang seperti pariwisata, kreativitas seni, pengajaran, dan lain sebagainya melalui kegiatan interaktif dan edukatif yang berkesinambungan.[2]
Informasi selengkapnya
Museum ini memiliki luas 2850 meter persegi dan merupakan bagian dari Kompleks Monumen Islam Samudra Pasai yang mencakup total luas 7,5 hektar. Pengunjung dapat mencapai museum ini melalui Jalan Nasional Banda Aceh Medan dan Jalan Malikussaleh, yang terletak sekitar 5 kilometer dari pusat perdagangan di kota Geudong. Lokasi museum ini dekat dengan area pemakaman Sultan Al Malik As Shalih, pendiri Kerajaan Islam Samudra Pasai yang dikenal di Asia Tenggara pada masa itu.[3]
Museum tersebut merupakan aset milik Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara.[4] Koleksi yang dipamerkan di museum mencakup berbagai jenis, seperti koleksi Filologika (ilmu tentang bahasa dan tulisan), Historika (sejarah), Numismatika (koleksi uang kuno), Etnografika (budaya dan kehidupan masyarakat), serta Seni Rupa (karya seni visual).[5]
Desain museum ini bergaya kubah, yang meniru gaya bangunan abad ke-13 Masehi. Pada abad tersebut, di Asia Tenggara, berdiri sebuah struktur pemerintahan Islam yang dikenal sebagai Bandar Sumatra atau Kerajaan Islam Samudra Pasai. Selain kubah, bangunan museum ini juga dihiasi dengan replika lentera yang terdapat pada setiap tiang pagar dan motif di beberapa dinding museum. Ornamen lentera adalah ciri khas Islam Samudra Pasai yang ditemukan di beberapa makam, termasuk makam Sultanah Nahrasyiah, seorang ratu yang memerintah pada periode ketiga Kerajaan Islam Samudra Pasai. Bukti arkeologis ini menginspirasi arsitek museum untuk mengintegrasikan bentuk lentera dalam desain bangunan. Sejumlah sejarawan menyatakan bahwa misykah/lentera berarti cahaya, istilah yang merujuk pada ulama dan pemimpin Islam.[3]
Koleksi Museum
Museum memiliki koleksi yang beragam, mencakup nilai berbagai artefak yang menggambarkan kehidupan sosial, budaya, dan keagamaan masyarakat Aceh pada masa lalu. Beberapa koleksi utama museum ini antara lain:
[6]Naskah Kuno: Museum ini menyimpan beberapa naskah kuno yang ditulis dalam bahasa Arab dan Jawi. Naskah-naskah ini berisi teks-teks keagamaan (1.050 buku, 50 kitab dan 20 hikayat perang Sabil), kitab huruf arab jawi ditulis oleh Tengku Chik Awe Geutah, hukum Islam, dan sejarah Kesultanan Samudera Pasai.
Senjata Tradisional: Koleksi senjata tradisional Aceh, seperti rencong, pedang, dan tombak, yang digunakan oleh prajurit Kesultanan Samudera Pasai dalam peperangan.
Keramik dan Peralatan Rumah Tangga: Berbagai jenis keramik dan peralatan rumah tangga yang digunakan oleh masyarakat Aceh pada masa lalu, menunjukkan perkembangan seni dan kerajinan tangan di wilayah ini.
Pakaian Adat: Pakaian adat yang dikenakan oleh bangsawan dan rakyat Aceh, mencerminkan keanekaragaman budaya dan tradisi Aceh.
Artefak Arkeologi: Berbagai artefak arkeologi yang ditemukan di situs-situs bersejarah di sekitar Aceh Utara, termasuk perhiasan, alat musik, dan barang-barang sehari-hari.
Keunikan Museum
Museum tersebut menampilkan sekitar 340 koleksi benda bersejarah, termasuk koleksi historika, filologi, keramologika, dan lainnya.[7] Koleksi yang dipamerkan di museum ini tidak biasa ditemukan di museum lain. Museum ini menjadi salah satu destinasi utama wisata bagi pengunjung yang berkunjung ke Kabupaten Aceh Utara. Selain sebagai tempat rekreasi, museum ini juga berfungsi sebagai destinasi wisata edukatif. Museum ini cocok untuk dikunjungi bersama keluarga, terutama untuk memperkenalkan sejarah Islam Samudra Pasai kepada anak-anak. Selain koleksi yang lengkap, pemandangan di sekitar museum juga merupakan wilayah pariwisata sehingga menjadi pilihan bagi para pelajar, guru, mahasiswa, peneliti, dan keluarga untuk mengunjungi museum ini. Lokasi museum yang dekat dengan pusat kota menjadi kemudahan akses bagi pengunjung.
Sungai Krueng Cunda merupakan salah satu objek wisata yang terletak tidak jauh dari Museum Islam Samudra Pasai. Sungai ini menawarkan pemandangan yang berbeda dari sungai lainnya dengan air yang asin dan jernih, serta dihiasi oleh berbagai tanaman laut di sekitarnya.[8]
Waduk Jeuleukat adalah objek wisata yang berjarak dekat dengan museum. Waduk ini menawarkan pemandangan yang sejuk dan asri. Pengunjung sering datang ke sini untuk berlibur dan bersantai bersama keluarga, sambil menikmati udara sejuk dan pemandangan waduk sebagai penggerak energi di wilayah ini.[9]
Taman Ngieng Jioh
Taman Ngieng Jioh adalah objek wisata yang populer sebagai tempat fotografi. Terletak di area perbukitan, taman ini menawarkan pemandangan indah yang cocok untuk foto, termasuk foto prewedding.[10]
Pulau Suemadu
Pulau Suemadu adalah salah satu tempat wisata dengan pemandangan alam yang indah, air laut yang jernih berwarna biru, pasir pantai putih, dan angin sepoi-sepoi.[11] Tempat ini sering dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun dari luar daerah.
Taman Riyadhah
Taman Riyadhah merupakan objek wisata yang lokasinya dekat dengan museum. Taman ini digemari oleh wisatawan sebagai tempat untuk bersantai. Meskipun pada siang hari, udara di Taman Riyadhah tetap sejuk berkat angin sepoi-sepoi. Taman ini telah direnovasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Lhokseumawe.[12]
^Asdhiana, I Made, ed. (2017-05-14). "Museum Samudera Pasai Dibuka Juni 2017". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-09-06.Lebih dari satu parameter |work= dan |newspaper= yang digunakan (bantuan)